Bruk!Aku langsung merebahkan tubuhku ke kasur selepas sampai di rumah.
Menghela nafas lelah, sepertinya aku gagal mengubah alur cerita.
Itu yang aku fikirkan sebelum sistem Luxi mengucapkan sesuatu yang membuatku terkejut, heran sekaligus bingung.
[ Tuan, selamat! Anda berhasil menyelesaikan misi yaitu mengubah alur cerita. Hadiah anda, tubuh ber'aromakan lavender yang menenangkan! ^_^ ]
Tak berselang lama tubuhku tampak sedikit bercahaya, kemudian aku mencium aroma lavender yang berasal dari tubuhku.
Aku terduduk dan mengernyit. "Bentar, kan aku gak berhasil nyelametin protagonis. Harusnya alur berjalan normal dong?"
[ Salah, tuan. Alur sudah melenceng, karna yang di selamatkan oleh pemeran utama pria bukanlah protagonis melainkan adik anda ]
"....."
Aku terdiam tanpa kata untuk sementara waktu. "J-jadi.. Yang tadi.. Yang aku kira penculik.. Itu ML??!"
[ Yaps! Benar sekali ^_^ ]
Aku kembali terdiam, tak bisa berkata-kata. Banyak duga-dugaan yang tiba-tiba saja muncul dalam fikiranku.
'Jangan-jangan nanti ML malah suka sama aku lagi, bukannya si Protagonis! Enggak.. Enggak.. Gak mungkin. Ini mah udah terlalu melenceng!!' batinku menangis.
[ Tidak apa-apa, tuan. Sedikit bumbu pelangi tidak akan berpengaruh..]
Aku menatap udara dengan tajam. "Gak ngaruh matamu! Luxi, kamu bisa mutar waktu gak? Aku mau balik ke waktu di toko"
[ Kalau itu saya tidak bisa, tuan. Saya masih pemula sebagai sistem, ilmu saya belum terlalu tinggi ]
Mendengar perkataan Luxi, aku mengusak rambut dan menghela nafas kasar.
Kemudian aku pun memilih untuk kembali merebahkan tubuhku.
Namun tak lama, ponsel milikku- Milik Luca lebih tepatnya itu berdering.
Aku mengambil ponsel yang berada di saku hoodie lalu melihat kontak nama si pemanggil.
Aku mengernyit saat kontak itu tak di beri nama melainkan hanya emoji kotoran dan jari tengah.
Ragu-ragu sejenak sebelum menjawab panggilan telfon. "Ha- Halo..?"
"Woy jnck! Lu di mana?! Kita udah pada ngumpul, tinggal nunggu lu doang!"
Aku menjauhkan ponsel dari telinga karna suara orang di sebrang sangat kencang.
"Ehm.. Siapa ya?"
Orang di sebrang sana terdiam sebelum kembali berbicara. "Paan sih?!gak usah bercanda, cepet ke cafe hyper sekarang. Kita dah nungguin lu dari jam 8 tau gak?!"
"Kalo lu gak ke sini juga, kita yang bakal ke sana. Gak peduli ada ortu lu atau enggak!" lanjut orang itu lalu mematikan panggilan.
Aku mengernyit bingung sembari menatap layar ponsel yang sudah mati.
[ Tuan, tadi adalah teman Luca asli. Sebagai pemberitahuan, dia tergabung dalam sebuah geng motor yang bernama The Red Tiger. Ia juga merupakan salah satu anggota inti geng tersebut ]
[ Dan perlu anda ketahui, tuan. Ketua geng nya adalah antagonis utama pria ] lanjut Luxi.
Aku terdiam memproses perkataan sistem Luxi.
Dalam cerita, sang antagonis utama pria memang di deskripsikan menjadi ketua sebuah geng motor.
Tapi nama geng motor itu tidak pernah diberitahu, atau mungkin saja diberitahu tapi karna hanya baca setengah aku jadi tidak mengetahuinya(?).
Menghela nafas untuk kesekian kalinya, aku pun beranjak dari tempat tidur dengan malas menuju keluar kamar.
•••••
•••••
Atas arahan dari sistem Luxi, aku pun sampai di cafe bernama hyper.
Aku melihat banyak sekali orang yang berkumpul, dan kebanyakan di sana laki-laki.
Salah satu dari mereka melihatku. "Nah! Tuh diaa.. Dateng juga orangnya"
Aku membuka helm full faceku dan menggaruk tengkuk belakang canggung.
Aku pun turun dari motor lalu berjalan mengampiri mereka.
"Eh, bentar.. Ini mata gua yang siwer atau emang lu tambah manis sama cantik?.. Jadi nafsu gua"
Aku menatap ngeri laki-laki berambut merah dan punya tindik di hidung juga bawah bibir itu.
Plak!
Laki-laki yang keliatan bule memukul belakang kepala laki-laki berambut merah tersebut.
"Otak mesum lu ke siapa aja ya! Gak cewek gak cowok, heran gua.." ucapnya.
"Udah, kenapa pada ribut sih?!"
Aku menengok saat suara deep tiba-tiba muncul. Terlihat lelaki tinggi dan berotot, aku bisa melihat ototnya karna dia pakai kaus tanpa lengan.
[ Tuan, dia antagonis utama prianya. Immanuel Jeffrey Geraldine ]
Aku mengangguk perlahan, aku meneliti tubuh dia. 'Heran, kok bisa dia punya badan kayak gitu ya?'
Jujur aku iri. Di dunia asli aku sudah coba dan sering berolahraga. Tapi hasilnya sama saja, badanku tetap kurus kerempeng.
Dan di sini tetap sama saja, bedanya di sini aku ada sedikit sixpack meskipun samar-samar.
Jeff menyadari tatapan ku dan dia terlihat tersenyum miring. "Suka ya?"
Aku tersadar dan berkedip kemudian memalingkan wajah, aku rasa kini wajahku memerah.
Tiba-tiba seseorang merangkulku. "Luc, kok kayaknya.. Lu beda ya?" ucap orang itu menatapku curiga, wajah dia sangat dekat dengan wajahku.
Aku yang di tatapan seperti itu tentu saja gugup. "B- beda gimana? Aku tetep sama kok..
"......"
Seketika hening. Mereka semua menatapku dengan tatapan terkejut, heran dan bingung.
Lalu mereka tertawa terbahak-bahak, aku bingung karna tidak ada yang lucu sama sekali.
"Haha! Anjirr.. Aku?! Sejak kapan Luca si tukang toxic dan racist jadi sopan kayak gini?"
"Iya.. Lu abis ketimpah meteor atau apa??! Haha! Kocak banget!"
"Luc, biasanya lu kalo ngelawak garing. Tapi ini sumpah, gua sakit perut gara-gara ketawa.. Hahaha!"
Aku menggaruk tengkuk belakang yang tidak gatal sembari menyengir canggung.
"Udah, udah.. Berhenti ketawanya. Kita cabut sekarang" ucap Jeff lalu berjalan lebih dulu.
Dia menepuk pelan kepalaku sebelum naik ke motornya, di ikuti oleh yang lain juga menepuk punggung serta pundakku.
Tapi aku terkejut karna ada yang menepuk bokongku, siapa lagi kalau bukan laki-laki berambut merah dan bertindik tadi.
Dan dia kembali mendapatkan pukulan di kepala oleh laki-laki bule.
Lagi, aku menghela nafas, sebelum balik ke motor dan mengikuti mereka.
•••••• ✧(。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Me in Another World with Sistem || [√]
FantasiKetika terbangun aku sudah mendapati diriku dalam tubuh figuran yang mati karna menyelamatkan protagonis utama. - - - - - • Lapak pelangi, buat yang gk suka di mohon untuk pergi.. (*'︶'*)♡Thanks!.