"Kanza, ayo bangun!!" Arkan mengguncang
brutal tubuh saudara kembar nya agar Kanza bisa
segera membuka kedua matanya mengingat mereka harus
pergi ke sekolah tiga puluh menit lagi.Kanza berdecak kesal, semakin memeluk
erat bantal guling nya. "ck, apaan si Ar! gue masih
ngantuk. jangan ganggu gue!" sinis Kanza tanpa ada niatan
beranjak dari tempat tidur."Ishh Kanza jangan kaya gitu dong! waktu
kita udah gak banyak tau. tiga puluh menit lagi
kita harus udah sampai di sekolah, kalau gak kita
bisa kena hukuman. emangnya kamu mau di hukum?""Yaelah Ar, gue udah biasa kali dapet hukuman
dari sekolah. lo gak usah takut, hukuman nya itu
cuma berdiri di lapangan sampe jam istirahat bunyi.
udah, gitu doang" balas Kanza santai, sudah biasa dengan
hukuman yang diberikan sekolah, mengingat dia seringkali
membuat kenakalan di sana.Kalau Kanza sudah biasa, maka lain halnya
dengan Arkan. anak laki-laki itu tidak pernah
mendapatkan hukuman selama ia bersekolah. karena
dia sangat disiplin, maka dari itu ia sering mendapatkan
pujian dari para guru. selain disiplin, Arkan juga pintar. tak
seperti kembarannya. tidak heran kalau keduanya seringkali
dibanding-bandingkan.Arkan melotot tak percaya mendengar
ucapan Kanza yang dengan santai nya mengatakan
kata cuma ? jelas-jelas itu hukuman yang sangat mengerikan
sehingga Arkan di buat bergidik ngeri."Tadi kamu bilang apa, Kanza? cuma? cuma
berdiri di lapangan sampai jam istirahat? Kanza,
ngebayangin nya aja Arkan udah gak kuat. Kanza, pokonya
kita gak boleh sampai terlambat! ayo bangun, Kanza!" heboh
Arkan, menarik paksa bantal guling Kanza.Kanza mendengus samar, menatap tajam
Arkan. "Ar, sumpah lo berisik banget. kalo lo
gak mau di hukum, lo berangkat duluan aja. gue
masih mau tidur! ngantuk banget nih gue!" kesal Kanza,
kembali memejamkan mata."Ck, Kanza--"
"HUWAA BERISIK!! SUMPAH LO CEREWET
BANGET, AR! NIH LIAT GUE UDAH BANGUN!! PUAS
LO?!" geram Kanza membuka matanya lebar-lebar agar
Arkan puas membuat Arkan tersenyum dan memberikan
ibu jarinya."Nah, gitu dong! yaudah, buruan ya mandi
nya. Arkan tunggu di meja makan! inget, waktu
kita ga banyak""Nyenyenye" bibir Kanza menye-menye ke depan
sembari melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Arkan
hanya bisa menghela napas berat, memutuskan keluar dari
kamar menuju meja makan.Di meja makan, Arkan bisa melihat
kalau ada paman nya di sana. belum sempat
menyapa, sang Om sudah lebih dulu bersuara
membuat Arkan yang awalnya hendak duduk malah
kembali berdiri. padahal dia sudah menarik kursi untuk di
duduki."Semalem kamu sama Kanza abis keluyuran
kemana? kenapa waktu Om dateng ke kamar kalian,
kalian gak ada di sana?" tanya Arya mengintimidasi dengan
aura tak suka dan dingin.Arkan menunduk, tidak tau harus berkata
jujur atau tidak. masalahnya kalau dia jujur,
Kanza bisa kena marah. tapi di lain sisi Arkan juga
tak bisa berbohong di depan Arya karena takut ketahuan."Kenapa diem? kamu tau gak? ini itu bukan
rumah kamu sama Kanza. ini rumah saya, jadi
kalian gak bisa seenaknya di sini. pokoknya saya gak
mau ya kejadian ini terulang lagi. kalau ini sampai terulang,
saya akan kunci seluruh jendela dan pintu supaya kalian gak
bisa masuk ke rumah! paham?!" tegur Arya sinis.Arkan hanya bisa mengangguk pasrah.
toh dia juga sadar akan posisinya di sini. apa
yang dikatakan oleh Arya itu benar. jadi Arkan
tak bisa membantah nya sedikit pun. "iya Om, maaf.
Arkan janji kejadian itu gak akan terulang lagi"

KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS || ARKANZA
Teen FictionArkan dan Kanza, merupakan kembar fraternal yang memiliki sifat saling bertolakbelakang. Meskipun keduanya memiliki kepribadian yang berbeda 180°, namun mereka sangat kompak dan memiliki ikatan batin yang sangat kuat. Mereka hidup bersama dengan p...