Sebelum baca tekan star star nya dong hehe.. tapi kalo nggk mau nggk papa ƪ(˘⌣˘)ʃ
WARNING MENGANDUNG 17++⛔
°
°
°Musik dan tawa pesta itu redup di sini, seolah-olah mereka berada di dunia pribadi mereka sendiri.
Zayyan berbalik menghadap Sing, matanya menyala-nyala.Sing merasa seperti sedang berada di ambang kehancuran. Berada sendirian dengan Zayyan dalam suasana yang intim ini hampir tak tertahankan.
Ia dapat merasakan getaran halus mengalir di sekujur tubuhnya, intensitas tatapan Zayyan membuat denyut nadinya bertambah cepat.
Zayyan melangkah maju, tubuh mereka hampir bersentuhan. Udara di antara mereka terasa seperti listrik statis yang membuat bulu kuduk Sing berdiri tegak. Zayyan mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi Sing, sentuhan lembut dan ragu-ragu yang membuat Sing menggigil. Jantung Sing berdebar kencang, sentuhan Zayyan mengirimkan sengatan panas listrik ke seluruh tubuhnya.
Ia menatap mata Zayyan, melihat campuran hasrat dan ketidakpastian terpantul di sana. Itu adalah bayangan cermin dari apa yang ia rasakan sendiri, badai keinginan dan ketakutan yang bergolak memperebutkan dominasi dalam dirinya.
Tangan Zayyan membelai pipi Sing, ibu jarinya menelusuri garis rahangnya yang tajam. Itu adalah gerakan yang lembut, namun ada sedikit kesan memiliki di dalamnya yang membuat Sing bergairah dan terpana pada saat yang sama.
Mata Zayyan tertuju ke mulut Sing, menelusuri kontur bibirnya dengan ekspresi yang hampir seperti lapar. Napas Sing tercekat di tenggorokannya, tatapan Zayyan pada mulutnya menyulut api dalam nadinya. Ia dapat merasakan napas Zayyan di kulitnya, hangat dan lembap, mengirimkan getaran ke tulang punggungnya.
Ia ingin mencondongkan tubuh, untuk mencicipi bibir yang hanya beberapa inci jauhnya itu, tetapi rasa takut menahannya. Namun, Zayyan seolah merasakan keraguan Sing, tatapannya menjadi redup karena ingin. "Berhentilah berpikir," katanya, suaranya rendah dan mendesak. "Rasakan saja." Dan setelah itu, ia menutup celah kecil di antara mereka,
mencium bibir Sing dengan penuh nafsu. Pikiran Sing menjadi kosong. Ciuman Zayyan bagaikan badai pusaran angin yang mengancam akan menyeretnya ke bawah.
Ciuman itu menuntut dan posesif, pernyataan putus asa yang membuat Sing merasa linglung dan bingung. Ia mencengkeram lengan Zayyan, memegangnya erat-erat saat ia menyerah pada ciuman itu,
mulutnya terbuka terhadap dorongan lidah Zayyan yang hangat dan menuntut. Zayyan mengerang di bibir Sing, suaranya mengirimkan sentakan hasrat langsung ke jantung Sing.
Lengan Zayyan melingkari pinggang sing, menariknya lebih dekat,
tubuh mereka menyatu seperti dua bagian puzzle. Ciuman itu menjadi lebih dari sekedar fisik; itu adalah penyatuan jiwa(?)
hubungan yang dalam sekaligus berbahaya. Sing tenggelam dalam ciuman itu, membiarkan sensasi itu menguasainya. Dia tidak peduli dengan konsekuensinya, dengan bahayanya. Yang dia pedulikan hanyalah sensasi kulit Zayyan yang menempel di kulitnya, manis mulutnya, bagaimana tubuhnya begitu pas menempel di tubuhnya. Rasanya seperti terbakar, tetapi dia tidak peduli. Dia hanya menginginkan lebih.
Akhirnya, kebutuhan akan udara memaksa mereka berpisah, keduanya terengah-engah. Zayyan menempelkan dahinya ke dahi Sing, napas mereka bercampur dalam jarak yang sempit di antara mereka. "Kau membuatku gila," bisiknya, suaranya serak karena nafsu.
Tangan Zayyan masih mencengkeram pinggang Sing, menahannya di tempat. Matanya setengah terpejam, gelap karena hasrat. Dia menatap Sing, napasnya tersengal-sengal. "Apa yang kau lakukan padaku?" bisiknya, suaranya rendah dan serak.
Mata Sing menjelajahi wajah Zayyan, mengamati rona merah di pipinya, bibirnya yang terbuka, pupil matanya yang melebar.
Dia dapat melihat efek yang ditimbulkannya pada Zayyan, bagaimana dia kehilangan kendali, dan itu membuat bulu kuduknya merinding. Dia mencondongkan tubuhnya, napasnya hangat di telinga Zayyan. "Kamu cantik," bisiknya, kata-kata itu membuat Zayyan melayang. Kepala Zayyan tertunduk, lehernya melengkung dan terekspos. Sing memanfaatkan momen itu, mencondongkan tubuhnya untuk mengecup kulit sensitif Zayyan. Zayyan terkesiap, jari-jarinya mencengkeram bahu Sing saat ia melawan keinginan untuk menggeliat.
Bibir Sing bergerak turun ke tulang selangka Zayyan, ciumannya berubah menjadi gigitan, menandai wilayah kekuasaannya. Zayyan mengeluarkan erangan pelan, tubuhnya melengkung ke arah sentuhan Sing, mencari lebih banyak sensasi yang membuatnya liar. Sing dapat merasakan panas yang terpancar dari tubuh Zayyan, hasratnya sendiri meningkat dengan setiap sentuhan dan erangan.
Bersambungg .... Hehe enggak Deng
Cuma 620 kata takut Kelen eneg bacanya kalo kepanjanganSejujurnya malu bnget nge up book ini karna emang nggk PD aja (*﹏*;)
Kalian masih mau aku lanjutin nggk sih ??
KAMU SEDANG MEMBACA
singzay
RomanceWARNING ‼️‼️ CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, BILA ADA KESAMAAN NAMA ATAU PERISTIWA ITU HANYA KARANGAN AUTHOR, AUTHOR HANYA MEMINJAM NAMA DAN VISUAL MEMBER XODIAC, CERITA INI TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN PARA MEMBER ... TERIMSSSSYOU --- "Tak pe...