Bab 03.

60 7 2
                                    

Kalau suatu saat nanti aku mati, apa kamu siap mencari penggantiku, Kolonel?

*
*
*

🛩️Happy Reading🛩

🛩️Happy Reading🛩️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kantor Polisi.

Di tempat ini, Sera berada. Di jam pukul 08.00 WIB. Benar-benar udah telat banget sih kalau kembali menuju kantor. Ibu dan Anak itu menuju ke ruang interogasi untuk di mintai keterangan. Sedangkan, Sera di ajak untuk duduk di ruang tunggu.

“Anda tunggu di sini sebentar,” ucap laki-laki itu dengan nada halus tapi cool.

Sera memutar bola matanya malas. Dia kemudian duduk dan menunggu arahan selanjutnya. Bosan sekali menunggu. Ya karena, dimana-mana menunggu itu nggak enak kan?

Beberapa menit kemudian.

Selesai juga tugas Sera di sana. Dia sudah di mintai keterangan dan juga kesaksian.

“Dek, terima kasih banyak ya sudah menolong saya dan anak saya. Maaf jadi merepotkan kamu,” ucap Ibu itu dengan iba.

Sera tersenyum. “Nggak pa-pa kok, Bu. Saya justru senang bisa menolong Ibu walau nggak banyak.”

Saat Ibu itu mau melangkah pergi, Sera berusaha menghentikannya.

“Sebentar Bu, ibu—pulang naik apa?” tanya Sera.

“Saya jalan kaki, Dek. Soalnya kalau naik kendaraan umum pasti mahal,” ucap Ibu itu dengan wajah yang bisa di bilang kasihan.

“Oh jangan—hhmm, gini aja, Ibu sama anaknya naik taksi aja. Biar saya pesankan taksi buat Ibu,” ucap Sera sambil mengeluarkan Handphone-nya.

Dia segera mencari taksi online, untuk Ibu itu. Selang beberapa menit, dia mendapatkannya. Dan menyuruh Ibu itu masuk dan segera pulang ke rumahnya. Sebelumnya, dia juga sudah bertanya kok di mana alamat rumahnya.

“Terima kasih banyak ya, Dek. Semoga, kebaikan kamu di balas sama Yang Maha Kuasa.” Ibu itu memegang pundak Sera.

“Amin,” jawab Sera tersenyum.

Kemudian, Ibu itu melihat bahwa laki-laki tadi berada di belakang Sera dan akan segera menuju ke arah Sera. “Sepertinya, suami adek mau menghampiri adek.”

Sera kebingungan. Dia menoleh ke belakang, dan di lihat bahwa laki-laki itu mau mendekatinya. Ibu itu salah paham.

“Bb—bukan, dia bukan—”

Langit dan Ceritanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang