Unit 21 C

118K 442 5
                                    





"kenapa Om mendiami ku?"

Sudah beberapa hari sejak insiden yang lalu, Om Rey mendiami ku dan terkesan menghindar setiap kali bertemu, padahal aku masih bermalam di rumahnya. Aku menatap jengkel dirinya di hadapanku, keringat dan pakaiannya, ku tahu dia selepas berolah raga.

Ia merapatkan bibirnya. "Om tidak mendiami kamu shilla, biasa saja."

Bohong. Dia berbicara tanpa menatap mataku.

Tidaklah nyaman rasanya Om Rey silent treatment, aku sampai mati akal untuk mengajaknya berinteraksi.

Akhir pekan ini terasa menyiksa, dan waktu berlalu begitu lamban. Ibu akan kembali dalam tiga hari lagi, yang mana artinya aku akan menghabiskan tiga hari kedepan bersama sikap Om Rey menghindari ku.

Kini Om Rey datang ke hadapanku dengan wajah yang lebih segar dan wangi sabun menguar di tubuhnya. Hoodie dan celana panjang melekat sempurna, aroma parfum ikut memasuki indera penciumanku. Tampak santai dan ingin pergi ke suatu tempat.

"Om mau kemana?" Tanyaku.

"Mau pergi sebentar ada urusan, kamu di rumah saja," lagi-lagi Om Rey bicara tanpa menatapku.

Aku mendengus kesal, dia sudah rapi dan tampan, sedangkan aku masih memakai baju tidur. Sepertinya Om Rey tidak berniat mengajakku, hingga lirikkan pun tidak ia layangkan ketika bicara.

"Aku tidak diajak? Ini 'kan akhir pekan."

Ia melanjutkan memakai sepatu. "Dirumah saja, Om ada urusan sedikit. Nanti pulang lagi."

Pergerakannya Om Rey tak lepas dari pandanganku, lalu ia berjalan ke arahku. Seketika bibirnya mendarat di pucuk kepalaku dan satu tangannya mengelus pelan disana. Bibirnya berpindah mengecap singkat bibirku, lalu tersenyum hangat. Mataku berkedip beberapa kali, memastikan ini bukan mimpi. sejak kejadian kemarin, ini kontak fisik kembali antara aku dan Om Rey.

"Hanya sebentar ya, Shilla."

Surprise me.

Om Rey begitu cepat berubah-ubah, sedikit kewaspadaan hinggap dihatiku. Apakah nanti jika dia sudah melunak akan berubah mendiami ku lagi.

Suasana hatiku sedikit membaik, walau Om Rey harus pergi keluar tanpa diriku. Ku sibukkan diri beraktivitas menghabiskan waktu di Unit tanpa Om Rey. Matahari pun mulai terbenam, namun kehadiran Om Rey yang ku tunggu belum menunjukkan akan pulang. Aku berniat menunggunya sambil menonton televisi sampai ia kembali.

***

Rey POV

What the heck?!

Apa yang ku lakukan tadi? Bak seperti anak lelaki yang baru mengenal seks, dan belum melakukannya. Aku tau Shilla menggairahkan. Dia bisa membangun kembali gairah seksual yang telah lama tidak kusentuh.

Hatiku nelangsa, Shilla masih belia dan aku pria matang yang membutuhkan hubungan lebih dari sekedar seks.

Aku menyayanginya.

Itu lah mengapa aku menahan diri walau kesulitan mengendalikan napsu binatang. Aku memang bukan pria yang baik. Bejatnya, bisa saja ku gauli ia dari kemarin, Namun jika bersama Shilla, ku yakin akan masalah besar kedepannya, terlebih kakak tiriku. Kami memang bukan sedarah tapi ibuku dan ayahnya menikah, terciptalah hubungan saudara.

Beberapa hari ini aku menyibukkan diri dengan tujuan menghindarinya. Bukan marah tetapi gairahku selalu terbakar jika dekat dengan Shilla.

She's like magnetic.

21+ Zone!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang