3. Orang-orang yang Menyerah

16 1 0
                                    


Waktu itu, jam menunjukkan pukul 2 malam. Ushijima duduk di salah satu bangku yang berada di lorong rumah sakit tempat istrinya dirawat. Dia tak punya muka lagi untuk berada di ruang inap itu. Dia hanya mengatakan maaf dan pergi dari ruangan itu.

Laki-laki itu mengeluarkan ponselnya, dilihatnya kembali ruang obrolannya dengan Seira. Tidak ada pesan apapun selama seminggu terakhir dari perempuan itu. Dia pun beralih ke daftar panggilan. Dan benar, 3 hari lalu, ada 5 panggilan tak terjawab dari Seira.

Dia memandang langit-langit, lampu yang terang mulai nampak temaram perlahan, tergantikan dengan bayangan bagaimana Seira melewati masa itu tanpa siapa pun di sisinya. Ketika perempuan itu kehilangan janinnya sendirian.

Pada awalnya, Seira berpikir itu darah menstruasinya. Tetapi, darahnya kala itu menggumpal. Dia pun membersihkannya seperti biasa, dia tak berpikir ada kemungkinan lain. Lalu, kram hebat menjalar di bagian bawah perutnya. Itu hal yang aneh, karena seumur-umur dia tak pernah mengalami kram ketika mengalami menstruasi. Mungkin ini efek kelelahan. Tetapi rasa sakit itu tak berhenti dalam waktu yang lama, tubuhnya pun mulai terasa lemas.

Perempuan berambut hitam sebahu itu pun mulai merasa kewalahan karena kondisi tubuhnya, dengan tangan gemetar dia menghubungi kontak suaminya yang sedang berada di tempat kerja. Panggilan pertama tak dijawab, dia menelpon terus sampai lima kali dan sama sekali tidak ada jawaban. Dia mengecek jam di layar ponselnya, pukul 8 malam. Harusnya Ushijima tidak ada jadwal apapun.

Lalu akhirnya, Seira memutuskan untuk memanggil nomor darurat. Dalam 10 menit, paramedis datang ke rumahnya. Kala itu, Seira ternyata telah mengalami pendarahan hebat. Dia kehilangan banyak darah. Paramedis yang datang tidak ada punya pilihan lain selain membawanya ke rumah sakit terdekat.

Pemeriksaan dilakukan, dan diketahuilah kabar buruk yang tak disangka-sangka itu. Bahwa dirinya telah keguguran.

Seira terdiam beberapa saat setelah mendengar diagnosa itu.

"Berapa minggu, Dok?"

"3 minggu, Ibu Seira," kata dokter yang menanganinya, "Trimester pertama memang waktu yang rentan. Saya turut bersedih atas kehilangan yang telah Ibu alami."

Seira tersenyum pahit, "Pasti karena saya nggak jaga kesehatan ya, Dok."

Dokter yang menanganinya memasang raut iba, "Keguguran Ibu Seira kemungkinan besar dipengaruhi beberapa faktor kesehatan, seperti tekanan darah tinggi memang membahayakan kehamilan. Konsumsi obat tidur dan kurangnya istirahat yang cukup juga berbahaya. Saya tahu ini berat, tapi saya berharap Ibu Seira tidak menyalahkan diri sendiri karena ini."

"Tapi kan emang salah saya, Dok," kali ini wajah Seira semakin nelangsa, "Saya sendiri nggak tau kalau saya lagi hamil."

"Kehamilan pada trimester awal kadang memang sering tidak disadari, Ibu Seira. Saya harap Ibu benar-benar tidak menyalahkan diri sendiri. Ibu Seira, ini memang berat, tapi saya berharap Ibu bisa segera pulih dan dikelilingi orang-orang yang sayang sama Ibu Seira," Dokter itu terlihat ragu di kalimat selanjutnya, "Apakah benar tidak ada keluarga atau teman yang bisa kami bantu untuk hubungi, Ibu?"

Seira tahu apa yang dipikirkan dokter itu. Dia datang ke rumah sakit ini sendiri dengan ambulans. Situasinya parah tadi, pendarahan hebat. Kondisinya semengenaskan itu, tapi tidak ada siapapun yang berada di sampingnya. Bahkan suaminya saja seorang dokter, tapi di situasi darurat seperti ini dia malah tidak bisa dihubungi. Benar-benar memprihatinkan.

Seira pun menggeleng. Dia pun akhirnya bermalam dengan tangis di ruang inapnya sendirian.

Lalu keesokan harinya, Yui menanyakan keberadaannya. Hari itu akhir pekan, Yui memang sering datang ke rumahnya untuk bertamu. Dia pun tahu Seira orang yang paling betah mendekam di rumah dengan pekerjaannya sendiri, dia pun tahu bagaimana kondisi tidak wajar pernikahannya dengan Ushijima, dia pun akhirnya sering berakhir pekan dengan menghabiskan waktunya bersama Seira di rumah itu atau mengajaknya keluar.

Pada mulanya, Seira ragu memberitahu di mana lokasinya. Tapi sejujurnya, perempuan itu merasa berat untuk menghadapi kenyataan ini sendirian. Dia benar-benar butuh rangkulan seseorang. Akhirnya, dia memberitahu Yui juga.

"Kenapa nggak nelfon gue, Seira?" Sesampainya di sana, Yui langsung menghujani Seira dengan kekecewaanua, "Lo anggep gue apa sih? Temen lo bukan sih gue?"

Tangisan Seira langsung pecah. Yui pun hanya bisa memberikan sebuah pelukan erat pada sahabatnya yang tengah bersedih itu. "Maaf, maaf..."

Ushijima mengusap wajahnya kasar. Dadanya terasa begitu sesak setelah membayangkan situasi kala itu. Seharusnya di jam itu Ushijima sedang istirahat di ruangannya, tapi dia ingat sekali, dia tengah melakukan operasi darurat untuk salah seorang pasien yang merupakan seorang pejabat penting negara di jam itu. Lalu 2 hari setelahnya dia seperti ditahan di rumah sakit, sudah tanggung jawabnya memantau perkembangan pasien itu.

Begitu pasien itu menunjukkan tanda pemulihan, dia langsung bergegas pulang. Walaupun itu tengah malam. Tapi seperti yang sudah diketahui, itu tidak mengubah fakta bahwa dia telah membiarkan istrinya mengalami situasi krisis itu sendirian.

Meskipun dia seorang dokter, meskipun dia suaminya, meskipun Seira menghubunginya berkali-kali. Tapi pada akhirnya, Seira keguguran. Seharusnya dia bisa mengecek ponselnya, seharusnya dia bertanya-tanya mengapa tidak ada kabar sama sekali dari Seira, seharusnya dia bisa pulang lebih awal.

Dia memandang ke pintu ruang inap Seira yang ada di hadapannya. Ushijima merasa sudah tidak punya muka lagi untuk masuk ke sana.

Namun, hari itu, Seira telah dijadwalkan untuk pulang di siang harinya. Sementara ketiga temannya ada pekerjaan masing-masing, mau tidak mau mereka harus memercayakan Seira bersama Ushijima.

"Kali ini, jagain Seira yang bener," peringat Yui. Dia yang paling terakhir di ruangan di antara ketiga teman Seira yang bermalam di sana. Ushijima pun mengangguk takzim.

Sekarang Ushijima tengah mengemudikan mobilnya, Seira yang berada di kursi penumpang hanya diam melihat ke jendela. Dia menggenggam tangan perempuan itu, tapi tidak ada respons apapun. Dia sama sekali tidak memberikan perhatian pada Ushijima.

20 menit diperlukan hingga mereka sampai ke rumah, Ushijima memarkirkan mobilnya di garasi dengan rapi. Setelah mesin mati, Seira pun hendak membuka pintu mobil, tapi ditahan Ushijima, "Tunggu sebentar."

Laki-laki itu kemudian keluar dari mobil terlebih dahulu, lalu berlari kecil ke arah sisi mobil yang lain. Dia membuka pintu penumpang, dihadapkan dengan pandangan lurus-lurus Seira kepadanya.

"Maaf," katanya. Lalu Ushijima menyelipkan satu tangan ke sela lengan dan punggung Seira, dan tangan yang satunya lagi di bawah lekukan lutut perempuan itu. Dengan gerakan pelan, dia mengangkat tubuh Seira dari dalam mobil. Laki-laki itu berniat membopong Seira ke dalam rumah.

Dia bisa merasakan tubuh istrinya yang terasa kaku di dalam gendongannya, "Walaupun nggak nyaman, tahan dulu ya sampe ke kamar," pintanya. Seira tidak menjawab, dia hanya mengeratkan lengannya di bahu suaminya.

Ushijima menidurkan Seira di atas ranjang begitu sampai di kamar mereka. Mereka berdua saling memandang tanpa sepatah kata untuk beberapa saat, lalu dering telepon Ushijima membuyarkan fokus mereka.

Shirabu is calling...

Seira bisa melihat identitas penelepon dari posisinya, lalu memalingkan wajahnya. Itu Shirabu, kolega suaminya di rumah sakit tempatnya bekerja. Sudah sesiang ini, wajar ada yang mencari keberadaan suaminya yang super sibuk ini tapi bisa-bisanya malah masih di rumah seperti sekarang ini. Dia tidak heran kalau kalau setelah panggilan itu, Ushijima akan langsung kembali ke rumah sakit tempatnya bekerja.

Tapi bukannya mengangkat panggilan itu, Ushijima malah merengkuh tubuh Seira ke dalam pelukannya. "Maaf, sayang," bisik Ushijima, "Maafin aku yang nggak becus jadi suami ini."

"Maaf, maaf...."

Seira tidak membalas pelukan laki-laki itu. Dia hanya diam saja mendengar permintaan maaf dari Ushijima.

Toh, janinnya tidak akan kembali. Lagipula, ini juga salahnya sendiri. Bukan salah orang lain. Bukan juga salah Ushijima.

···

Berlanjut ke bab berikutnya ....

···

02.08 WIB,
Senin,
4 November 2024.

Ruang: Berkumpul & BergumulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang