Bab 3 - Bayangan di Balik Cermin

27 6 0
                                    


Mereka mengintip ke dalam kamar.  Bau apek menyeruak,  membuat mereka mengernyit.  Di atas ranjang tua yang tertutup kain kotor itu,  terlihat sesosok tubuh terbungkus kain putih.

“Pak Karta?”  gumam Dian,  suaranya bergetar sedikit.

Mereka saling pandang,  mencari  keberanian  di  mata  masing-masing.

“Kita  cek  aja,  yan,”  kata  Rama,  suaranya  berbisik,  mencoba  menutupi  rasa  takut  nya.

Dian mengangguk,  menarik napas dalam-dalam.  Dia berjalan mendekati ranjang,  hati  nya  berdebar  kencang.

“Pak  Karta,”  panggil  Dian,  suaranya  bergetar.

Kain  putih  itu  bergeser  sedikit.  Dian  menarik  napas  dalam-dalam  lagi,  mencoba  mengatasi  rasa  takut  nya.

“Pak  Karta?”  panggilnya  lagi,  kali  ini  suaranya  lebih  keras.

Tiba-tiba,  kain  putih  itu  tersibak.  Dian  menjerit  kaget.  Di  bawah  kain  putih  itu,  terlihat  bukan  wajah  Pak  Karta,  melainkan  sesosok  bayangan  yang  menyeramkan.

"Aaaaa!"  teriak  Dian,  berlari  mundur  dengan  ketakutan.

Rama,  Bagus,  Perdi,  Deni,  Fauzan,  Syifa,  Widya,  dan  Siska  ikut  berteriak  ketakutan.  Mereka  berhamburan  keluar  dari  kamar,  berusaha  menjauh  dari  bayangan  menyeramkan  itu.

"Serem  banget!  Itu  apaan,  sih?"  teriak  Siska,  sambil  bersembunyi  di  balik  tubuh  Deni.

"Itu  hantu!"  teriak  Widya,  sambil  memeluk  erat  Perdi.

"Gak  mungkin  hantu,  Mungkin  cuma  bayangan  aja,"  kata  Perdi,  dengan  nada  yang  mencoba  menenangkan  Widya.

"Tapi  bayangan  nya  serem  banget,"  kata  Widya,  sambil  menangis.

"Udah,  udah, Kita  keluar  dari  rumah  ini  aja,"  kata  Perdi,  sambil  memeluk  Widya  erat.

Mereka  berlari  keluar  dari  rumah  Pak  Karta.  Mereka  berlari  tanpa  menoleh  ke  belakang.  Mereka  takut  jika  bayangan  menyeramkan  itu  akan  mengejar  mereka.

Mereka  berlari  sampai  ke  jalan  raya.  Mereka  berhenti  berlari  dan  terduduk  di  pinggir  jalan,  mengatur  napas  mereka.

"Kita  harus  ngapain,  yan?"  tanya  Rama,  dengan  suara  yang  bergetar.

"Kita  harus  cari  tempat  yang  aman,"  jawab  Dian,  dengan  suara  yang  masih  bergetar.

"Kita  nginap  di  mobil  aja,  yan,"  kata  Fauzan,  dengan  nada  yang  sedikit  mengerikan.

"Gak  mau.  Gue  takut  nginap  di  mobil,"  kata  Siska,  dengan  nada  yang  menangis.

"Ya  sudahlah, Kita  cari  hotel  aja.  Mungkin  di  desa  sebelah  ada  hotel,"  kata  Deni,  dengan  nada  menenangkan.

"Tapi,  kan  udah  malam,"  kata  Widya,  dengan  nada  yang  sedikit  menakutkan.

"Ya  sudahlah,  Wid.  Kita  cari  hotel  aja.  Nanti

Pendaki Yang GanjilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang