drama

7 4 0
                                    

setelah sampai dirumah minimalis rora eisa segera menghampiri rumah itu dan akan segera masuk jika tidak ada tangan yang menarik nya

"Justin?" tanya eisa mengkerutkan kening nya

"lo mau masuk kerumah rora karena panik anak nya sakit perut?" tanya Justin dan cepat diangguki oleh eisa

"lo terlalu baik" ucap nya membuat eisa kesal

"Justin ini bukan saatnya gw harus masuk" ucap eisa ingin kembali menghampiri rumah itu namun Justin mengeratkan genggamannya

"JUSTIN!" pekik eisa

"emang lo yakin anak nya sakit perut?" tanya Justin seakan meragukan rora

"Justin gw nggak perduli mau rora bohong mau beneran yang penting sekarang gw harus nolong" ucap eisa berusaha melepaskan genggaman Justin dari tangan nya

"terus gimana sama banci itu?" tanya Justin

"banci?" ucap eisa bingung

"pesawat Indonesia-jepang akan terbang 30 menit lagi" jelas Justin membuat eisa ingat

"YOHAN" ucap nya ingat sesuatu

"temui" ucap Justin mendorong gadis itu dengan arah berlawanan dengan rumah rora

"tapi..." eisa bingung mau memilih yang mana

"masalah anak rora biar gw yang atur" ucap Justin awalnya eisa tak percaya

"dari sini ke bandara memakan waktu cukup lama" ucap Justin

eisa mengembuskan napas beratnya lalu berlari kearah jalan

eisa membuat salah satu taksi berhenti dan langsung masuk ke dalam mobil itu

"pak ke bandara kalau bisa 20 menit sudah sampai" tekan eisa membuat sang sopir langsung melajukan mobil itu

melihat nya membuat Justin melayangkan senyuman paksa

"semangat sa" ucap nya lalu memasuki rumah rora dengan berat hati

"1 2 3" hitung nya

-
-
-

eisa berlari menelusuri bandara mencari seseorang sungguh perasaan nya sangat emosional

eisa kesana kemari modar mandir mencari orang itu sungguh ia takut tak bisa melihat nya untuk terakhir kali

eisa yang awalnya memang tidak ingin ber drama dengan perpisahan ini akhir nya menjilat ludah sendiri

ia benar-benar ingin bertemu yohan bahkan jika hanya melihat wajah nya

reta gadis itu datang dengan wajah masam

"lah ret eisa mana?" tanya arthur mengekrutkan kening nya karena reta hanya sendiri

"nggak tau tuh anak ngeselin banget" ucap reta badmood

arthur yang peka langsung membawa reta menuju keluarga nya yang berkumpul

"mana eisa nya kak?" tanya tuti

"kayak nya eisa kumat lagi bunda" ucap arthur membuat tuti kecewa

"adek nggak mau ke sini" tanya tuti kembali dan diangguki oleh arthur

"sorry han" ucap reta yang merasa bersalah karena gagal membawa eisa

"iya gapapa saya ngerti perasaan eisa" ucap lelaki itu tersenyum paksa

"ini beneran tidak ada barang yang tertinggal" ucap Asep mengecek keadaan yohan

karena yohan baru datang kemarin dan sudah kembali hari ini jadi tidak banyak yang harus ia bawa hanya satu koper

yohan hanya mengangguk dengan senyuman tak pernah luput dari bibir nya

ding dongg

bunyi bell itu terdengar artinya yohan harus segera pergi

"om tante kak ret saya pamit" ucap yohan dan dipeluk oleh arthur

setelah dirasa cukup untuk berpamitan yohan menenteng koper nya dan berjalan berlalu dari mereka

punggung yohan kian menghilang tuti meneteskan air mata nya entah mengapa ia memikirkan anak bungsu nya yang sedang tidak berada disini

tiba-tiba.....

"YOHANNN" pekik seorang gadis membuat semua perhatian tertuju padanya

gadis itu berlari melewati keluarga nya menghampiri lelaki yang masih bisa mendengar teriakan itu dan berhenti sejenak

eisa menambah kecepatan lari nya ingin meraih tubuh itu

"eis... upps" ucap yohan saat dipeluk dengan erat oleh eisa

eisa tak mengatakan apa-apa hanya memeluk dan menenggelamkan wajahnya pada leher yohan membasahi kaos lelaki itu

"eisa?" ucap yohan ragu untuk mengaitkan tangan nya pada punggung gadis itu

namun yohan langsung saja membalas pelukan eisa

"saya pikir kamu benci saya" ucap nya membuat eisa mendorong nya

"mana mungkin" ucap gadis itu dengan hidung yang memerah

"hahaha iya mana mungkin eisa membenci seorang yohan karena saya tahu eisa mencintai nya"  ucap yohan dengan kata akhir yang ia ucapkan dengan mendekatkan mulutnya ke arah telinga eisa

eisa mengangguk berkali-kali

"em" ucap nya tersenyum meski menitikkan air mata

"eisana mencintai yohan Erlangga" ucap nya terkekeh

"baik-baik disana yohan" ucap eisa sedikit berteriak agar yohan mendengar nya

yohan berjalan dengan senyuman terukir nyata dibibir nya

yohan melayangkan jempol nya membuat gadis itu kembali memekik

"nanti kalau Jaden menyamar gimana" ucap eisa masih ingin berkomunikasi walau yohan sudah memberi jarak

yohan berhenti sejenak berbalik dan menatap gadis itu dari kejauhan

"pelukan Jaden tidak akan senyaman pelukan saya" ucap yohan membuat gadis itu kembali terkekeh

-
-
-




sampai bertemu di bab selanjutnya

eak ngejar banget yah author

jadi update secara dadakan

tenang author bakal publish bab selanjutnya nggak akan lama

soalnya author merasa bersalah banget

walau yang baca nggak banyak

tapi setidak nya ada

wkwk sedih bat gw ngetik nya

banyakin Napa yang baca book gua!!

fav girl//Yoshinori&enami asa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang