3. Fakta Yang Mengejutkan

46 26 21
                                    

Saat ini Ellina masih terbaring di atas kasur tersayangnya. Ya, hari ini adalah hari Minggu lebih tepatnya Weekend. Ellina berencana bangun siang, akan tetapi suara ketukan pintu yang sangat keras membangunkannya.

Tok tok tok

"DEKKK BANGUN, DI PANGGIL BANG LANGIT TUH, JANGAN MOLOR MULU."
Teriak Alaska.

"IHH BERISIK BANGET SIH, ADEK MASIH NGANTUK."

"DISURUH BANGUN SAMA BANG LANGIT, MAU DI AJAK JALAN KATANYA."

Mendengar itu Ellina pun sontak terbangun dari atas kasur dan berlari membuka pintu.

"Mau diajak jalan kemana katanya?"
Tanya Ellina dengan muka sembab khas bangun tidur.

"Ngga tau tuh, sana samperin di bawah lagi sarapan."

Ellina bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka sebelum turun ke lantai bawah. Selesai mencuci muka, Ellina berlari menuju lantai bawah.

"Jangan lari-lari dek." Ucap Langit.

"Bang Langit mau ajak adek jalan-jalan? Kemana?" Tanya Ellina dengan semangat.

"Nanti Abang kasih tau tapi sekarang kamu sarapan dulu habis itu mandi, dandan yang cantik, tapi ngga usah dandan juga kamu udah cantik."
Ucap Bang Langit dengan senyuman.

"Hilih gombal."

***

Saat ini Ellina dan juga Langit berada di sebuah Mall besar di Jakarta. Awalnya Ellina sempat mengira jika Langit ingin mengajaknya berkeliling menggunakan motor. Sesampainya di dalam Mall, Ellina hanya mengekor Langit dari belakang, Karena sepertinya memang Langit ingin mencari sesuatu untuk dia beli.

"Toko perhiasan?" Ellina terkejut saat Langit membawanya ke sebuah toko perhiasan.

"Kok kita kesini Bang?" Tanya Ellina.

"Abang mau beli cincin, tapi kamu yang pilih ya." Jawab Langit sambil tersenyum.

"Cie cie, Bang Langit mau ngelamar cewe yaaa? Spill dong cewenya."
Ejek Ellina.

"Udah pilihin aja dulu."

Ellina pun melihat satu persatu cincin yang ada di hadapannya, "Bingung milihnya, bagus semua." Gumam Ellina.

"Yang menurut kamu bagus aja." Ucap Langit.

Mata Ellina tertarik dengan cincin berwarna silver, "Nih yang ini bagus." Ucap Ellina sambil menunjuk cincin yang menurut dia bagus.

"Bener yang ini bagus?"

"Iya bagus, tapi terserah Abang sih, kalau menurut Abang kurang bagus nanti adek pilihin lagi." Ucap Ellina.

Mendengar itu pun Langit tersenyum, "Saya pilih yang itu 2 ya mba, tolong dibungkus dengan rapih."

"Baik Pak."

Mendengar itu Ellina terkejut, "Loh beli 2? Abang mau langsung ngelamar apa gimana?" Tanya Ellina.

"Kamu liat aja nanti." Ucap Langit.

Setelah membeli cincin di toko perhiasan, mereka pergi ke toko sepatu wanita.

"Jiakhh mau beliin Sepatu juga nih ceritanya."  Ledek Ellina.

"Abang mau beliin buat adek kok, gih pilih yang adek suka, itung-itung imbalan karena udah mau temenin abang ke Mall."

"Serius? asikkk."

Langit yang melihat adiknya kegirangan merasa gemas, "Lucu banget sih anjir."

Ellina pun melihat satu persatu sepatu wanita yang ada di atas rak, "Duh ini mah kebanyakan high heels sama flatshoes, gua kan maunya sneakers."

Merasa tidak ada yang cocok Ellina akhirnya menghampiri Langit yang sedang duduk sambil memainkan ponsel, "Bang, ini mah sepatu cewek semua."

"Lah kamu kan juga cewek dek."

"Adek maunya sneakers, ngga mau heels, heels adek udah banyak dirumah."

"Emang ada berapa?"

"Ada 4 pasang."

Mendengar itu Langit pun tersenyum gemas, "4 pasang cuman dikit dek, lagian kan kamu perempuan, ngga ada salahnya ngoleksi sepatu perempuan yang banyak."

"Yaudah deh beli." Ucap Ellina dengan nada malas.

Langit tersenyum sambil mengusap rambut Ellina, "Kalau adek ngga mau beli juga ngga apa-apa, Abang ngga mau maksa."

"Beli aja deh, itu adek mau yang itu flatshoes aja buat ngampus." Ucap Ellina sambil menunjuk flatshoes yang dia mau.

Langit mengangguk, "Tolong yang satu ini dibungkus ya."

***

Sesampainya dirumah, Ellina dikejutkan oleh kehadiran Nenek dan juga Kakek dari Papanya. Pasalnya jika Nenek dan Kakek nya ingin berkunjung selalu menghubungi Ellina terlebih dahulu untuk menanyakan ingin dibawakan sesuatu atau tidak.

"Loh ada Nenek sama Kakek, tumben ngga nelfon adek dulu?" Tanya Ellina sambil mendudukan dirinya di sofa tamu.

"Sengaja, biar surprise." Ucap sang Kakek sambil tersenyum.

Ellina tersenyum, "Iya aja deh."

Kakek ikut tersenyum sambil melihat Langit, "Sini duduk Bang, kita ngobrol."

Langit pun mengikuti arahan sang Kakek, "Apa kabar kek?"

"Alhamdulillah baik bang, kamu?"

"Always good."

"Syukurlah, itu badan makin jadi aja bang, ngegym mulu pasti setiap hari."

"Iya kek, kalo lagi senggang aja sih sebenernya."

Tak lama, Bunda pun bersuara, "Jadi, boleh kita mulai obrolannya?"

"Mau ngobrolin apa Bun?" Tanya Ellina.

Bella menatap Ellina sangat dalam, "Dek, maaf Bunda baru bilang sekarang ke kamu. Sebenarnya, Bang Langit bukan anak kandung Bunda nak."

Mendengar hal itu sontak Ellina sangat terkejut, "Apa? Bunda ngga usah bercanda deh, ngga lucu tau Bun."

"Bener dek, Bunda ngga bercanda."

Ellina menatap Langit tak percaya, "Bang ini boongan kan? masa iya Bang Langit kakak tiri aku, ngga mungkin ah."

Langit pun mendekati Ellina, "Bener dek, apa yang Bunda bilang tadi itu bener, kalau Bang Langit ini bukan anak kandung bunda."

Ellina masih tak percaya apa yang di bilang Bunda nya, "Kalau emang bener mana coba buktinya? Kasih liat ke adek buktinya sini."

Melihat Ellina masih tidak percaya, Bella pun mengeluarkan amplop coklat yang berisi hasil tes DNA. Bella memang sengaja menyiapkan berkas itu, agar Ellina percaya bahwa Langit bukanlah anak kandungnya.

Ellina pun membuka amplop yang berisi hasil tes DNA itu, betapa terkejutnya dia bahwa hasil darah Langit dengan darah Bella dan Marcel berbeda, "Hah? ini ngga mungkin pasti." Ucap Ellina sambil menggelengkan kepalanya.

Bella mengelus rambut Ellina, "Maafin Bunda dek, maaf Bunda baru kasih tau adek sekarang."

Ellina menatap Bella dengan raut wajah yang terlihat sedih, "Kalau emang kenyataan nya seperti, adek ngga masalah Bun, adek bakal tetep anggap Bang Langit adalah Kakak Kandung adek."
Ucap Ellina dengan senyuman getir.

Bella pun ikut tersenyum, "Dek, boleh Bunda minta 1 permintaan buat adek? Bunda janji ini adalah terakhir kali nya Bunda meminta sesuatu sama adek.

"Boleh, apa Bun?"

"Bunda mau, adek sama Bang Langit menikah."





Tbc~

Learn To Love You (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang