Bab 09

40 5 1
                                    

“Hal paling aku takutkan di dunia ini selain Allah adalah kamu. Iya, akut takut kehilangan kamu, Arshaka.”

*
*
*
*

🛩️Happy Reading🛩️

🛩️Happy Reading🛩️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Pagi hari yang sangat cerah, menyelimuti kota Jakarta yang luas nan megah ini. Gila sih, cuaca yang panas ekstrim ini masih mendarah daging di kota ini. Bahkan setengah penduduknya bisa jadi ikan pindang.

Jakarta, yang dulunya menjadi Ibu Kota, kini sedikit—ya bisa di bilang maju. Dengan kepadatan penduduknya.

Kok jadi ngomongin Jakarta.

Oke lanjut.

Tahu nggak? Kalau hari ini adalah hari minggu alias weekend. Dimana semua orang melakukan aktivitas lainnya selain bekerja. Ya, seperti berlibur, wisata, olahraga ataupun hal-hal yang lainnya.

Sera bangun pagi hari ini. Tumben sih memang, karena nggak biasanya dia bangun sepagi ini. Di jam 06.00 WIB. Bagi dia, itu sudah pagi sekali. Wow.

“Non Sera, non mau kemana? Tumben jam segini sudah bangun?” tanya bi Lela. Sambil menaruh makanan di meja makan.

“Eh bi, iya nih, Sera bosen banget. Kan hari ini weekend, jadi Sera mau keluar, makan angin,” jelasnya yang membuat bi Lela bingung.

“Makan angin, non?”

Sera tertawa girang. “Bercanda bi, maksudnya tuh jalan-jalan keluar gitu. Makan angin tuh, bahasanya upin ipin,” katanya.

“Oohhh, ah si non mah, bikin bibi bingung aja sama ucapan non,” ucap bi Lela sedikit memukul lengan Sera pelan.

Di sela canda tawa mereka, tiba-tiba Emira datang dengan pakaian rapi. Sera terkejut dengan datangnya Mama tercintanya itu.

“Mama mau kemana? Ini kan—hari minggu. Memangnya mama nggak libur?” tanya Sera penasaran.

Emira mengambil roti dan di isi dengan selai kacang. “Aduh sayang, kan kamu tahu sendiri, mama ini nggak ada libur. Mama harus cek pasien mama di rumah sakit.”

“Tapi ma—”

“Kalau kamu butuh mama, kamu langsung datang ke rumah sakit aja. Mama ada di sana ya sayang.” Emira langsung mencium pucuk rambut Sera dan bergegas pergi.

Bahkan Sera belum sempat ngomong, kalau dia ingin sekali weekend bersama mamanya. Dia duduk di meja makan, dan mengambil roti dengan di isi selai coklat dan tiramisu. Wajahnya kembali masam. Melihat itu, bi Lela jadi merasa kasihan. Dia mengerti perasaan Sera itu seperti apa.

Langit dan Ceritanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang