ARKANZA || 03

203 27 2
                                    

Selama jam pelajaran tengah berlangsung,
Kanza tidak pernah bisa fokus pada apa yang
sedang diterangkan oleh guru di depan, saking
sibuk nya memikirkan kondisi kembaran nya yang
belum makan sejak tadi pagi.

Anak laki-laki itu berdecak kesal, menatap
jendela yang langsung mengarah pada lapangan
dimana kedua matanya membulat, menyadari kalau
hari ini adalah hari dimana ada jam pelajaran olahraga
di kelasnya Arkan.

"Anjir, hari ini kan si Arkan ada mapel
olahraga. kalo tiba-tiba dia di suruh lari, apa
gak pingsan tuh orang?" gumam Kanza, terus fokus
menatap Arkan yang sudah ada di lapangan bersama
teman-teman sekelasnya.

"Kanza, kamu ngapain ngeliat ke arah luar
terus? kamu mau ibu hukum?" tegur seorang
guru matematika yang terkenal killer, mengalihkan
atensi Kanza.

"Bu maaf bu, saya ijin ke toilet. saya mau
boker dulu, udah kebelet banget nih" celetuk
Kanza melenggang pergi tanpa menunggu persetujuan
dari guru matematika itu, mengundang amukan sang guru.

"Heh, Kanza, ibu belum mengizinkan kamu
untuk keluar ya!! Kanza!!" Kanza mengabaikan
semua ucapan guru itu, tidak peduli kalau ia harus
kena marah nanti. yang jelas saat ini ia harus cepat-cepat
bertemu dengan Arkan, karena hanya itu kepentingan nya
saat ini.

"Arkan!!" Arkan menoleh, tersenyum menatap
adiknya yang tengah berlarian ke arah dirinya. Arkan
melambaikan tangannya, menyambut kehadiran Kanza.

"Hai Kanza! kamu ko ada di sini? emangnya
di kelas Kanza lagi gak ada guru ya?" tanya Arkan.

"Diem lo! sekarang ikut gue!" Kanza menarik
paksa pergelangan tangan Arkan, membawanya
menjauhi lapangan ke tempat yang lebih sepi agar
ia bisa berbicara lebih leluasa, tanpa harus diganggu
oleh siapapun.

"Eh, kamu mau bawa Arkan kemana? Kanza,
sebentar lagi guru Arkan bakalan dateng. Kanza,
Arkan mohon lepasin Arkan!" mohon Arkan.

Kanza melepaskan pergelangan tangan
sang kembaran di tempat yang sepi. ia menatap
tajam Arkan. "eh Arkan, lo ngapain si bohong sama
gue tentang nasi goreng itu?" protes Kanza.

"Maksud kamu apa, Kanza? Arkan gak ngerti"

"Gak usah sok polos dan gak tau apa-apa
deh, Ar! gue udah tau semuanya dari Gerry! eh
Ar, sekarang jujur sama gue, kenapa lo ngelakuin
itu? kenapa lo bohong kalo tadi pagi itu lo udah sarapan?
kenapa?!"

"Siapa si yang ngajarin lo bohong? Ar, gue
tau lo itu gak pernah bohong. tapi kenapa sekarang
lo malah jadi kaya begini, hah?!" omel Kanza mencoba
menceramahi Arkan. tidak peduli kalau Arkan lebih tua
dari dirinya.

Arkan menundukkan kepalanya. "maaf Kanza,
Arkan ngelakuin hal itu supaya kamu bisa kenyang.
kalau Arkan pikir, makan nasi goreng sepiring berdua
itu gak akan bisa ngebuat kamu kenyang. Arkan takut kamu
masih kelaparan" cicit Arkan, mengulum bibir nya ke dalam.

Kanza tersentuh mendengar nya.
tapi ia tidak bisa membenarkan keputusan
sepihak dari Arkan begitu saja. pokoknya Kanza
harus tetap memberikan teguran keras pada Arkan
supaya dia tidak mengulangi kesalahan yang sama.

"Sok tau lo! lo tau apa tentang gue
hah? gak usah sok bijak dihadapan gue
dan stop ambil keputusan secara sepihak
lagi dengan pikiran kalo sebagai abang lo harus
mengalah sama adek lo. gak, gue gak mau lo punya
pikiran kaya gitu. kita itu cuma beda bulan, jadi jangan
pernah anggap diri lo sebagai abang, yang harus berkorban
demi adek lo. ngerti lo?"

TWINS || ARKANZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang