juna masuk! - 9

87 19 10
                                    


[×]



Pagi kembali menyapa, namun hari ini cenderung sedikit murung karena sedari kemarin hujan gerimis tidak kunjung rampung. Audrey pun sudah siap siaga dengan jas hujannya, selesai sarapan mi soto rebus ia lantas pergi melihat jemuran. Bermaksud mengambil kaos merah mudanya yang beruntungnya telah kering dari jauh-jauh hari, hanya saja dia terlalu malas untuk melipat benda-benda itu secara rapi dan dimasukkan ke dalam lemari. Memang pekerjaan melipat pakaian adalah hal paling melelahkan, karena ujung-ujungnya pasti di pakai lagi.

"Nah, ini." Ujarnya seraya mengambil baju yang dimaksud, menariknya dari hanger. Namun sejenak ia terdiam, kala menemukan sesuatu yang cukup asing.

Itu adalah sebuah sapu tangan berwarna dominan putih dengan garis kotak-kotak yang diisi warna krem muda.

"Rin, ini sapu tangan lo bukan?"

Kebetulan Rina lewat dengan tangan membawa piring kotor. Benda itu ia letakkan pada tempat cucian piring.
"Apaan? Enggak," sahutnya tanpa menolehkan kepala pada Audrey.

Audrey coba mengingat siapa gerangan pemilik sapu tangan tersebut, hingga tidak butuh waktu lama bagi otaknya mengulang kembali kejadian satu bulan lalu di toilet kantor Danar.

"Sek, bentar. Di kantor lo, ada mas-mas gitu nggak? Ya nggak mas-mas juga, badannya lebih tinggi dari Danar. Terus kakinya panjang banget, alisnya tebel tapi ada garis pitak gitu, abis itu ada tai lalat di dagu."

Rina kembali menoleh dengan wajah heran, dengan tangannya sibuk mencuci beberapa piring. "Hah? Maksudnya mas Juna? Soalnya yang punya tai lalat di dagu cuma mas Juna doang dah kayaknya. Emang kenapa?"

Audrey ceritakan perkara di toilet tempo lalu, sedangkan Rina bereaksi dengan manggut-manggut antara mengerti atau tidak sembari mengelap tangannya yang basah pada kaos compang camping yang gadis itu kenakan.

"Oh," begitu responnya.

"Gue titip lo balikin ke dia mau?" Tanya Audrey seketika.

"Ya kan belum tau doi beneran mas Juna atau bukan. Malu lah gue kalo salah orang."

Temannya itu benar juga dan Audrey harus cari cara untuk mengembalikan sapu tangan tersebut karena sudah ia simpan selama satu bulan lebih. Tidak enak juga menyimpan barang orang terlalu lama begini, mana tidak kenal pula.

"Yo wes lah, pikir belakangan aja."

[×]

Danar baru akan bersiap-siap untuk berangkat kerja, namun kemunculan seonggok makhluk di hadapannya membuat pria yang sudah menjadi duda di usia muda itu nyaris jantungan. Namun tetap mempertahankan mimik dinginnya yang begitu judes.

"Pak."

Dilihat dari tingkahnya yang tampak ragu, Danar tebak si pengasuh anaknya ini punya sesuatu yang ingin dikatakan. Maka dari itu ia tetap mempertahankan diamnya sembari menunggu kalimat selanjutnya yang akan Audrey katakan. Berdehem seadanya saja cukup.

"Saya entar mau nebeng ke kantor bapak boleh nggak? Anu, saya ada urusan dikit-"

"Nggak peduli," sahut Danar secepat kilat.

Laki-laki yang lebih muda dihadapannya itu menggaruk tengkuk kaku berkat respon Danar yang seharusnya sudah bisa ditebak. Memangnya apa sih yang diharapkan dari si duda tua moody-an ini.

"Jadi, nggak boleh nih pak?"

Danar mengambil jasnya yang tersampir di punggung kursi, lantas meletakkan benda itu pada lengan kirinya. "Emang siapa yang ngelarang kamu."

PAPA DANAR & DANI - SUNSUN VER(Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang