HAPPY READING!
~MINS~
Sudah sekitar dua bulan usia kandungan Harsya, dan pagi ini ia sedang berjalan santai di sekitar kompleks rumah, mengikuti saran dokter agar tetap aktif.
"Adem banget cuaca hari ini," gumam Harsya sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit. Rasanya nyaman sekali berjalan di pagi yang sejuk seperti ini, dengan angin semilir menyapa lembut wajahnya.
Tiba-tiba matanya menangkap sosok tukang cilok yang sedang mangkal di sudut jalan. Mata Harsya langsung berbinar penuh antusias. Sudah lama sekali ia ngidam makan cilok, dan akhirnya keinginannya bisa terwujud. Dengan cepat, ia melangkah menuju gerobak cilok tersebut.
"Bang, beli cilok, dong," ujarnya ceria sambil menatap panci cilok yang mengeluarkan aroma menggoda.
"Mau berapa, Neng... eh, Mas?" tanya si tukang cilok sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Entah kenapa, melihat Harsya, ia mendadak gugup. Jantungnya berdegup kencang, seperti sedang bertemu dengan orang penting.
"Berapa ya? 10 ribu aja, Bang," jawab Harsya sambil tersenyum manis, lalu melirik ke arah si tukang cilok yang masih tampak salah tingkah.
"O-oh, oke, sebentar ya, Neng... eh maksudnya, Mas," ucap tukang cilok terbata-bata. Harsya tertawa kecil melihat kebingungan pria itu, lalu mengangguk sambil menunggu ciloknya disiapkan.
Di dalam hati, si tukang cilok tak bisa menahan kekagumannya. 'Ini cowok cantik banget, asli. Kepincut gua. Udah punya pacar belum ya?' gumamnya dalam hati, sembari melirik Harsya yang asyik menunggu.
"Neng, mau cobain ciloknya dulu nggak?" tanya si tukang cilok tiba-tiba, mencoba mengubah suasana.
Harsya mengangkat alis, bingung. "Neng?" tanyanya dengan senyum tertahan, membuat tukang cilok semakin gelagapan. Mukanya memerah.
'Aduh, mampus! Kenapa gua manggil Neng sih, gara-gara dia cantik banget!' keluh tukang cilok dalam hati, mencoba memperbaiki suasana.
"M-maksudnya Mas... hehe," katanya dengan senyum canggung. Harsya kembali tertawa kecil lalu mengangguk. Tukang cilok pun menyodorkan satu plastik cilok, dan Harsya mengambil satu biji cilok untuk mencicipinya.
Begitu cilok masuk ke mulutnya, Harsya langsung berseru. "Ih, enak banget!" katanya, matanya berbinar senang. Ia pun memandangi tukang cilok dengan ekspresi puas.
"Makasih ya, Bang. Boleh minta nomor teleponnya nggak? Biar bisa langganan nanti," ucap Harsya, tersenyum lebar. Tukang cilok nyaris tidak percaya dengan permintaan itu, tapi dengan cepat ia mengeluarkan ponselnya dan mencatatkan nomor untuk Harsya.
"Nih, Mas, kalau mau pesan lagi," ujarnya dengan senyum cerah. Harsya mengambil nomor itu sambil menyerahkan uang 10 ribu sebagai pembayaran.
Sambil berjalan pulang, Harsya tak henti-hentinya menikmati cilok yang baru saja dibelinya. "Enak banget, ih! Mas Sadam harus cobain ini nanti," gumamnya senang.
~MINS~
Sambil menunggu Sadam pulang kerja, Harsya duduk di sofa, menikmati acara televisi yang diputar. Meski santai, pikirannya melayang, memikirkan banyak hal. Namun, ketenangan itu buyar ketika pintu depan terbuka dengan suara lembut, menandakan kedatangan Sadam. Harsya menoleh, dan di sana berdirilah Sadam, dengan pakaian kusut dan rambut acak-acakan, tanda bahwa hari ini tampaknya bukan hari yang mudah baginya.
"Sayang..." suara Sadam terdengar parau, seolah menahan beban yang berat. Ia segera menghampiri Harsya dan tanpa peringatan, memeluk istrinya erat, seolah ingin melepas semua penat di pundaknya. Harsya bisa merasakan getaran emosi dari pelukan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage is Not Scary || Markhyuck
Romantik⚠️ WARNING ⚠️ INI LANJUTAN DARI POV DITIKTOK @aralieyie JIKA BELUM MEMBACA, HARAP DIBACA TERLEBIH DAHULU KALAU INGIN MENGETAHUI ALURNYA‼️ #Markhyuck #Bxb Enjoy~