Unit 21 C

95K 365 9
                                    





Sudah beberapa bulan berlalu sejak pertama kali aku melakukan seks panas bersama Om Rey, kini hubungan kami semakin dekat dan selalu bergairah. Setiap ingatan yang Om Rey berikan tidak pernah lupa olehku, bagaimana cara ia menyentuhku, memanjakanku, menyayangiku, bahkan meraung atas nikmat yang ia berikan. Om Rey satu-satunya pria yang berhasil mengubah cara pandangku akan seks tidak semenakutkan itu. Aku lebih takut kehilangan dirinya untuk saat ini.

Banyak waktu yang ku habiskan bersama Om Rey, bahkan aku tidak segan meminta kepada Ibu untuk bermalam di Unit Om Rey dengan dalih membantuku dalam belajar menjelang akhir kelulusan, dan Ibu mengizinkannya. Di waktu seperti itu lah kita memadu kasih bersama. Om Rey semakin menenggelamkan ku akan semua yang ia berikan.
Rasanya tidak sanggup harus berjauhan lama dengannya.

Hari ini aku kembali bermalam di Unit Om Rey, dan datang lebih awal, kali ini bukan aku yang meminta kepada Ibu, tapi Om Rey-lah yang berdalih untuk memilah preferensi Universitas terbaik. Ibu seperti sepenuhnya percaya padanya, itu mengapa membuatku jauh lebih lega.

"Sayang, Om ada meeting online sebentar yaa. Jangan nakal oke."

"Tapi aku kangen Om," aku gelisah dan ingin segera menyentuhnya.

Bukan jawaban yang kudengar, malah ia melumat bibirku dan aku juga menyambut dengan senang hati. Ini yang kusuka darinya, Om Rey pandai menempatkan situasi walau aku sangat menginginkannya saat ini.

"Hanya sebentar Shilla, setelah itu kita punya banyak waktu bersama." Ia mengusap kedua pipiku.

Meski sedikit tidak terima. "Baiklah," balasku.

Mengalah, aku memilih beranjak ke sofa berniat menonton telivisi sambil menunggu Om Rey. Bosan mulai menghinggapiku, perhatianku tersita pada Om Rey yang terlihat serius dengan meeting-nya. Inginku  segera berlari padanya tanpa busana saat ia bekerja seperti ini, aku bisa gila hanya memikirkannya.

Sial!

Melihatnya serius seperti ini membuatku horny.

Sudah tidak tahan lagi, aku menyusup diri ke bawah meja Om Rey, ku dekati diri pada pangkal paha dan merabanya disana. Om Rey terjingkat lalu menguasai meeting-nya kembali. Mulai beraksi, kubuka sabuk pinggang Om Rey lalu meloloskan celananya, ia turut mengangkat paha seolah mengikuti aksiku. Melihat lampu hijau dari Om Rey, ku elus perlahan kejantanannya yang masih terkulai lemas. Matanya sesekali melirikku, dan aku merasa senang saat ia terkesiap, ku berikan kecupan pada kepala bawahnya.

Tanpa menunggu lama, ku jilati seluruh kejantanan Om Rey. Mataku tidak lepas memandangi wajahnya memerah padam. Girang hatiku, Om Rey tidak bisa berkutik akan serangan yang ku berikan. Ku bawa masuk seluruh miliknya ke dalam mulutku, berusaha tidak mengenai geligi, dan ku remas pelan disekitarnya. Kuhisap testisnya dan mengunyah lembut keduanya. Kejantanan yang tadinya terkulai, mengacung sempurna dihadapanku. Rahang Om Rey terlihat mengeras, sangat mengasikkan saat aku yang menguasai. Aku yakin ia tidak bisa bertahan akan diriku.

"Saya mohon kerja samanya semua, kembali ajukan laporan jika ada kesalahan dan terjadi hal di luar kendali." Ia berusaha tetap berkomunikasi walau sedang terangsang.

"Saya mohon undur diri dahulu, meeting selesai. Terima kasih, selamat siang."

Seketika Om Rey mendorong meja dan mengangkat tubuhku jatuh ke sofa. Menduduki dirinya disana dan aku diatas pangkuannya. Om Rey bersandar diri pada sofa, tanganku bertumpu disela lehernya.

"Puasi Om, kamu diatas."

Perkataannya seolah titah bagiku, napsu yang sudah membumbung tinggi, ku buka kain yang membalut Om Rey dan membuangnya disembarang. Aku Mulai bergerilya diatasnya.

21+ Zone!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang