21. Layaknya Jalangkung

6 5 3
                                    

Pagi menyapa, sinar matahari yang begitu hangat menerobos di setiap celah-celah kecil.

Suara kicauan burung-burung riuh terdengar, juga suara deru mesin motor yang berlalu lalang di jalan.

Zahira terbangun dari tidurnya tepat pukul tujuh pagi, hanya lewat beberapa menit saja. Ia menggeliat guna merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

Setelah beberapa menit, Zahira bangkit lalu berjalan dengan langkah yang pelan menuju kamar mandi. Setelah menyelesaikan acaraandinya dan memakai pakaian, Zahira berjalan menuju dapur berniat untuk memasak sesuatu.

Saat tengah memasak sebungkus mie instan, ia teringat dengan Arcell yang semalam ia tinggalkan di teras depan rumahnya. Apa laki-laki itu masih berada di sana?

Seusai memasak mie, Zahira melangkahkan kakinya menuju pintu. Saat pintu terbuka, tidak ada siapa-siapa di sana, hanya ada gelas yang sudah kosong dan piring yang juga sudah kosong.

Arcell, laki-laki yang bertamu secara tidak di undang, juga pergi tidak di antar layaknya jalangkung, sudah tidak berada di sana. Entah sejak kapan laki-laki itu pergi. Zahira sempat befikir, apa tujuan laki-laki itu bertamu ke rumahnya? Apa hanya untuk memberikan hadiah yang Zahira sendiri masih bingung atas dasar apa?

"Kirain masih ada," monolog Zahira.

Zahira kembali masuk dengan tanganya yang memegang gelas dan piring kosong. Ia memulai sarapannya dengan sepiring nasi hangat dan semangkut mie instan. Setelahnya ia bersiap-siap untuk berangkat bekerja.

^__________^^__________^

Sekelompok remaja laki-laki terlihat tengah berkumpul di salah satu meja di kantin. Mereka tengah berbincang sembari sesekali bercanda satu sama lain.

"Jadi lo udah nggak mau ngejar-ngejar tuh cewek lagi Dan? rugi banget, cantik padahal," ujar salah satu dari mereka.

"Nggak deh, kapok gue. Kemarin aja di bikin hampir melayang nyawa gue sama pawangnya, kalo gue nyoba lagi ...."

"Fiks! Nyawa lo beneran melayang!" sambung teman yang lainnya.

Zidan meringis membayangkan bagaimana rasa sakitnya ketika Ashlan menghajarnya dengan sangat brutal. Ia sampai di larikan ke rumah sakit dan di rawat selama kurang lebih dua minggu. Sekarang saja masih terasa nyeri dan pening di bagian kepala akibat terkena pukulan Ashlan yang saat itu menggunakan balok kayu.

"Si Ashlan tuh, diem-diem kejam juga ternyata," ujar salah satu teman terdekat Zidan. Namanya, Fariz.

"Hooh, padahal kelihatannya kalem banget, nggak nyangka gue," ungkap Rezza.

"Zidan yang notabenya bisa bela diri aja kalah, apalagi gue yang nggak bisa apa-apa," sahut Tio laki-laki yang sedari tadi diam menyimak.

"Lah terus lo bisanya apa?" tanya Rezza.

Tio berfikir sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Kalo minta duit sama ortu sih gue bisa lah," jawabnga sembari nyengir kuda dan menampilkan rentetan giginya.

"Itu sih gue juga bisa kali!" timpal Fariz lalu tangannya menabok kepala Tio dengan sangat lancang.

Sementara Zidan dan teman-temannya berbicara sembari sesekali bercanda. Di sisi lain terlihat Ashlan tengah mengaduk-aduk es teh di hadapannya. Ia duduk berdua bersama dengan Kenzo, sedangkan Arcell tidak tahu kemana laki-laki itu pergi.

"Lo kenapa sih Lan? Kusut banget muka lo," tanya Kenzo yang sedari tadi memperhatikan sikap Ashlan yang menurutnya sangat berbeda.

Ashlan diam, tidak mengucapkan sepatah katapun. Ia menghela nafasnya panjang lalu menghembuskannya dengan kasar.

Kenzo yang melihat itu menyerngitkan alisnya bingung. "Lo ada masalah?" tanya Kenzo setelah beberapa saat mereka terdiam.

"Gue di blokir," ucap Ashlan sembari terus mengaduk es teh yang sama sekali belum ia minum.

Kenzo kembali mengerutkan alisnya. "Di blokir? Sama siapa? Bokap atau nyokap lo?" tanya Kenzo penasaran.

"Bukan, tapi my baby hira," jawab Ashlan dengan wajah kusut namun terlihat datar.

"Wait, kok bisa?" tanya Kenzo lagi.

"Gue nggak tau, tapi terakhir Hira chat gue ... dia minta putus dengan alasan yang menurut gue kurang jelas," ujar Ashlan lalu mengusap wajahnya kasar dan menelungkupkannya di atas meja.

"Gue saranin mending lo temuin dulu deh, bicarain baik-baik," saran Kenzo.

Ashlan mengangguk pelan, "gue mau bicarain tapi dari tadi gue nggak lihat Hira dimana-mana," ujar Ashlan. Netranya menerawang mencari keberadaan sang kekasih, namun tetap saja tidak menemukannya.

Brak!

Kenzo menggebrak meja dengan kuat hingga menimbulkan suara yang cukup keras dan membuat semua siswa beralih melihat ke arahnya.

"Kenapa sih?" tanya Ashlan sembari tangannya yang mengelus dada karena sempat terkejut.

"Gue baru inget," kata Kenzo.

Ashlan menyerngitkan alisnya bingung. "Inget? Inget apaan?" tanya Ashlan.

"Gue baru inget kalo Zahira udah nggak sekolah lagi," ujar Kenzo membuat Ashlan menatapnya bingung.

"Maksud lo?"

"Dia udah berhenti sekolah sejak bokapnya di pecat, rumanya di sita sama pihak perusahaan yang bikin dia harus rela ninggalin rumahnya dan tinggal di kontrakan kecil, di tambah lagi ortunya pisah dan ninggalin dia gitu aja." ujar Kenzo.

Ashlan membulatkan matanya karena terkejut. Fakta macam apa ini? Selama ini ia tidak pernah mendapat kabar apapun, ia fikir selama ini Zahira baik-baik saja.

"Jangan bercanda Ken, gue serius," kata Ashlan.

"Lah, emang lo lihat tampang bercansa di muka gue?" tanya Kenzo kesal dengan sikap Ashlan yang sepertinya kurang peka. Padahal kalau soal akademik laki-laki itu sangat cerdas.

Ashlan terdiam sejenak lalu menghela nafasnya pelan. "Jadi lo serius?" tanya Ashlan yang langsung di angguki dengan oelan oleh Kenzo. "Kenapa, kenapa gue nggak pernah tau soal ini? Hira bahkan nggak pernah kasih kabar apapun sama gue," ujar Ashlan.

"Yang jadi pertanyaan gue ... selama ini lo kemana aja? Apa lo ada waktu buat sekwdar dengerin curhatannya Zahira? Apa lo pernah ngehubungin dia dan nanyain kabarnya? Nggak kan? Lo bahkan cuma sekedar bilang kangen tapi habis itu lo hilang nggak ada kabar sama sekali," ujar Kenzo yang mengungkapkan semua unek-uneknya. Sebenarnya, Kenzo juga merasa sedikit kesal dengan sikap Ashlan yang menurutnya tidak peka sama sakali.

Ashlan bergeming, ia bergelut dengan pikirannya sendiri. Bagaimana bisa ia tidak mengetahui apapun yang terjadi kepada Zahira kekasihnya.

"Lo selalu bilang kalo lo sibuk yang tanpa lo sadari Zahura justru lagi dalam masa terpuruk, dia butuh lo saat itu, tapi lo kemana?" ujar Kenzo kesal dengan emosi yang tertahan.

"Kalo lo emang bener-bener sayang sama dia, mending lo bicarain baik-baik dari sekarang, sebelum Arcell bertindak lebih jauh yang pastinya bikin lo nyesel," kata Kenzo lalu bangkit dari posisi duduknya dan pergi begitu saja meninggalkan Ashlan yang masih terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Cinta Akan Selalu AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang