Sing duduk bersandar di kepala tempat tidur, tubuhnya berdengung karena kepuasan dan kelegaan. Ia melingkarkan lengannya di sekitar Zayyan, menariknya lebih dekat, hingga Zayyan bersandar di dadanya, kaki mereka saling bertautan di bawah selimut.
Jari-jari Sing menelusuri pola acak di punggung Zayyan, sentuhannya lembut dan menenangkan. Ia merasa lebih bahagia daripada sebelumnya, perasaan yang semakin kuat karena mengetahui bahwa Zayyan adalah miliknya, sepenuhnya dan tak dapat ditarik kembali.
"Kau sangat cantik," gumam Sing, kata-kata itu keluar begitu saja tanpa disadarinya. Ia mengecup puncak kepala Zayyan, menghirup aroma rambutnya. "Dan kau milikku"
Zayyan bergumam sebagai tanggapan, suaranya lebih seperti desahan mengantuk. Ia meringkuk lebih dekat ke Sing, lengannya melingkari pinggang Sing
Sing tersenyum, dadanya membusung karena kasih sayang dan kepemilikan. Ia tidak percaya bahwa ini nyata, bahwa ia diizinkan memiliki Zayyan seperti ini, memanggilnya miliknya sendiri.
Zayyan mendesah, kepalanya bersandar di dada Sing. "Kurasa sudah saatnya aku kembali ke istanaku," gumamnya, dengan nada penyesalan dalam suaranya.
Lengan Sing semakin erat memeluknya, "Begitukah?" tanyanya, dengan nada enggan.
Zayyan mengangguk di dada Sing, jari-jarinya menelusuri pola-pola iseng di kulit Sing. "Aku sudah pergi terlalu lama, nanti orang tuaku menghawatirkanku" katanya.
Pelukannya pada pinggang Zayyan semakin erat. Namun, dia tahu Zayyan benar. Dan meskipun dia ingin bersikap egois dan meminta Zayyan untuk tinggal, dia tidak bisa.
"Baiklah," kata Sing dengan enggan. "Aku akan mengantarmu pulang."
~
sing dan zayyan telah sampai didepan gerbang istana zayyan
Mereka berdiri di pintu masuk istana Zayyan, para penjaga berjaga di sekeliling mereka. Mereka saling bertukar pandang sebelum menoleh satu sama lain.
Sing merogoh sakunya, mengeluarkan sebuah kantong kulit kecil. "Aku punya sesuatu untukmu," katanya pelan, matanya mengamati area itu untuk memastikan tidak ada penjaga yang terlalu memperhatikan.
Alis Zayyan terangkat karena terkejut, matanya melirik ke kantong di tangan Sing. "Apa ini?" tanyanya, ada sedikit rasa ingin tahu di matanya.
Sing membuka kantong itu, memiringkannya sehingga isinya tersembunyi dari pandangan para penjaga. Ia mengeluarkan kalung berdesain rumit, liontinnya berupa susunan batu safir dan berlian yang memukau.
Sing melangkah lebih dekat, suaranya seperti bisikan pelan sehingga hanya Zayyan yang bisa mendengarnya. "Aku melihat ini dan memikirkanmu," katanya, jari-jarinya mencengkeram kalung itu. "Aku ingin kau memilikinya."
Mata Zayyan terbelalak saat melihat kalung itu, batu permatanya berkilauan di bawah cahaya. "Indah sekali," bisiknya, tangannya meraih liontin itu.
zayyan menatap Sing, "Sing," desahnya, "aku...aku tidak tahu harus berkata apa. Indah sekali."
Sing melingkarkan kalung itu di leher Zayyan, jari-jarinya menelusuri kulit lembut tulang selangka Zayyan. Ia melangkah mundur, matanya terpaku pada kalung indah yang kini menghiasi leher Zayyan.
Ia mencondongkan tubuhnya mendekat, dan berbisik pada Zayyan. "Aku ingin kau mengenakan sesuatu milikku," suaranya nyaris berbisik. "Jadi kau selalu bisa membawa diriku bersamamu."
~
Tepat saat Sing hendak mengucapkan selamat tinggal terakhirnya kepada Zayyan, suara hentakan kaki kuda bergema di udara. Keduanya menoleh dan melihat Raja Alaric mendekat dengan menunggang kuda, diapit oleh beberapa pengawal.
Sing dan Zayyan saling berpandangan sekilas, masing-masing diam-diam mencerna kedatangan ayah Zayyan yang tak terduga.
Raja Alaric duduk di atas kudanya . Pandangannya tertuju pada Sing, ekspresinya merupakan campuran antara keterkejutan dan rasa ingin tahu.
"Ah, Sing," sapa Raja Alaric, senyum mengembang di wajahnya. "Apa yang membawamu ke sini?"
Sing membalas senyumnya, meski jantungnya berdebar kencang. "Aku hanya mengantar Zayyan pulang,"
Sing mengangguk singkat kepada Zayyan, matanya diam-diam berjanji untuk menemuinya lagi.
Kemudian, ia menoleh ke Raja Alaric, membungkuk sopan. "Permisi, Yang Mulia," katanya. "Ada beberapa hal yang harus saya lakukan. Saya harus pergi."
Raja Alaric mengangguk,
"Tentu saja," katanya.
"Bepergianlah dengan aman."Sing membungkuk kecil lagi sebelum berbalik dan memulai perjalanan pulang.
Zayyan dan ayahnya memasuki istana bersama-sama.
Zayyan celingak-celinguk mencari keberadaan Leo,namun dia tidak melihat batang hidung Leo sama sekali sangat aneh karena Leo biasanya mengawal ayahnya kemanapun ayahnya pergi.
Zayyan kemudian bertanya kepada ayahnya tentang di mana Leo berada, dan ayahnya menjawab bahwa mungkin Leo sakit karena hari ini ia tampak kusut dan lelah. Zayyan menjadi khawatir dan bergegas pergi menemui Leo setelah berpamitan pada Sang ayahNanti double up tungguin ya,,
KAMU SEDANG MEMBACA
singzay
RomanceWARNING ‼️‼️ CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, BILA ADA KESAMAAN NAMA ATAU PERISTIWA ITU HANYA KARANGAN AUTHOR, AUTHOR HANYA MEMINJAM NAMA DAN VISUAL MEMBER XODIAC, CERITA INI TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN PARA MEMBER ... TERIMSSSSYOU --- "Tak pe...