17. Zahira Dan Arcell

6 4 1
                                    

Setelah Zahira pergi meininggalkan bandara, kini ia terlihat tengah duduk dibawah pohon ditepi danau. Zahira menangis hingga terdengar isakan lecil dari bibirnya.

"Apa ini alasan kamu nggak pernah hubungin dan balas pesan aku," ucap Zahira seorang diri sembari menelungkupkan kepalanya di lutut.

"Jadi semua firasat aku bener, kamu punya pengganti aku...." ucapnya lagi dengan suara yang bergetar terdengar sangat memilukan. Hati siapa sih yang tidak sakit melihat interaksi kekasih sendiri dengan wanita lain begitu manis? Sudah pasti sakit bukan?

"Sakit banget...." ucap Zahira lirih. Wajahnya sudah banjir dengan air mata yang terus mengalir, hidungnya memerah, dan nafasnya yang tersenggal menahan rasa sesak di dadanya.

"Ra," panggil seseorang yang tengah berdiri dihadapan Zahira. Entah sejak kapan orang itu berada disana.

Zahira mendongak, matanya membola ketika mendapati laki-laki yang dikenalnya tengah berdiri menghadapnya.

"A-Arcell?"

Arcell tersenyum lalu duduk telat di sebelah Zahira. Ia menghela nafas pelan sembari tangannya mengambil kecil dan melemparkannya ke arah danau.

Plung!

Suara batu yang menembus air danau terdengar begitu menenangkan. Arcell kembali melemparkan batu kecil ke danau hingga menilbulkan suara lagi.

"Sakit ya?" tanya Arcell membuat Zahira mengangguk. "Coba deh lo lakuin ini," katanya lalu menyodorkan sebuah batu kecil kepada Zahira.

Zahira menatap batu itu sejenak, lalu mengambil batu tersebut dari tangan Arcell.

"Coba lempar, sekuat tenaga lo, luapin semua emosi lo lewat batu itu," pinta Arcell sembari tersenyum menatap Zahira.

Zahira mengikuti instruksi yang diberikan oleh Arcell. Ia melempar batu itu dengan begitu kuat hingga menimbulkan suara yang lebih keras.

Plung!

"Lagi," pinta Arcell.

Zahira kembali mengambil batu kecil yang berada di sekitarnya lalu kembalu melemparkannya ke danau. Mereka saling melempar baru berulang kali tanpa mengucapkan apapun.

Setelah bermenit-menit melakukan kegiatan itu, Zahira menyudahinya begitu perasaannya menjadi lebih tenang dari sebelumnya. Ia memandangi danau itu diiringi dengan tarikan dan hembusan nafas yang pelan.

"Gimana? Masih sakit?" tanya Arcell. "Kalo masih, lakuin lagi aja sampe rasa sakit itu berkurang," lanjutnya lalu kembali melihat ke arah yang sama dengan yang dilihat oleh Zahira.

"Makasih ya Cell, kamu udah bantu aku buat ngilangin rasa sakit itu, meski sedikit,," ujar Zahira dengan matanya yang tetap menatap air danau yang begitu tenang.

Arcell mengangguk, "Lo mau cerita nggak? Gue siap dengerin, setidaknya dengan cerita itu bisa semakin ngurangin rasa sakitnya," kata Arcell sembari menyandarkan punggungnya ke pohon di belakangnya.

Zahira diam sejenak, mempertimbangkan ucapan Arcell hingga akhirnya ia memilih untuk menceritakan rasa sakitnya kepada Arcell.

"Hati aku sakit banget Cell," ucap Zahira. Tatapannya lurus kedepan memandang ke arah seberang danau yang dimana terlihat sepasang kekasih tengah duduk beralaskan karpet sembari bercanda dan tertawa.

Arcell tidak menyahuti ucapan Zahira, ia memilih diam dan membiarkan Zahira mengeluarkan semua yang mengganjal di hatinya.

"Aku nggak tau dia siapa, tapi ngeliat interaksinya sama Ashlan, rasanya sakit banget...." kata Zahira lirih diakhir kalimatnya. Matanya kembali berkaca, hidungnya kembali memerah, dan airnya kembali jatuh mengalir diwajah cantiknya.

Cinta Akan Selalu AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang