18. Pacar Ashlan

8 4 2
                                    

Malam hari, dibawah sinar bulan yang perlahan kian meredup, tertutup oleh awan hitam. Hembusan angin malam yang dingin terus menerpa setiap helai dedaunan.

Di tepi jalan yang sepi, yang hanya di terangi oleh lampu jalanan yang rmang. Zahira terlihat tengah berjalan sembari tangannya yang memegang koantong pelastik berisikan nasi bungkus yang ia beli di depan pasar.

"Zahira,"

Zahira menghentikan langkahnya saat mendengar seseorang memanggilnya dari arah belakang. Matanya membola, degup jantungnya pun terpacu sangat cepat ketika mendapati seorang remaja laki-laki tengah berdiri sembari tersenyum miring ke arahnya.

"Zi-Zidan...." ucap Zahira lirih. Ia terkejut bukan main, bagaimana bisa Zidan berada di belakangnya? Bukankah sejak tadi Zahira berjalan seorang diri?

"Hai," sapa Zidan lalu melangkahkan kakinya mendekat.

Zahira refleks memundurkan langkahnya perlahan. "Ka-kamu mau ngapain?" tanya Zahira gugup.

"Hmm ... ngapain ya?...." Zidan mengantungkan ucapannya, berfikir sejenak lalu tersenyum menyeringai. "Kayanya kalo kita main-main dulu enak nih ... kebetulan kita cuma berdua,"

Ucapan Zidan sontak langsung membuat Zahira merinding, jantungnya terpacu semakin kencang, dan tubuhnya yang mulai begetar menahan rasa takut.

"H-hah?"

Zidan semakin melangkah maju membuat Zahira terus-menurus melangkahkan kakinya mundur ke belakang.

Saat Zahira hendak berlari, tangan kekar Zidan dengan cepat mencekalnya, menariknya hingga kini tubuh mungil Zahira menempel dengan tubuh jangkung Zidan.

"Lepas," pinta Zahira sembari terus mencoba untuk melepaskan dirinya dari dekapan Zidan.

"Mau gue lepasin? Ada syaratnya," kata Zidan sembari tersenyum menyeringai.

Keringat mengalir di pelipis Zahira dengan begitu deras. Ia sekuat tenaga berusaha mendorong tubuh Zidan agar menjauh darinya. Namun, usahanya menghianati hasil karena Zidan sama sekali tidak bergerak. Zidan justru semakin mengeratkan dekapannya.

"Lepasin!" pinta Zahira dengan nafas yang muali tidak beraturan.

Zidan tidak menggubris ucapannya, laki-laki itu justru dengan lancangnya menenggelamkan kepalanya di ceruk leher jenjanh Zahira yang terekspos.

Zahira bergerak gelisah ketika ia merasakan sesuatu yang basah menggerayangi lehernya.

"Ahhkkk!" Zahira berteriak kecil saat Zidan dengan sengaja menghisap lehernya.

"To-tolong!" teriak Zahira mencoba untuk mencari pertolongnya. Namun, kondisi jalan yang cukup sepi membuat harapannya sirna seketika.

"Nggaka akan ada yang nolongin lo," kata Zidan.

"Tolong!!" teriak Zahira lagi dengan sekuat tenaga.

Air mata Zahira luruh seketika, ia menangis dengan tubuh yang bergetar. Zahira berdoa dalam hatinya, berharap akan ada keajaiban yang bisa menolongnya.

Brak!

Tubuh Zahira terhempas dan tertindih oleh tubuh jangkung Zidan. Laki-laki itu meringis sembari memegangi kepalanya yang terkena pukulan cukup keras. Entah benda apa yang baru saja menghantam kepalanya.

Dugh!

Mata Zahira membola ketika seseorang menendang tubuh Zidan dengan sekuat tenanga tanpa belas kasihan. Orang itu mengulurkan tangannya membantu Zahira untuk berdiri lalu memeluknya dengan erat.

"A-Ashlan,"

Ashlan menganggukkan kepalanya. "Kamu tenang ya, udah ada aku disini," kata Ashlan mencoba untuk menenangkan kekasihnya.

"Sebentar ya," ucap Ashlan lalu melepas pelukannya dan berjalan ke arah Zidan yang tengah duduk di aspal dengan tangannya yang terus memegangi kepala.

"Bangun lo! Baj*ngan!" maki Ashlan lalu menarik kerah baju Zidan, memaksakannya untuk berdiri lalu menghempaskannya hingga Zidan kembali mengantam aspal dengan begitu keras.

Ashlan hendak melayangkan pukulannya namun teriakan Zahira berhasil menghentikan aksinya.

"Ashlan udah!" teriak Zahira. "Udah plis aku takut...." ucapnya lirih dengan suara yang bergetar dan tubuhnya yang juga bergetar.

Ashlan sempat menoleh sejenak namun tidak berniat untuk menghampiri Zahira. Ia tetap menghajar Zidan hingga laki-laki babak belur di sekujur tubuhnya.

Saat Zidan yang sudah terkapar tidak berdaya, Ashlan menghentikan aksinya. Namun, ia tidak melihat keberadaan Zahira disana. Entah kemana gadis itu pergi.

Ashlan berteriak memanggil nama sang kekasih tapi tetap tidak ada jawaban. Ia hendak menelepon namun ponsel Zahira tidak dapat dihubungi. Akhirnya dengan perasaan cemas, Ashlan berjalan ke mobilnya lalu melajukannya pelan sembari memperhatikan jalan, berharap menemukan kekasihnya.

^__________^^__________^

Zahira membuka pintu rumah, masuk lalu menutup dan langsung menguncinya kembali. Ia duduk kursi kayu yang berada di ruang tengah. Nafasnya tersenggal, dan tubuhnya yang berkeringat.

Saat Ashlan tengah berkelahi dengan Zidan, Zahira berlari ketika dari kejauhan ia melihat sosok gadis yang tidak asing baginya. Ya itu Cleona, entah sedang apa gadis gadis itu berdiri tidak jauh darinya dan Ashlan.

"Apa tadi Ashlan bareng dia ya," pikir Zahira yang malah mengira bahwa Ashlan tadi sedang jalan berdua dengan gadis yang tidak Zahira ketahiui namanya.

Perlahan, pikiran Zahira mengingat kembali kejadian beberapa waktu lalu saat Ashlan menolongnya dan ia yang bertemu dengan seorang gadis asing.

Flashback on.

Zahira meringis ketika Ashlan dwngan sekuat tenaga memukul Zidan tanpa ampun. Laki-laki itu mengerang kesakitan saat merasakan sesuatu benda keras menghamtam lengan kirinya.

"Hai,"

Zahira tersentak ketika seseorang menyapanya dari belakang. Ia menoleh dan mendapati seorang gadis cantik yang sepertinya tidak asing baginya.

"Lo Zahira kan?" tanya gadis itu.

Zahira mengangguk sembari memperhatikan gadis dihadapannya dengan begitu lekat. Sungguh, gadis itu sangat cantik dan Zahira mengakui itu.

"Lo pacarnya Ashlan kan?" tanya gadis itu lagi membuat Zahira kembali mengangguk sebagai bentuk jawaban.

"Kenalin, gue pacar barunya Ashlan," ucap gadis itu memperkenalkan diri namun tidak menyebutkan namanya.

Bagaikan di sambar petir di tengah hari, hati Zahira terasa seperti tertusuk oleh benda tajam, seolah tersayat hingga menciptakan rasa perih yang amat luar biasa.

Zahira diam membisu, berusaha untuk mencerna ucapan gadis asing di hadapannya. Pikirannya kalut, dijelajahi oleh rasa kesal dan amarah.

Gadis di hadapannya tersenyum miring melihat keterdiaman Zahira. Ia merasa cukup puas dan berharap setelah ini hubungan Zahira dan Ashlan akan segera berakhir agar ia bisa dengan cepat memiliki Ashlan seutuhnya.

"Kenapa? Kaget ya? Nggapapa santai aja, tapi gue minta setelah ini lo jauhin Ashlan, karena dia milik gue!" tekan gadis itu di akhir kalimatnya.

Setelah mengucapkan itu, gadis tersebut pergi menjauh dan meninggalkan Zahira yang masih terdiam membisu.

Cukup lama Zahira terdiam, hingga akhirnya ia memilih untuk melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu dan meninggalkan Ashlan yang masih berkelahi dengan Zidan.

Hatinya hancur, sakit, dan juga perih. Zahira menangis sepanjang perjalanan menuju rumah. Ia tidak menyangka bahwa Ashlan akan setega dan sejahat itu hingga menduakannya tanpa sepengetahuannya. Pantas saja pesan dan panggilan teleponnya tidak pernah dibalas ataupun dijawab, ternyata tanpa sepengatahuannya Ashlan telah menemukan penggantinya.

Flashback off.

Zahira menangis sembari memeluk bantal dengan kepalanya yang bersandar di kepala ranjang. Isakan yang semula kecil terdengar menjadi sebuah raungan yang terdengar sangat memilukan.

Cinta Akan Selalu AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang