• Four •

3K 388 8
                                    


"Bang, katanya mau jajan. Kok daritadi cuma di sini?" ucap Stevi karna sedaritadi mereka hanya duduk di motor yang terparkir tepat di depan toko swalayan.

Luca menggaruk tengkuk belakangnya yang tak gatal, dia kan sedari awal memang tidak ada niatan untuk membeli sesuatu.

Luca menunggu sang protagonis keluar dari toko swalayan tersebut.

Tadi dia sudah bertanya pada Luxi, dan katanya si protagonis sudah ada di dalam toko.

"Ehm.. Emang Stevi mau jajan apa?"

"Stevi mau icecream.." ucapnya dengan nada pelan.

"Icecream yaa.." ulang Luca yang di balas anggukan oleh gadis cilik tersebut.

Dia menghela nafas sebelum meng'iya'kan permintaan Stevi. Mereka pun berjalan masuk ke dalam toko swalayan tersebut.

Stevi langsung berlari ke tempat di mana icecream di letakkan dengan Luca yang mengikutinya dari belakang.

Remaja itu tampak celingak-celinguk mencari keberadaan si protagonis.

Bukan apa-apa, dia hanya penasaran bagaimana wajah sang protagonis itu.

Apakah secantik yang di deskripsikan di novel? Atau malah sebaliknya.

Dia berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan Stevi.

"Stevi, kamu cari dulu icecreamnya ya. Abang mau nyari sesuatu juga. Kalo udah ketemu, tetep di sini oky? Jangan kemana-mana" ucapnya.

"Hum! Siap abang!" seru Stevi sembari mempose hormat.

Luca terkekeh lalu mengelus lembut rambut Stevi sebelum berdiri dan berjalan ke sekeliling toko.

Tapi sudah cukup lama dia berkeliling, namun Luca tidak menemukan satu pun perempuan yang ciri-cirinya menyerupai sang protagonis.

Dia selalu bertemu dengan ibu-ibu dan nenek-nenek, kalau seperti ini Luca menjadi skeptis.

[ Tuan! Itu diaa.. Protagonis utama wanita.. ] seru Luxi membuat Luca menengok ke berbagai arah mencarinya.

"Di mana? Gak ada"

[ Itu tuan, yang sedang membayar di kasir dan ingin keluar toko ]

Luca mengernyit, dia menyipitkan pandangan dan meneliti perempuan yang katanya sang protagonis.

"Yang bener? Masa sih? Kok pakaiannya kayak.." gumam Luca dengan keryitan aneh.

Karna pakaian yang di pakai perempuan yang kata Luxi adalah sang protagonis itu tak menggambarkan dekripsi di novel.

Di novel si protagonis di gambar sebagai perempuan yang cukup tomboy, namun perempuan yang di tunjuk Luxi berpakaian terbuka dan ketat.

"Ah bodo lah, yang penting alur cerita berubah" gumamnya.

Setelah melihat sang protagonis keluar dari toko, Luca segera beranjak menuju tempat Stevi berada.

Dia tidak lupa kalau sedang membawa seorang anak kecil.

Tapi sesampainya di sana, Stevi telah tidak ada lagi di sana.

"Loh?! Stevi?! Stev!"

Dengan panik Luca berlari keluar toko, niatnya mengikuti si protagonis berubah jadi mencari Stevi.

Dia mengusak rambutnya kasar. "Stevi! Stev... Stevi kamu di mana?!" teriak Luca mencari keberadaan gadis cilik tersebut di area sekitar toko.

••••••

••••••

Sementara itu di sisi lain, Stevi sedang bermain dengan kucing. Tadi saat tengah memilih icecream untuk di beli, tak sengaja dia melihat kucing yang menurutnya lucu.

Stevi pun mengikutinya, dia lupa apa yang di sampaikan Luca untuk tetap berada di toko.

Di sini lah dia sekarang, dia tengah jalan dengan seekor kucing.

"Puss.. Nanti mau ikut Stevi kerumah gak?" ucapnya.

Kucing tersebut tampak mengeong setelah itu pergi begitu saja meninggalkan Stevi.

"Pus mau kemana?!" seru Stevi ingin mengikuti kucing itu kembali.

Tapi tiba-tiba seseorang menggendongnya dan membawa dia ke tepi jalan.

Kembali ke Luca, dia sudah lelah mencari gadis cilik tersebut.

"Jangan-jangan dia di culik lagi?! Aku harus telfon polisi-"

"Abang!!"

Luca seketika menengok saat mendengar suara Stevi, dia melihat Stevi tengah di gendong oleh seorang lelaki yang lebih tinggi dan besar darinya.

Lelaki itu berpakaian serba hitam dengan helm full face yang menutupi wajahnya.

Luca segera menghampiri Stevi dan merebut Stevi dari gendongan laki-laki tersebut.

"Stevi, kamu gak pa-pa?! Kamu ada yang luka gak?!" ujarnya khawatir lalu dia menatap tajam sang lelaki.

"Kamu! Kamu pasti yang mau nyulik adik saya, iya kan?! Ngaku!!" tuduhnya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, si lelaki membuka helm full face miliknya dan terpampanglah wajah tampan nan rupawan idaman para wanita juga boti.

Lelaki itu menatap datar Luca. Meskipun sedikit merinding oleh tatapan itu, tapi Luca tak menciut.

"A-apa?! Aku bakal telfon polisi atas dugaan penculikan anak yaa.."

Lelaki itu mengangkat alis sebelah. "Telfon aja, siapa takut?" ucapnya lalu perlahan berjalan mendekati Luca.

Luca menelan ludah kasar dan mundur sedikit. "E- eh.. Mau apa?! Gak usah deket-deket.." ujarnya mentap si lelaki dengan waspada.

Lelaki itu berhenti, tubuhnya menjulang tinggi di depan tubuh Luca yang mungil.

Dengan suara deep nya dia berkata. "Gua juga bakal laporin lu atas penelantaran anak" ucapnya menatap Luca yang terlihat khawatir.

Smirk kecil sekecil semut muncul di bibirnya.

"Apa coba, siapa yang nelantarin?!"

Luca menatap Stevi. "Kan udah abang bilang, tetep di dalem toko sampe abang balik lagi" ucapnya.

Stevi menunduk takut. "Maaf, abang.. Tadi Stevi liat puss puss lucu" gumamnya pelan, merasa bersalah.

Luca menghela nafas lalu mengelus rambut gadis cilik itu. "Iya, abang maafin. Kamu gak apa-apa kan? Gak di apa-apain sama dia?"

Luca menunjuk lelaki di depannya yang mana di balas gelengan oleh Stevi.

Luca pun menghela nafas lega. "Syukurlah, yuk pulang. Nanti pasti mommy sama daddy nyariin" ucapnya kemudian ingin beranjak pergi dari sana.

Tapi langkahnya berhenti saat lelaki itu menarik kupluk nya, Luca pun berbalik dengan ekpresi kesal.

"Tck! Paan sih?!"

"Gitu aja? Ucapin terimakasih kek, gua udah nyelametin adek lu. Tadi dia hampir ketabrak mobil"

Luca terkejut, kemudian ia pun mengucapkan terimakasih dengan nada yang cukup sarkas.

Lalu pergi dari sana, meninggalkan lelaki itu yang tersenyum kecil sembari menatap kepergiannya.

"Adorable"

•••••• ✧(。•̀ᴗ-)✧

Me in Another World with Sistem || [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang