Kecemburuan Kuat

42 15 1
                                    

Setelah kejadian di ulang tahun Annelish, sikap Kimmy semakin berubah. Ia menjadi lebih posesif terhadap Abian. Setiap kali Abian menerima telepon atau pesan dari Wina terkait Annelish, Kimmy selalu berada di dekatnya, mencoba mendengarkan percakapan mereka. Ia merasa bahwa Wina selalu mencari-cari alasan untuk berhubungan dengan Abian, dan itu membuatnya merasa tidak aman.

Kimmy juga mulai mengatur jadwal Abian, memastikan bahwa setiap akhir pekan mereka dihabiskan bersama. Ia tidak ingin memberi celah bagi Abian untuk pergi menemui Annelish sendirian. Bahkan, Kimmy sering kali ikut dalam setiap pertemuan antara Abian dan Annelish, meskipun ia tahu bahwa kehadirannya membuat suasana menjadi canggung.

Abian, di sisi lain, merasa terjebak. Ia mencintai Kimmy, tetapi ia juga tidak bisa mengabaikan perannya sebagai ayah. Setiap kali Kimmy menunjukkan sikap posesifnya, Abian merasa bersalah. Ia tidak ingin menyakiti perasaan Kimmy, tetapi situasi ini semakin sulit diatasi. Abian tahu bahwa hubungan mereka tidak akan bertahan lama jika terus seperti ini.

"Temenin aku," Kimmy merengek, memeluk pinggang Abian dengan posesif.

Abian mengusap punggung tangan Kimmy, lalu menatap wajah Kimmy yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Aku harus kerja, sayang,"

Kimmy mengerucutkan bibirnya, tidak puas dengan jawaban Abian.

"Kerja terus, mas. Aku kan cuma minta sebentar aja. Aku nggak suka sendirian." Suaranya terdengar manja, namun di dalamnya tersimpan rasa cemas yang tidak bisa disembunyikan.

Abian menghela napas, melepaskan pelukan Kimmy dengan lembut.

"Kita kan udah sering bahas ini, sayang. Aku harus kerja buat masa depan kita juga, dan kamu tau itu."

"Tapi aku merasa kayak kamu lebih sering habisin waktu di luar daripada sama aku. Apalagi setelah ulang tahun Annelish. Kamu selalu kayak... jauh."

Abian terdiam sejenak. Ia tahu, sejak acara ulang tahun putrinya itu, Kimmy memang semakin posesif. Kegelisahannya bertambah karena hubungan Abian dengan Wina dan Annelish, meskipun semua itu sudah ia jelaskan berulang kali.

"Aku nggak jauh, Kimmy. Aku cuma berusaha jadi ayah yang baik buat Annelish. Dia anakku, dan dia butuh aku juga. Tapi itu nggak berarti aku lupa sama kamu," ujar Abian, mencoba meredakan suasana.

"Tapi aku selalu merasa kamu nggak sepenuhnya milik aku. Selalu ada Wina dan Annelish di antara kita," Kimmy menunduk, suaranya lebih lembut namun penuh dengan emosi yang terpendam.

Abian mengerti kekhawatiran Kimmy, tapi ia juga tidak bisa mengabaikan tanggung jawabnya.

"Kamu harus percaya sama aku, Kimmy. Aku nggak pernah memilih Wina lagi. Kamu yang ada di hidup aku sekarang, dan aku serius sama hubungan kita."

Kimmy terdiam, namun pelukan di pinggang Abian semakin erat.

"Aku cuma takut kehilangan kamu, mas," ucapnya pelan, suaranya terdengar rapuh.

Abian membalas pelukan Kimmy dan mengecup puncak kepalanya.

"Kamu nggak akan kehilangan aku. Aku di sini, buat kamu."

Tapi di balik kata-kata Abian, ada kekhawatiran yang tak terucap. Sementara ia berusaha menenangkan Kimmy, perasaannya sendiri masih terpecah antara masa lalu dan masa kini.

***

Wina menatap ponselnya yang masih bergetar di atas meja. Beberapa pesan suara dari Kimmy belum dibuka, tapi ia sudah tahu apa isinya. Sejak acara ulang tahun Annelish, teror dari Kimmy semakin intens. Pesan-pesan bernada ancaman, penuh rasa cemburu dan posesif. Semua itu melelahkan Wina, membuatnya merasa terbebani dengan sesuatu yang sebenarnya bukan kesalahannya.

Mantan PasutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang