Dengan tubuh yang gemetar kedinginan karena terkena hujan yang cukup deras, Ashlan berjalan menyusuri gang sempit yang hanya bisa di lalui oleh satu kendaraan bermotor saja. Sedangkan Ashlan, ia membawa mobil dan terpaksa meninggalkan mobilnya di pinggir jalan.
Dari kejauhan Ashlan melihat dua orang bapak-bapak tengah duduk di depan salah satu rumah warga. Ia berjalan menghampiri berniat untuk bertanya.
"Permisi pak, maaf ganggu." ucap Ashlan begitu ia sampai di depan rumah tempat bapak-bapak itu duduk.
"Iya, ada apa?" tanya salah satu dari bapak itu.
"Saya mau tanya, bapak kenal sama yang namanya Zahira nggak? Katanya fia tinggal di daerah sini, tapi saya nggak tau rumahnya yang mana," ujar Ashlan dengan sopan.
Kedua bapak itu mengangguk-anggukan kepalanya pelan sembari berfikir sejenak.
"Zahira ... oh, neng Ira?" kata bapak-bapak itu serentak.
"Iya pak, benar. Bapak tau rumahnya dimana?" tanya Ashlan lagi.
"Tau, tau. Itu yang kontrakan di tengah cat biru awan," jawab bapak itu sembari menunjuk ke arah rentetan kontrakan bercat warna warni.
Ashlan menolehkan kepalanya mengikuti kemana arah bapak-bapak itu menunjuk, ia melihat kontrakan yang berjejer dan fokusnya mengarah pada salah satunyanyang bercat biru muda, sesuai dengan ucapan bapak-bapak di hadapannya.
"Oh, yang itu ... oke pak makasih, kalo begitu saya duluan ya pak," ucap Ashlan di angguki oleh kedua bapak-bapak itu lali ia berjalan menuju salah satu kontrakan.
Tok. Tok. Tok.
Ashlan mengetuk pintu dengan harap-harap cemas, takut kalau penghuni rumah ini bukan Zahira. Ia menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan, tubuhnya sudah menggigil. Meskipun ia memakai hodie, tetap saja jika sudah terguyur air hujan tetap akan basah juga. Apalagi keadaannya hujan sangat deras sekali hingga menimbulkan kabut.
Ceklek.
Suara pintu terbuka dan menampakkan seorang gadis cantik dari balik pintu. Wajahnya tampak terkejut melihat Ashlan yang tengah berdiri menatapnya.
"A-Ashlan," ucap Zahira pelan.
Ashlan terdiam, netranya memandang sekitar. Hatinya terasa tersentil melihat keadaan lehidupan Zahira kekasihnya saat ini.
"Sayang, aku ...." Ashlan tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Lidahnya mendadak terasa keluh, membuatnya menjadi bingung harus mengucapkan apa.
"Kenapa?" tanya Zahira. Dalam hatinya ia senang Ashlan mendatanginya, namun di sisi lain, ia juga sadar bahwa namanya sudah tidak ada lagi di hati laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya saat ini.
"Ra, maaf ... maaf karena aku nggak pernah ada waktu buat kamu, maaf karena aku udah terlalu bodoh sampe aku nggak pernah ngasih labar apapun sama kamu," ujar Ashlan. Kepalanya menunduk, ia yakin setelah ini Zahura akam marah padanya, Ashlan menerima itu asalkan ia bisa kembali bersama dengan sepatuh hatinya yang sempat ia abaikan.
"Kamu ngapain di sini? Pulang sana urus pacar baru kamu aja," ucap Zahira tiba-tiba. Sungguh, rasanya sangat sakit membayangkan orang yang sangat dicintainya telah menduakannya.
Matanya mulai berkaca-kaca, hidungnya memerah, dan nafasnya yang sudah mulai sesak menahan rasa sakit yang menghimpitnya.
"Maksud kamu?" tanya Ashlan yang tidak tahu kemana arah pembicaraan Zahira.
"Jangan pura-pura nggak tau Ashlan, aku tau kamu ada hubungan sama cewek yang pulang bareng kamu dari Jerman," ujar Zahira. Suaranya serak karena menahan tangis dengan susah payah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Akan Selalu Abadi
Ficção Adolescente[Event nubar novel selama 25 hari bersama Fairy Book's Club] Ashlan dan Zahira adalah sepasang kekasih. Namun,hubungan mereka merenggang karena Ashlan yang dikirim ke jerman utk mengikuti lomba musik untuk mimpinya. Sementara Zahira harus tetap berj...