Siapa percaya Abitama, ketua geng Gagak Hitam, mutusin tobat? Alasan "demi masa depan dan Ibu" udah klise. Kalau nggak lulus kuliah, Abi kena DO. Sementara keahlian dia macu motor dan bercinta bukan nilai akademis.
Di sisi lain, Icha, mahasiswi berp...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
* * *
Abi mengamati manusia bertatto yang menabraknya. Dari aromanya sih cewek, taoi perilaku cowok. Tenaga cewek, keberanian cowok.
Abi heran, itu manusia cewek, cowok, atau makhluk jenis baru rekayasa genetik? Dia menghampiri tiga pemuda di gazebo.
"Tuh siapa tadi?" tanya Abi kepada mahasiswa junior semester empat.
"Itu Icha Mas, junior semester dua."
"Icha? Dia cewek?"
Mereka mengangguk nyaris serentak, sambil senyam senyum. Salah satu dari mereka, cowok berkaos merah bilang, "Dia pinter banget loh, Mas. Kemarin semester satu dapat nilai A+ di pengantar Ilmu Hukum."
"Ooo."
Lalu cowok berbaju biru di sebelah Abi menambahkan. "Dia juga Mahasiswa beasiswa, Mas."
"Ooo."
"Dia asisten Bu Ningsih."
"Ooo."
"Dia jomblo Mas."
Abi mengangguk angguk. Dia sering bertemu cewek bertatto, tapi baru kali ini bertemu cewek bertatto galak seperti macan tutul.
Tiba - tiba Kiki muncul di langit, duduk bersilang kaki di teratai yang diselimuti awan putih.
"Ingat, kamu butuh bantuan dari orang cerdas untuk lulus Mata kuliah. Demi Wisuda, demi Skripsi."
"Mas, mas?" Cowok berkaos merah heran, ikut memandang langit. "Ada apa sih di sana?"
"Ah, nggak ada apa apa. Kalian tahu di mana rumah Icha?"
Mereka bertukar pandang, saling mengoper kode lirikan mata. Si baju merah mewakili meraka untuk menjawab. "Kurang tahu ya, Mas. Tapi dia kerja di Kafe... ehm, apa ya namanya, Kafe... Kefka.... Kafe Kopi Kefka!"
"Ooo. Bisa beritahu, ceweknseoerti Aoa Icha?"
"Dia jutek, cool, tomboy banget. Circle-nya dikit Mas, lantaran dia sering kerja part time, jadi jarang kumpul kumpul."
"Ooo. Makasih ya."
Abi melanjutkan perjalaman menuju lahan parkir. Dia berencana menemui dua Mahasiswi Beasiswa di perpustakaan, tapi dia yakin dua Mahasiswi itu bakal menolak membantunya setelah apa yang dia lakukan kepada sahabat mereka.
