• Six •

2.8K 341 12
                                    


Tok! tok! tok!

"Tuan muda, saatnya sarapan..!" ujar seorang maid dari luar kamar.

Tapi aku hanya sedikit membuka mata dan membenarkan posisi tidurku.

Karna jujur, aku sangat lelah. Kemarin aku hanya di ajak berkeliling kota dari pagi sampai malam oleh Jeff dan teman-temannya.

Sebenarnya ada manfaatnya, sedikit. Aku jadi mengetahui ternyata dunia novel tidak jauh berbeda dengan dunia asli.

Hanya saja di novel pemandangan dan udaranya masih asri dan bersih, berbanding terbalik dengan dunia nyata.

Tok! Tok! Tok!

"Tuan muda! Yang lain sudah menunggu anda di ruang makan.."

"Hmm.. Iya nanti!" gumamku agak kencang agar terdengar oleh si maid.

Sepertinya berhasil, maid itu pergi dan aku pun bisa lanjut tidur.

Tapi itu tak bertahan lama karna kini Luxi yang menggangguku. Awalnya aku mengabaikan, tapi lama-kelamaan itu semakin mengganggu.

Aku pun mendengus kasar. "Tck! Apasih?! Aing teh capek, hayang sare.."

[ Maaf, tuan. Tapi ini sudah siang dan saatnya anda untuk sekolah dan melanjutkan misi ke-dua ]

Mengernyit. "Bukannya misi cuma satu ya? Ngubah alur doang 'kan?"

[ Itu misi pertama, tuan. Ini misi kedua, yaitu membongkar sifat asli protagonis ]

Masih dengan kernyitan bingung. "Maksudnya sifat asli? Emang protagonis sifat aslinya kayak gimana?"

[ Sebenarnya yang anda lihat kemarin itu bukanlah Protagonis asli, ada jiwa lain yang masuk ke dalam raganya sama seperti anda ]

Mengangguk sembari ber'oh'ria, lalu aku menghela nafas panjang. "Ada-ada aja sih, ribet banget.."

[ Ini adalah konsekuensi anda sebagai seseorang yang ber'transmigrasi ke dalam dunia novel, tuan ]

Aku menatap sinis langit-langit kamar. "Siapa juga yang mau masuk ke sini?" kesalku.

Kemudian aku terduduk untuk meregangkan tubuh, lalu berjalan ke kamar mandi dengan malas.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian dengan seragam, aku lantas bergegas keluar kamar tak lupa membawa tas dan juga barang-barang yang aku perlukan

Sesampainya di lantai bawah, aku langsung duduk di salah satu kursi dan acara sarapan pun di mulai.

••••••

••••••

Setelah sarapan aku berangkat ke sekolah yang bernama SMAN NUSANTARA III.

Aku memarkirkan motor di parkiran dan saat aku ingin masuk ke dalam sekolah, tiba-tiba para murid berteriak heboh.

"Kyaaa!! Suami masdep gue akhirnya dateng!"

"Babang Stevano! Lope yu sekebon!"

"Stevano meri me plis!"

"Kalo kata anak wattpad mah, rahim aku anget mass.. Ah!"

Dan lain-lain. Aku merasa jijik dengan teriakan siswi terakhir.

Ketika menengok, aku melihat sebuah motor sport terparkir di sebelah motorku- motor Luca.

Ketika lelaki itu membuka helm, terpampang lah wajah tampan yang membuat para siswi di sana semakin heboh.

Aku tidak menepis pesona ketampanan dia. Namanya juga karakter utama pria, pasti pesonanya di atas rata-rata.

Stevano Luciano Mahardick. Tolong jangan salfok dengan nama akhir di marganya.

Netra dia dan aku bertemu, aku pun langsung memalingkan wajah kemudian lanjut melangkah masuk ke sekolah.

Entah aku yang salah lihat atau bagaimana, Stevano tampak tersenyum ke arahku meskipun sedikit.

Aku berjalan menelusuri lorong dan sampailah pada kelas 12B, yang mana adalah kelas Luca dan nanti juga akan menjadi kelas si protagonis.

Dari luar kelas aku sudah dapat mendengar suara bising, menghela nafas. 'Pasti kelas ini di isi murid-murid yang nakal' gumam batinku.

Dan benar saja. Ketika baru membuka pintu, sebuah sepatu melayang ke arahku.

Untung aku mempunyai refleks yang bagus, jadi sepatu itu tak mengenai wajahku.

Seketika kelas jadi hening, aku menatap mereka semua yang juga menatapku dengan ekpresi ketakutan(?).

"Siapa yang-"

"Andi, bang! Dia yang ngelempar sepatunya!" ujar salah satu siswa di sana menunjuk siswa lain yang di duga bernama Andi.

Siswa bernama Andi itu langsung melotot kemudian bergetar ketakutan.

"Bang maafin gua, gua- gua gak sengaja. Tadi niatnya mau ngelempar si Kevan" kata dia.

Aku mengambil sepatunya dan berjalan mendekat, dia dan para murid lainnya tampak tegang.

"Bang, maafin gua.. Gua masih mau hidup.." gumamnya.

Saat aku mengembalikan sepatunya, dia malah menutup mata dan seolah-olah akan di pukul.

"Nih, lain kali jangan di ulang. Untung ini aku, kalo guru bisa bahaya kamu" ucapku.

Dia dan seisi kelas tampak sangat terkejut. Dengan ekspresi linglung, siswa bernama Andi itu menerima sepatunya kembali.

Aku sendiri mengabaikan reaksi mereka, karna aku sudah menduganya.

Aku sudah belajar mengubah caraku bicara dan bertingkah seperti Luca, tapi tidak bisa.

Aku berjalan ke kursi paling belakang yang adalah tempat duduk Luca, kemudian aku melipat tangan diatas meja lalu menidurkan kepala dengan wajah mengadap jendela.

Aku dapat mendengar bisikan-bisikan dari para murid membicarakanku.

"Itu beneran bang Luca 'kan? Kok beda yaa.."

"Iya, jadi lebih manis"

Pletak!

"Bukan itu bodoh, eh tapi iya sih. Tapi bukan juga, gayanya sama cara ngomongnya itu berubah"

"Bukannya bagus yaa.. Jadi kita bebas buat ngapain aja.."

"Gak juga, tuh ada satu lagi. Si preman yang sukanya molor"

Kemudian bisikan itu berubah jadi helaan nafas berjamaah.

Kriiing!!

Bel masuk berbunyi, seluruh murid segera ke tempat duduk masing-masing.

Aku mendongak dan melihat guru masuk bersama seorang siswi cantik.

'Itu pasti protagonis' gumamku.

"Semuanya dia adalah murid baru di sini, silahkan perkenalkan diri" ucap sang guru.

Si protagonis pun maju dengan wajah malu-malu yang terlihat palsu di mataku.

"Ehm.. Halo semuanya.. Nama aku Kimberly Veronica kalian bisa panggil aku Lily"

••••••• ✧(。•̀ᴗ-)✧

Me in Another World with Sistem || [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang