6. Hari Pernikahan

28 14 10
                                    

Saat ini Langit tengah berada di ruangan yang hanya berisikan dirinya dengan kedua adik laki-lakinya yaitu Angkasa dan Alaska. Berulang kali ucapan ijab kabul Langit lontarkan. Dirinya sangat gugup, mengingat ini adalah pertama kali dan terakhir kali bagi dirinya mengucapkan janji suci dihadapan banyak orang.

Sekitar setengah jam Langit berlatih, merasa haus Langit pun mengambil segelas air putih yang sudah dibawakan Angkasa, "Minum dulu bang biar ngga kering tenggorokannya." Ujar Angkasa.

"Kira-kira gua bisa ngga ntar pas ijab kabul Sa?" Tanya Langit.

"Insyaallah bisa Bang, harus yakin pasti bisa."

Langit tersenyum, "Doain ya semoga lancar."

"Aamiin." Ujar Angkasa dan Alaska.

Di tempat lain, Ellina saat ini sedang di rias oleh tim MUA kenalan Bella. Ellina merasa masih tidak menyangka bahwa ia akan menikah dengan Langit. "Bun, ini nyata kah?" Tanya Ellina dengan pandangan kosong menatap kaca yang menampilkan dirinya tengah di rias.

Bella yang mendengar itu pun merasa sangat bersalah kepada anak perempuan semata wayangnya, "Maafin Bunda nak, Bunda yakin ini yang terbaik buat adek."

Ellina yang mendengar jawaban Bella merasa kesal, "Ngga Bun, adek ngga bisa." Ucap Ellina sambil menunduk.

"Insyaallah bisa dek."

Ellina menatap Bella dengan pandangan teduh, "Gimana Bun? Ngga segampang itu buat bisa jatuh cinta sama Bang Langit, dia kakak aku Bun."

Bella mengusap lengan Ellina, "Bisa dek, mulai sekarang jangan anggap Bang Langit sebagai kakak kamu, tapi anggap Bang Langit sebagai suami kamu ya. Adek bisa nak, Bunda yakin itu."

Ellina yang mendengar penuturan Bella hanya terdiam. Dirinya bingung, apakah ia bisa mencintai Langit sebagai suami?

***

Acara inti yaitu ijab kabul dimulai dengan Langit yang menjabat tangan Marcel dengan kuat. Dirinya sangat gugup, bahkan berkali-kali Langit mencoba trik pernafasan agar dirinya bisa tenang.

"Sudah siap?" Tanya Pak Penghulu.

Langit mengangguk, "Siap pak."

"Baik kita mulai."

"Bismillahhirrahmanirrahim, Saya Nikahkan dan Saya Kawinkan Engkau Ananda Langit Mavendra Abhimaya Binti Agus Pangestu, dengan Anak Saya Ellina Xaviera Abhimaya Binti Marcell Ganeswara Abhimaya, dengan Maharnya berupa Mas seberat 50 gram dibayar tunai." Ucap Marcell dengan 1 tarikan nafas.

"Saya Terima Nikah dan Kawinnya Ellina Xaviera Abhimaya Binti Marcell Ganeswara Abhimaya dengan Mahar tersebut dibayar tunai." Ucap Langit dengan suara lantang."

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"SAH." Ucap para saksi.

"Alhamdullillah."

Mendengar itu sontak para tamu juga keluarga langsung berdoa. Selesai berdoa, sang mempelai wanita yaitu Ellina menghampiri Langit yang sudah berdiri tak jauh di depannya. Jantung Ellina berdegup dengan sangat kencang, berkali-kali dirinya mengatur nafas sambil berjalan menghampiri Langit.

Sesampainya di hadapan Langit, Ellina dituntun untuk mencium tangan Langit yang sekarang sudah sah sebagai suami nya. Ellina merasakan tangan Langit yang sangat dingin akibat gugup, setelah mencium tangan, Langit mendekatkan wajahnya untuk mencium kening Ellina.

Ellina yang merasakan itu pun sedikit terkejut, "Duh jantung gua ngga bisa di kondisikan banget sih ini." Batin Ellina.

Selesai dengan acara cium tangan dan juga kecup kening, mereka dituntun untuk memasangkan cincin pernikahan. Saat cincin pernikahan dibuka, Ellina terkejut karena cincin yang ia lihat adalah cincin yang beberapa minggu lalu Langit beli saat pergi ke mall bersamanya.

Learn To Love You (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang