[×]Langit senja telah digarap habis oleh temaram, diganti malam dengan taburan bintang bersinar genit. Cukup untuk dijadikan alasan untuk mengagumi ciptaan Tuhan hari itu, sebab bulan sabit pun turut ambil peran meski terkadang malu-malu bersembunyi dibalik awan.
Mungkin sadar jika pemandangan itu sangat sayang untuk dilewatkan, Dani sedari sore telah merengek meminta sang papa untuk mendirikan tenda di halaman. Mengaku ingin menikmati suasana berkemah seperti apa yang ia lihat di setiap kartun kesukaannya. Danar tentu menuruti, bahkan membuatnya seperti kemah sungguhan dengan menyalakan api unggun kecil di halaman rumah.
Tadinya Audrey akan pulang saja, cukup tahu diri untuk memberikan waktu intim antara bapak dan anak tersebut. Tetapi si bocah melarang sebab mengaku rasanya akan sangat tidak lengkap jika dirinya tak ada.
Maka di sinilah dia sekarang, sibuk memperhatikan sekaligus mendengarkan Danar bercerita tentang si kancil dan buaya. Biasanya dirinya yang akan melakukan itu, tetapi kali ini dia biarkan sang papa melakukan peran semestinya.
"Kancil bilang, buaya aku diperintah tupai untuk mengundang kalian ke acara makan bersama..." Danar berkisah dengan suara tenang. Sedangkan Dani telah berada di ambang antara sadar dan tidak sadar. Anak itu barangkali kelelahan karena seharian bermain tanpa henti.
Sedangkan Audrey tenggelam dalam pikirannya sendiri, juga fokus netranya yang hanya jatuh pada satu titik. Yaitu Danar. Entah untuk alasan macam apa bukan hanya Dani yang tertarik mendengar papanya itu bercerita dongeng, Audrey juga. Kembali pecahan ingatan saat berada di dalam lemari bersama pria itu, Audrey dipaksa berkelana untuk bertemu pada tiap-tiap rumah ingatannya tadi.
Yang jadi pertanyaan besar pada dirinya adalah, kenapa ia harus berpikiran aneh soal Danar. Yang kejamnya bukan main. Lo kenapa sih, Rey? Gak jelas.
"Heh."
"..."
"Heh."
Selalu pada panggilan kedua, Audrey akan tersadar dari lamunan dalamnya. Di mana ia akan terkesiap ketika menemukan Danar memandangnya dengan wajah penuh tanda tanya dan yang ia lakukan adalah terkekeh canggung karena tertangkap basah.
"Iya pak, kenapa?"
"Enggak. Saya kira kamu kesurupan."
Dikatai begitu yang lebih muda mencibir, lantas membawa tubuhnya bangun untuk duduk dengan kaki bersila. "Pak, saya boleh nanya gak?"
Danar bergumam sembari menutup buku dongeng milik Dani yang kini sang empu ternyata telah tertidur lelap. "Hmm."
Sebenarnya pemuda itu cukup ragu dan tidak yakin apa alasannya untuk menanyakan hal yang sekarang bertahan di ujung lidah siap untuk dilontarkan. Tetapi karena sudah kepalang tanggung dan dari pada harus terus menerus mengumpat sadis lebih baik diluruskan saja.
"Kenapa sih panggil saya selalu hah heh doang? Saya kan punya nama, Audrey. Bagus tau pak, tapi tiap panggil cuma heh heh heh, kejam!"
Danae mengerutkan kening dengan tatapan yang tidak dapat Audrey mengerti maksudnya apa. Turut bangkit sebelum menjawab pertanyaan penuh rasa protes yang pengasuh anaknya itu ajukan. "Mulut-mulut saya, ya suka-suka saya." Jawabnya sembari menggendong tubuh mungil Dani untuk dipindahkan ke kamarnya.
"Tapi kan saya gak suka!"
"Gak peduli."
Hasrat untuk meremas tubuh Danar seperti ampas tebu itu makin meningkat ketika laki-laki itu melempar selimut mengenai wajah yang lebih muda. Tidak ada mimik berarti di wajah rupawan tersebut, terang saja hal tersebut makin membuat darah Audrey mendidih.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA DANAR & DANI - SUNSUN VER(Remake)
FanfictionPengasuh sekaligus jodoh? Boleh dicoba NOTE : INI ADALAH REMAKE DARI FF KU SENDIRI YANG BERJUDUL "PAPA KRIS & KIKI" (CHRISBIN) buku ini mengandung pasangan homoseksual, biseksual. pasangan utama adalah sunsun (sunghoon x sunoo) lalu pasangan samp...