3

194 21 1
                                    

Cerita ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan kehidupan para tokoh asli ‼️ cerita ini hanya karangan belaka 🔺🔺


Sing mundur sedikit, menatap Zayyan, dengan kepala masih tertunduk dan mata terpejam. Zayyan tampak benar-benar hancur,

Sing tersenyum, sensasi posesif mengalir dalam dirinya saat melihat zayyan. "Lihatlah dirimu," bisiknya, suaranya serak karena nafsu.

"Sangat cantik, sangat kacau. Dan semua itu karena aku."

Setelah beberapa menit, mereka dengan enggan berpisah, menyadari bahwa mereka tidak bisa terus bersembunyi di sudut terpencil mereka selamanya.

Rambut Zayyan acak-acakan, bibirnya bengkak, dan Sing yakin dia tidak terlihat jauh lebih baik.

Mereka merapikan pakaian dan rambut mereka, mencoba membuat diri mereka terlihat rapi lagi.

Ketika mereka melangkah keluar ke ruang utama, Sing langsung menyadari tatapan penasaran yang diarahkan ke arah mereka. Dia bisa merasakan orang-orang memperhatikan mereka, berspekulasi, dan dia tahu mereka pasti terlihat sangat mencolok.

Di sisi lain, Zayyan sama sekali tidak tampak terganggu. Dia melangkah melewati ruangan dengan percaya diri seperti biasanya, menanggapi komentar dan pertanyaan dengan senyum menawan, sama sekali tidak terpengaruh oleh tatapan yang mereka dapatkan.

Davin adalah orang pertama yang menghampiri mereka, matanya mengamati penampilan mereka yang acak-acakan dan ketegangan di antara mereka.

Dia menyeringai, jelas menyadari apa yang telah mereka lakukan. "Kalian berdua pergi untuk  waktu yang lumayan lama," katanya sambil mengangkat alis yang mengisyaratkan.

Sing menatapnya tajam, tetapi Zayyan hanya tertawa, tidak peduli sedikit pun.

"Kami hanya mengobrol," katanya, nadanya acuh tak acuh. "Hanya mengobrol, ya?" jawab Davin, seringainya melebar

"Pasti obrolan yang cukup seru, dilihat dari keadaan kalian berdua."

Sing memutar matanya, tetapi Zayyan hanya tersenyum. "Apa yang bisa kukatakan, Sing pendengar yang baik," katanya, sambil melirik Sing dengan pandangan yang membuat  Sing tersentak.

Davin tertawa, jelas tidak tertipu. "Baiklah, mari kita lupakan itu," katanya, jelas geli.

"Baiklah, aku tidak akan menahan kalian berdua lebih lama lagi. Zayyan, keluargamu sudah menunggu."

Zayyan mengangguk, ekspresinya tiba-tiba berubah serius. "Baiklah," katanya, "Aku harus pergi. Sampai jumpa nanti, Sing." Sing mengangguk, mencoba menyembunyikan rasa kecewa yang dirasakannya saat melihat Zayyan berjalan pergi, ditelan oleh kerumunan.

Dia bisa merasakan tatapan Davin yang penuh arti padanya, tetapi dia tidak menatapnya balik, tidak ingin memberinya lebih banyak amunisi untuk menggodanya.

°
°

Sing menghabiskan beberapa hari berikutnya dengan gelisah, pikirannya dipenuhi oleh Zayyan. Davin, Wain, Beomso, dan Hyunsik, telah sering mengunjunginya, dengan jelas merasakan kekacauan batinnya.

Saat teman-teman Sing duduk di ruang kerjanya, Davin adalah orang pertama yang berbicara. "Kamu sudah murung selama berhari-hari," katanya, dengan nada bercanda.

Sing mengerutkan kening, tidak mengindahkan tuduhan itu. "Aku tidak murung," gerutunya, sambil menyilangkan lengan di dada.

"Kau bisa saja menipuku," balas Davin sambil menyeringai. "Kau berjalan seperti anak anjing yang tersesat, mendesah setiap beberapa menit. Jadi, entah kau punya hewan peliharaan rahasia yang kabur, atau kau sedang merindukan seseorang."

Kerutan di dahi Sing semakin dalam, tetapi dia tidak menyangkalnya. Dia tahu tidak ada gunanya mencoba menipu teman-temannya. Mereka mengenalnya terlalu baik untuk mempercayai alasan apa pun. "Itu hanya...Zayyan," akhirnya dia mengakui, nama itu terdengar seperti pengakuan di bibirnya.

Mata Davin berbinar-binar tanda mengerti. "Ah, sudah kuduga," katanya sambil bersandar di kursinya. "Jadi, kapan kau berencana melakukan sesuatu ?"

Apa maksudnya sesuatu ?" tanya Sing, tiba-tiba merasa defensif.

"Aku tidak bisa begitu saja menghampirinya dan berkata, 'Hei, aku terus memikirkanmu selama beberapa hari terakhir, mau ikut?"

Davin,wain,beomso dan hyunsik pun tertawa mendengar jawaban sing

Beomso bangkit berdiri, matanya berbinar karena sebuah ide. "Aku punya ide, kenapa kamu tidak mengajak Zayyan berkuda bersamamu?" katanya sambil memperhatikan Sing dengan serius.

Sing menatapnya, secercah harapan bersinar di matanya. "Menurutmu dia akan berkata ya?" tanyanya, tidak dapat menahan rasa ingin tahu dalam suaranya.

Beomso terkekeh, menyadari usaha sing untuk bersikap acuh tak acuh.
"Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya," katanya, nada menggoda dalam suaranya.

"Tapi kurasa dia akan senang sekali mendapat kesempatan untuk menunggang kuda bersamamu."

Klik  bintangnya 🌟 biar semangat

Next kayaknya bakal ada dek ouyin

Dek ouyin jadi apa prok prok prok 😁

singzayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang