[×]
Satu bulan berlalu begitu cepat dan Audrey tidak menyangka dirinya bisa cukup betah menjadi pengasuh; dibaca babu, karena Danar memperlakukannya lebih seperti asisten rumah tangga dari pada babysitter anaknya. Bahkan duda kesepian itu lebih ramah pada bibi—ART sesungguhnya—dibandingkan ke Audrey.
Tidak jarang laki-laki yang lagu lebih dari dua puluh tahun lalu itu harus kebakaran jenggot tiap kali Danar bertingkah laku semena-mena dalam artian buruk. Iya buruk, karena mengepel atau menyapu lantai tidak masuk dalam perjanjian kontraknya.
Seperti pada pagi-pagi hari biasanya, Audrey telah duduk di ruang main bersama Danu. Dan anehnya, hari ini Danar tidak nampak sedang bersiap-siap akan berangkat kerja. Pria itu malah masih bersantai di meja makan sembari membaca berita melalui ponsel pintarnya, sesekali meneguk kopi hitam hangat buatan bibi sebelum pamit pergi. Pakaiannya pun terlihat kasual sebagaimana biasanya ketika berada di dalam rumah.
Mungkin saja orang itu sengaja ambil hari libur, karena kalau diingat-ingat Danar nyaris tidak pernah tampak di rumah meski saat weekend. Dan itu juga lah yang membuat Audrey tidak punya hari libur. Kan sudah dikatakan kalau Danar memperkerjakan dirinya bagai budak masa penjajahan Jepang. Memang brengsek.
"Tumben pak gak ngantor, libur?"
Iseng bertanya ketika dirinya pergi ke dapur membuatkan susu cokelat untuk Dani, Audrey melirik sedikit ke arah Danar. Yang ditanyai bukannya segera menjawab malah menggeram galak, mengundang decakan sebal lolos dari bibir tebal milik yang lebih muda.
"Ngapain tanya-tanya, bukannya udah jelas kalo saya di rumah berarti emang libur."
Dih! Audrey mengumpat dalam hati. Memang sebuah pilihan yang salah menyapa sosok duda judes macam Danar.
Tak mau membuatnya makin berdosa karena pagi buta telah memaki orang tua, Audrey berniat untuk kembali bermain dengan Dani saja. Lebih baik menanggapi ocehan anak kecil dibandingkan omelan pedas yang bahkan lebih bikin mules dibandingkan mie gacoan level 8. Namun belum satu langkah tungkainya pergi, suara ringan namun rendah milik laki-laki usia di pertengahan tiga puluh tahun itu kembali mengudara. Membuat yang lebih muda mengurungkan niatnya untuk pergi dan kontan memutar tubuh pada posisi semula.
"Heh."
Duh, kebiasaan. "Nama saya Audrey pak, bukan heh."
Danar nampak tidak terganggu dengan protesan yang Audrey beokan, kini melepas kaca mata bacanya sembari bangkit dari duduknya.
"Terserah," ujarnya.
"Kamu bantuin saya mindahin barang-barang Dani, kamarnya mau direnovasi dikit." Perintah itu terdengar mutlak, Audrey mengernyitkan dahi belum mengerti dengan apa yang Danar maksud. Sesungguhnya ia paham, namun yang jadi masalah adalah kenapa harus dirinya.
"Loh, kok saya? Kan bapak bisa minta tukang aja."
Duda muda sialan itu membuang napas panjang, dari mimiknya sudah begitu kentara bahwa ia enggan bicara panjang lebar. Audrey sampai heran kenapa bisa ada banyak orang yang betah bekerja dengan si pak setengah tua satu ini, apakah mereka semua juga sama seperti dirinya yang sudah pasrah dan memaki dalam batin saja?
"Kalo kamu ada, ngapain saya harus panggil tukang. Sini ikut saya."
KASIH GUE BONUS KEK, ANJIR! Audrey meronta dalam batinnya sendiri yang barangkali pun sudah penat mendengar sumpah serapahnya untuk Danar.
"Sabar, sabar. Sabar-sabar matamu sabar!"
[×]
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA DANAR & DANI - SUNSUN VER(Remake)
FanfictionPengasuh sekaligus jodoh? Boleh dicoba NOTE : INI ADALAH REMAKE DARI FF KU SENDIRI YANG BERJUDUL "PAPA KRIS & KIKI" (CHRISBIN) buku ini mengandung pasangan homoseksual, biseksual. pasangan utama adalah sunsun (sunghoon x sunoo) lalu pasangan samp...