Keresahan Hati

38 17 0
                                    

Sudah dua bulan berlalu sejak Abian mulai rutin mengunjungi Wina dan Annelish. Tanpa disadari, kunjungan-kunjungan itu telah menjadi bagian dari rutinitasnya. Abian merasa perlu untuk tetap hadir dalam kehidupan anaknya, meskipun hubungan antara dirinya dan Wina sudah berakhir. Namun, semakin sering ia mengunjungi mereka, semakin besar waktu yang terambil dari kebersamaannya dengan Kimmy.

Kimmy, yang selalu peka terhadap perubahan sekecil apa pun, mulai merasakan sesuatu yang tidak beres. Abian menjadi lebih sering terlambat pulang, sering memberikan alasan-alasan samar, dan bahkan terkadang tampak gelisah saat bersamanya. Setiap kali Kimmy bertanya, Abian hanya memberikan jawaban singkat dan berusaha mengalihkan pembicaraan.

Awalnya, Kimmy mencoba untuk mengabaikan kegelisahannya. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa Abian hanya sibuk dengan pekerjaan atau keperluan lainnya. Namun, semakin lama, perasaan curiganya tak bisa lagi diabaikan. Kimmy mulai menyadari bahwa perubahan pada Abian ini pasti ada hubungannya dengan Wina.

Setiap kali Kimmy menanyakan langsung kepada Abian, dia akan menghindari pembicaraan itu. 'Aku cuma pergi ketemu Annelish. Aku harus menjadi ayah yang baik, sayang,' kata Abian suatu malam saat Kimmy kembali mempertanyakan kemana saja dia pergi. Kimmy tidak puas dengan jawaban itu. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang lebih dalam di balik semua ini, tetapi Abian terus menutupinya.

Sementara itu, Kimmy mulai merasakan kecemasan yang tak terhindarkan. Dia tahu bahwa Abian telah berubah, bahkan jika pria itu enggan berbicara jujur. Tatapan mata Abian saat bersama Wina dan Annelish berbeda—ada sesuatu yang tak bisa ia lepaskan. Kimmy merasa terancam, tetapi tidak ingin terlihat cemburu atau panik di depan Abian.

Namun, di balik sikap tenangnya, Kimmy mulai menyusun rencana untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia tidak akan membiarkan Wina mengambil kembali apa yang sudah ia perjuangkan bersama Abian. Jika Abian tidak mau jujur, maka Kimmy akan mencari jawabannya sendiri.

Sebentar lagi ulang tahun Annelish, anak Abian dan Wina. Kimmy merasa tidak nyaman bahkan hanya dengan menyebutkan nama anak itu. Annelish selalu menjadi pengingat yang nyata bahwa Abian pernah memiliki kehidupan lain bersama Wina, sebuah kehidupan yang Kimmy selalu anggap sebagai ancaman bagi hubungannya dengan Abian. Namun, meski hatinya diliputi perasaan cemburu dan ketidakpuasan, Kimmy tahu bahwa ia tidak bisa menghindari kenyataan itu.

Kimmy tersenyum tipis, meskipun hatinya terasa sedikit panas. Sebuah ide mulai terbentuk di pikirannya. Jika Abian terus menghabiskan waktu bersama Wina dan Annelish, mungkin inilah kesempatan baginya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dia merasa ada sesuatu yang Abian sembunyikan, dan ulang tahun Annelish mungkin bisa menjadi momen yang tepat untuk mengungkap kebenaran.

Kimmy merangkai rencana dengan hati-hati. Dia tahu bahwa Abian pasti akan mengundang Wina dan berusaha terlibat dalam perayaan ulang tahun putrinya. Kimmy, dengan segala cara, berniat untuk berada di tengah-tengah perayaan itu, bukan sebagai tamu yang diundang, tapi sebagai seseorang yang bisa mengawasi dari dekat dan melihat apakah ada hubungan yang lebih dari sekadar co-parenting antara Abian dan Wina.

Melihat Abian yang baru saja pulang, Kimmy berpura-pura tenang, meskipun dalam hatinya ada gelombang cemburu yang sulit ia kendalikan. Dia menatapnya sejenak sambil menyibukkan diri dengan tablet di tangannya, mencoba menutupi kekesalan yang memuncak.

"Dari rumah Wina?" tanyanya dengan nada datar, seolah itu adalah pertanyaan biasa, namun Abian bisa merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik pertanyaan itu. Kimmy tidak pernah benar-benar bisa menyembunyikan perasaannya, terutama saat membahas Wina.

Abian, yang sudah lelah dari hari yang panjang, mengangguk sambil melepaskan sepatu dan meletakkan tasnya di dekat pintu.

"Iya, habis liat Annelish."

Mantan PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang