Harap cemas memenuhi diriku. Aku bukan seorang yang penasaran, tapi ini menyangkut suamiku. Kini pintu Unit sudah didepan mata, pengelola bergegas membuka pintu dengan kunci mekanis yang ia maksud. Aku hanya menunggu sambil menenangkan keadaan hati yang tidak menentu.
Pintu berhasil dibuka.
"Silahkan Bu, saya tunggu disini untuk mengunci Unit kembali."
Dengan pelan aku melangkah memasuki Unit, pandanganku bergerak ke seluruh sudut ruang. Ini apartemen modern nan mewah, dengan fasilitas lengkap, dan dihamparkan pemandangan gedung pencakar langit disekelilingnya, akan indah jika saat malam hari.
Sepi.
Tidak ada tanda kehadiran Mas Rendi disini.
Aku mulai meraih diri untuk mencari apa yang ada, sebagai bukti yang belum aku ketahui. Ku buka satu persatu ruang, tidak ada yang aneh. Usahaku seperti sia-sia, tapi perasaanku masih tak menentu, akhirnya kuputuskan melangkah keluar dari Unit. Sembari keluar, suara barang terjatuh kudengar dari arah ruang paling ujung dekat dengan dapur. Aku melewatkannya.Apartemen semewah ini tidak mungkin ada tikus bukan.
Perlahan kudekati arah ruang, tanganku terulur pada kenop pintu besi dan memutarnya. Terkunci. Lagi-lagi aku menghela napas kecewa. Saat hendak membalik badan, aku yakin sedang tidak berhalusinasi.
"Shhh.. emmhh.."
Mataku membola saat mendengar samar suara perempuan dari dalam. Segera ku pukul daun pintu, aku yakin ada orang didalamnya.
"Siapa di dalam?! Buka pintunya!"
"Aku dobrak ya!" ancamku.
Bayangan perempuan tersekap memenuhi kepalaku. Dilanda kepanikan aku mati akal, segera aku berlari keluar Unit meminta pertolongan pada Pak Hari yang masih menunggu.
"Pak! Bantu saya dobrak pintu itu Pak." Aku sembari berlari ke arah ruang.
"Maaf Bu, saya tidak berkenan merusak fasilitas pemilik apartemen," balasnya.
Aku tidak peduli. "Dobrak saja Pak. Ada seseorang terjebak didalamnya."
Disaat Pak Hari menyetujui dan memasang kuda-kuda untuk mendobrak, kunci pintu terbuka dari dalam. Begitu terbuka, seketika aku terhenyak.
Kakiku lunglai rasanya, itu Mas Rendi bersama seorang wanita. Aku tahu betul wanita itu, ia bintang film muda yang sedang naik daun, dan satu projek film yang Mas Rendi garap sekarang.
"Ada apa sih? Kenapa kamu bisa ada disini Nala." Tatapan itu. Mas Rendi seperti tidak suka kehadiranku.
"What the f*ck!"
"K-kamu? Harusnya aku yang bertanya! Kemana saja kamu, kenapa dia disini." Tanganku menunjuk kasar wanita disampingnya.
Ia yang kutunjuk langsung merapat diri dibalik tubuh Mas Rendi. Memang tidak ada yang aneh aku lihat, tapi dari baju dan leher kemerahan si wanita, aku tahu betul. Itu adalah Kissmark yang hina.
"Pulang lah Nala. Jangan membuat keributan, aku akan bekerja sebentar lagi," ucapnya santai.
Aku mendelik. "Bekerja heh, Kau pikir aku bodoh. Pekerjaan apa yang kau lakukan dengannya di ruang seperti ini dan hanya berduaan saja. Cocok tanam ya!"
Muak rasaku, nyatanya kabar angin yang sering aku dengar dari teman-teman semasa karirku benar. Mas Rendi kerap dekat dengan beberapa Aktris satu projek film dibelakangku. Pikiranku seringkali mengelak walau hati bertanya kebenarannya.
Tidak ada raut bersalah dimuka Mas Rendi.
"Ahh Nala. Seharusnya kamu mengerti, kamu bisa menyimpulkan dengan otak kecilmu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
21+ Zone!
Short Storykumpulan cerita dewasa by ALRetina Keep yourself, for mature only!