[17] •Jiyeon's Nightmare•

52 9 0
                                    

             Jiyeon berjalan di sebuah taman dengan pemandangan indah, banyak patung-patung air mancur yang berwarna serba putih, bunga-bunga di sana pun berwarna senda menciptakan suasana yang begitu damai. Lalu ada musik menenangkan yang mengalun indah memanjakan telinga, berasal dari seseorang yang bermain piano tidak jauh dari tempat Jiyeon berdiri. Maka, gadis itu berlari untuk menghampiri seorang wanita yang sedang bermain piano membelakanginya tersebut. Jiyeon tersenyum senang, itu adalah ibunya. 

“Bu…” Jiyeon memeluk sang ibu dari belakang, maka wanita paruh baya itu menoleh kemudian tersenyum pada putrinya. “Aku merindukan, Ibu…”

Tidak ada jawaban dari wanita paruh baya tersebut, dia justru menunduk sedih dan ketika dia mendongak kembali menatap Jiyeon wajahnya berubah suram dan menyeramkan, darah perlahan menetes dari dahinya, semakin lama semakin bercucuran. Itu adalah wajah Taeri, ibu sambungnya. Bahkan kini pakaian putih yang dia kenalan berubah warna menjadi merah segar yang basah. 

Jiyeon mendadak mual luar biasa, perutnya terasa hampir meledak. “Arrrggghhh!” 

Teriakan wanita itu menyadarkan Jiyeon dari mimpi buruk yang lagi-lagi menghantui—akibat berada di rumah sakit Jiyeon tidak meminum obatnya. Gadis itu terbangun dengan keringat dingin di sekujur tubuh, Jungkook yang kebetulan terbangun tampak khawatir.

“Ada apa? Mimpi buruk lagi?” Keduanya memang berada dalam satu ruang rawat yang sama dengan ranjang yang berbeda. Jungkook menghampiri Jiyeon dan memeluknya.

“Aku pasti mimpi buruk kalau tidak minum obat, Kuki…” Jungkook sungguh merasa iba pada Jiyeon, dia pun tidak tahu pasti mengenai apa yang terjadi pada gadis itu di masa lalu sehingga mengalami mental illness semacam ini.

“Tenanglah… aku ada di sini, kamu akan baik-baik saja, semua hanya mimpi kan?”

“Mimpi yang sangat mengganggu, aku tidak kuat jika terus mimpi buruk setiap malam.”

Jungkook menatap gadisnya serius, “Kalau begitu, kamu harus disembuhkan. Jangan terus memelihara penyakit mental ini di kepalamu. Aku akan membantumu, kamu mau kan?”

Jiyeon mengangguk, “Ya, Kuki. Tolong bantu aku.”

Jungkook memeluk Jiyeon lagi, “Jangan khawatir, aku janji akan menghilangkan semua mimpi buruk yang kamu alami. Aku pasti akan mencarikan psikiater terbaik untukmu. Sekarang tidur lagi, aku akan memelukmu sepanjang malam.”

“Sungguh? Kamu tidak akan pernah meninggalkanku seperti dulu?”

Jungkook tersenyum, “Tidak, aku janji kali ini akan selalu bersamamu.” Maka pelukan keduanya mengerat satu sama lain, seolah enggan berpisah lagi.

“Jiyi, kamu bilang jangan ada yang disembunyikan di antara kita bukan?”

“Hmm…”

“Kalau begitu itu juga berlaku untukmu, jangan menyembunyikan apapun dariku termasuk masa lalumu.” Jiyeon mendongak menatap Jungkook, perasaannya sudah jauh lebih baik akibat pelukan hangat dari kekasihnya. “Ceritakan semua padaku, Jiyi. Kamu menderita karena kejadian di masa lalu mengenai mendiang ibu sambungmu kan?” Jiyeon mengangguk, “Maukah kamu menceritakan padaku mengenai apa yang sebenarnya terjadi waktu itu?”

“Aku yang menyebabkan Ibu Taeri meninggal, Kuki. Aku membunuhnya, kamu pun tahu itu…” Sungguh Jiyeon enggan mengingat mengenai kejadian itu namun apa yang terjadi di masa lalu tersebut selalu menghantui Jiyeon.

“Ya, aku tahu… tapi aku ingin tahu lebih jelas dan detail, ceritakanlah agar bebanmu sedikit berkurang. Kamu menanggung semuanya sendiri selama ini hingga kamu menderita begini.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[M] Sociopath Couple (Nightmare) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang