Dirga keluar dari mobil, wajahnya tampak lelah dan sedikit tak menentu. Ia memandang mereka dengan tatapan yang sulit diartikan."Kenapa lo pada ngumpul di sini? Kenapa nggak di rumah Pak Karta?" tanya Dirga, dengan suara yang agak gemetar.
"Kita udah ngeliat hal yang nggak enak di rumah Pak Karta, Dir," jawab Dian, dengan nada yang sedikit mengerikan.
"Hal apa?" tanya Dirga, penasaran.
"Kita ngeliat bayangan menyeramkan di kamar Pak Karta. Terus kita ngeliat cermin tua yang bergetar. Cermin itu berbisik kata 'hati-hati'," jelas Siska, suaranya bergetar.
"Cermin berbisik?" tanya Dirga, menatap cermin tua itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gue nggak percaya cermin bisa berbisik," kata Fauzan, dengan nada yang sedikit mengerikan.
"Lo harus percaya, zan. Gue denger sendiri cermin itu berbisik," kata Siska, dengan nada yang menakutkan.
"Udahlah, Sis. Jangan dibahas lagi. Kita harus buru-buru mendaki. Gue udah nggak sabar mau ngeliat pemandangan puncak gunung," kata Rama, mencoba mengalihkan perhatian dari cerita mengerikan itu.
"Eh, tapi lo harus ngeliat cermin itu, Dir. Gue merinding ngeliat cermin itu,” kata Widya, sambil memeluk erat tangan Perdi.
"Gue nggak percaya cermin itu berbisik," kata Dirga, mencoba menenangkan Widya.
"Tapi gue denger sendiri, Dir," kata Widya, dengan nada yang menakutkan.
“Ya sudahlah. Kita buru-buru mendaki aja. Gue nggak mau ngomongin yang ngeri-ngeri lagi," kata Rama, dengan nada yang sedikit mengerikan.
Mereka kembali berjalan, meninggalkan rumah tua itu di belakang mereka. Mereka mencoba untuk lupa tentang kejadian mengerikan yang mereka alami di rumah itu.
"Kita harus cari tempat yang aman dulu, Dir,” kata Dian, dengan nada yang sedikit mengerikan.
"Ya, yan. Kita cari hotel aja. Di desa sebelah ada hotel," jawab Dirga, mencoba menenangkan Dian.
Mereka berjalan terus, mencari hotel. Mereka berjalan di jalan raya, yang terlihat sepi dan menyeramkan.
"Dir, lo perhatiin gak sih? Desa ini sepi banget. Gak ada orang satu pun di jalan," kata Fauzan, dengan nada yang sedikit mengerikan.
"Ya, zan. Gue juga ngeliat," jawab Dirga, dengan nada yang sedikit mengerikan.
"Gue merinding ngeliat desa sepi gini,” kata Widya, sambil memeluk erat tangan Perdi.
"Udahlah,

KAMU SEDANG MEMBACA
Pendaki Yang Ganjil
Terror"Pendaki yang Ganjil" adalah cerita horor tentang sembilan mahasiswa yang berencana mendaki Gunung Merapi untuk melepas penat setelah ujian akhir semester. Namun, gunung tersebut terkenal angker dan memiliki mitos tentang penunggu gunung yang memint...