Lagi-lagi aku memekik dalam diam kala sepasang tangan membelai lembut kulit payudaraku, remasan juga tidak luput membuat geli merayapi sekujur tubuh. Ini pertama kalinya bagiku, seharusnya aku bisa melihat dengan siapa aku melakukan ini.
Dadaku menegang menahan napas, lidah berlendir hangat pada leher samping, mencumbui begitu dalam. Dari helaan napasnya yang memburu kasar, terdengar seperti deru-an napas laki-laki. Aku mengutuk diri mataku terpejam meresapi gairah yang tiba, inginku beri pelajaran pada dia yang kurang ajar pada diriku.
"Aahhhhh!"
Senang akhirnya aku bisa mengeluarkan suara. Namun, mataku masih tidak bisa terbuka.
"Tol-onghh.. lepasshh, ughhh.. aku mohooon.. akhhh... siapapun tolongggg!"
Mulutku meracau berteriak kencang hingga memekakkan telinga sendiri, harap ada seseorang yang bisa mendengar dan membantuku.
"Siapa kamu! Aku bilang lepasshh-Okkkhhhh."
Tubuhku mengkhianati apa yang ku ucapkan, seketika mengaduh nikmat merasa lidah berlendir berpindah membelit putingku, sembari memilin putingku diapit diantara bibirnya hangat yang memabukkan. Kucoba menggerakkan badan bak cacing kepanasan.
Pada akhirnya berhasil, lagi-lagi mataku belum bisa terbuka untuk melihat apa sebenarnya terjadi. Kuangkat tangan meraih siapa yang beraninya menyentuhku.
Jujur aku terkesiap, lidahku mendadak kelu. Kedua tanganku mengusap ragu, ini begitu terasa nyata. Rambut lebat nan lembut pada kepala yang memburuku sedari tadi, membuat terus melenguh panjang akan siksaan nikmat yang ia berikan.
Kupukul sekuat mungkin padanya, dengan harap menghentikan ini. Tapi hanya dibalas geraman berat kudengar.
"ERGGGHHH!"
Aku langsung membisu, bibirku mengatup rapat meski napas memburu. Sendi-sendi tulangku amat lemas, pasrah yang akan terjadi. Walau begitu kakiku masih berusaha menendang padanya, tapi terkunci begitu ditahan kedua tangan besar mencengkram erat pergelangan kaki.
Rasa takut bahkan menguap entah kemana, aku lebih tertarik untuk mengecap lebih lanjut akan napsu yang telah menguasai. Goyah sudah pertahanan yang kubangun, setiap cumbuan liarnya meluluhlantakkan tubuhku.
"Ouuuh jangaaan.. akhhh jangan disitu."
Mulutku kembali terbuka, melolong kuat ketika lidah berlendir itu menjamah ke bawah pangkal paha. Kepalaku mendongak keatas seiring ia menyapu inti kewanitaanku, sesekali menusuk-nusuk sengama. Ini gila, tapi menakjubkan, berhasil menjawab tanda tanya di benakku tentang rasanya 'disentuh'.
"Ougghhhh.. ja-ngaaan, toloong.. aku ngga mauu.. ehmmmh.. geliii.. shhh.. aahh."
"Lepashhh, emmhh.. iyaa teruss.. ohhh. Jangaaan!!"
Aku bahkan tidak bisa berpikir jernih dan hanya bisa meracau sejadi-jadinya. Lidahnya yang terus bergerilya, menyesap dengan begitu dahsyat, membuat panas disekitar kewanitaanku. Gelenyar aneh merayap dari pangkal paha sampai ke puncak kepala. Sesaat napasku tercekat, sesuatu yang besar akan segera meledak dari tubuhku.
"AKKKKHHHH... Awwh-assh"
Kepalaku pening seperti dihantam sesuatu yang keras, lututku mengejang hingga getarannya tidak dapat kuhentikan. Denyutan pada intiku tak kalah hebat dengan dentuman jantung di dada, basah dan lengket mengalir dari kewanitaanku, mungkin ini yang dinamakan orgasme. It feels so good.
"Hemmmh.., memang lezat gadis perawan." Sayup kudengar suara dalam, namun berat.
Aku menegang seketika, darahku berdesir, hingga sulit menghirup udara dengan baik. Perlahan kubuka paksa kedua mata yang terpejam. Dalam keyakinan hati, mataku kini sepenuhnya terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
21+ Zone!
Short Storykumpulan cerita dewasa by ALRetina Keep yourself, for mature only!