Bab 08

48 10 1
                                    

“Gimana mau bersama, kalau waktu kamu aja buat Negara semua!”

*
*
*
*

🛩️Happy Reading🛩️

🛩️Happy Reading🛩️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Masih dalam posisi yang sama, Arshaka mencoba menenangkan Sera. Sepertinya, dia memang ketakutan sekali.

“Anasera, kamu bisa dengerin saya nggak?” tanya Arshaka.

Mata Sera masih menatap mata indah Arshaka. Sepertinya Sera sedikit modus wkwk. Biasalah, namanya juga deg-degan. Sera kemudian mengangguk.

“Ini minum dulu, cu. Biar lebih tenang!” Nenek itu memberikan sebotol air putih yang beliau punya.

Arshaka mengambil air minum itu dan memberikannya pada Sera. Pelan-pelan. Dia langsung meminum air itu, di bantu dengan Arshaka memeganginya.

“Udah mendingan?” tanya kembali Arshaka.

“S—sudah kok, lumayan.” Kini Sera sudah bisa berbicara walau sedikit terbata-bata.

Dan Arshaka merasa lega. “Kamu nggak pa-pa kan? Ada yang luka nggak?”  pertanyaan itu kembali muncul.

Kali ini, Sera bisa menjawab. “Nggak pa-pa kok, aku baik-baik aja,” katanya.

Dan, kalian tahu? Ada yang aneh dengan ucapan Sera. Dia berkata aku, bukan saya. Itu agak menjanggal bagi Arshaka. Wajah dia membuat Sera bingung. Dan kemudian dia tersadar akan ucapannya sendiri.

“Ah—enggak gini, maksudnya—itu, saya—bukan aku, iya saya baik-baik aja,” ucap Sera dengan begitu panik.

Panik nggak, panik nggak? Wkwk.

Oke lanjut.

Arshaka tersenyum tipis, melihat tingkah Sera yang sedikit agak random. Lucu sih tapi.

“Aww!!” rintih Sera.

“Kenapa?” panik Arshaka.

Sera terkejut akan gercep-nya Arshaka saat dia merintih kesakitan. Apa-apaan ini maksudnya? Apakah sudah ada tanda-tanda bahwa .....

“Enggak—tangan aku—kok sakit banget,” ucap Sera sambil memegangi tangannya.

“Boleh saya lihat tangan kamu?” izin Arshaka.

Langit dan Ceritanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang