CONTENT WARNING: Mention of suicide attempt.
···
Tepat 1 minggu telah berlalu, dan hari ini Ushijima mengakhiri masa cutinya. Setelah merasa yakin bahwa istrinya memang sudah pulih, dan paling tidak sudah bisa mengurus dirinya sendiri, seperti memasak untuk santapannya. Akhirnya dia bisa merasa agak lega untuk kembali ke tempat kerjanya. Dan ini tentu, disambut baik oleh koleganya.
Karena bagaimanapun posisi dokter spesialis di bedah saraf sangat dibutuhkan di rumah sakitnya untuk bersiap sedia di tempat, sebab hanya ada dua orang spesialis saja di sana, yang satu di antaranya adalah dirinya sendiri.
Dia dan Shirabu beserta beberapa rekan dari departemen bedah, kini tengah duduk di bangku kafetaria di rumah sakit untuk menyantap makan siang mereka.
Shirabu tahu seberapa khawatirnya rekan kerjanya itu terhadap istrinya, dia mengenal Ushijima sejak mereka di bangku SMA, dia berada satu tahun di bawah laki-laki itu. Walaupun seniornya itu memang terlihat tegas, blak-blakan, dan mengutamakan tanggung jawabnya sebagai dokter, tetapi semua itu menjadi tidak penting ketika ada hal yang menyangkut tentang istrinya. Dia tidak tahu bagaimana pasangan ini bertemu, tetapi dia tahu mereka memang saling menyayangi sekarang ini.
Beberapa kali dia bertemu Seira ketika berkunjung ke rumah sakit atau di acara formal di mana Ushijima perlu ditemani, perempuan itu terlihat baik dan ramah. Sifat yang umum, sejujurnya dia juga tak tahu bagian mana yang bisa membuat seniornya jatuh hati padanya. Dia pun tak tahu kapan mereka pacaran, Ushijima terlihat sibuk seperti biasa sebelum tanggal pernikahan mereka. Tetapi, tahu-tahu dia mengabarkan dirinya akan menikah. Dengan wanita yang bukan juga dari kalangan tenaga medis, yang membuatnya dirinya berpikir, kapan si Ushijima itu punya waktu untuk mengenal hingga berkencan dengan seorang perempuan.
Shirabu pikir itu pernikahan tanpa cinta atau atas dasar perjodohan saking minimnya suasana romansa di antara mereka. Terlihat sekali ada perasaan canggung ketika melihat mereka berdua di atas altar maupun ketika menyapa para tamu undangan di pernikahan mereka. Dia bahkan sempat berasumsi jahat, kalau pernikahan itu tidak akan bertahan lama. Mengingat bagaimana karakter Ushijima yang kaku dan Seira yang jauh lebih muda darinya, dan memiliki perangai riang dan bebas.
Namun, ini sudah memasuki tahun ketiga pernikahan mereka berdua. Ushijima masih dengan kesibukannya di rumah sakit, tetapi sejak menikah, dia tetap mengusahakan untuk pulang ke rumah di tengah kesibukan itu walaupun tidak bisa setiap hari. Mungkin memang kondisi pernikahan mereka memang tidak seburuk seperti yang ada di kepalanya itu. Apalagi minggu lalu, seorang yang tak pernah mengambil cuti tahunannya itu, tanpa memberikan kepala departemen bedah pemberitahuan dari jauh hari, Ushijima mengajukan permohonan cuti di hari yang sama dia tidak masuk ke rumah sakit.
Kepala departemen jelas keheranan, mengingat bagaimana pentingnya posisi Ushijima di departemen, dia hampir tidak mengizinkannya. Tetapi mengetahui alasan apa di balik pengajuan cuti itu, kepala departemen itu mencoba memaklumi dan menyampaikan rasa simpatinya pada Ushijima dan istrinya.
Bagian bedah saraf tentu kewalahan, tetapi mau bagaimana lagi. Dan begitu mereka mengetahui Ushijima telah kembali bekerja, mereka amat senang akan hal itu. Tidak terkecuali juga bagi Shirabu.
Sekarang ini, Shirabu memandangi Ushijima yang berada di sampingnya, sama sekali belum menyentuh makan siangnya. Perhatiannya penuh fokus pada ponselnya. Badan laki-laki itu memang di sini, tapi bisa jadi pikirannya sedang berada di tempat lain.
"Istri lo beneran udah nggak apa-apa kan, Bang?" Tanyanya. Shirabu sempat menjenguk istri Ushijima di rumah mereka, wajahnya betulan murung kala itu. Bagaimanapun kehilangan jabang bayi memang menyakitkan.
Terdengar helaan napas yang berat sebelum Ushijima menjawab pertanyaan Shirabu, "I hope so."
Ushijima menyimpan ponselnya kembali ke saku. Laki-laki berusia 39 tahun itu mengusap wajahnya yang kusut lalu mulai menyantap makanannya. Bohong kalau dia bisa tenang meninggalkan istrinya sendirian setelah kejadian lalu, tetapi bagaimana perempuan itu meyakinkan bahwa dirinya benar sudah baik-baik saja, juga menyuruhnya untuk segera kembali bekerja, akhirnya dia menurut saja. Memang benar dia masih punya banyak tanggung jawab yang menumpuk, tetapi jika Seira memintanya untuk tinggal beberapa hari lagi, dia tidak akan masalah.
"Aku nggak mau punya suami pengangguran," jawabnya serius ketika Ushijima membicarakan ini sehari sebelum dia kembali bekerja. Lalu Seira menambahi, "Aku nikah sama kamu kan karena kamu punya kerjaan stabil."
Itu memang benar, jadi baiklah, dia yang menyerah. Ushijima akhirnya memutuskan untuk segera kembali ke posisinya. Tetapi pikirannya belum bisa tenang untuk meninggalkannya sendirian. Dengan membuang rasa malunya, dia meminta Yui untuk mengecek keadaan istrinya. Karena tempat kerja perempuan itu yang hanya lima menit dari rumah mereka. Dan syukurnya, hari ini, perempuan itu bekerja setengah hari saja untuk menggantikan sif rekannya yang tak bisa hadir, dia pun menyanggupi permohonannya pagi itu.
Akan tetapi, dari tadi dia menghubungi Yui untuk mengetahui keadaan Seira, sama sekali tidak ada balasan. Padahal 20 menit lalu, sahabat dari istrinya itu bilang sudah dalam perjalanan ke rumahnya. Jelas, ini memunculkan kegusaran dalam hatinya. Dia hanya berharap kedua perempuan itu hanya tengah sibuk berbincang, sampai lupa mengabarinya. Ya, lebih baik jika memang seperti itu.
Dengan pikirannya yang berusaha dibuat sepositif mungkin, meskipun juga dia tak begitu berselera makan, Ushijima mencoba menghabiskan makanan di depannya. Beberapa saat setelahnya, ponselnya berdering. Panggilan dari Yui, dengan cepat dia mengangkatnya.
"Halo—" Sapaan Ushijima terpotong oleh suara Yui dari seberang. "Ushijima ke Rumah Sakit Metro sekarang!" Katanya dengan cepat. Seolah-olah keadaannya sangat amat darurat.
Ushijima tertegun. Dia merasa familier dengan suasana ini, ini persis seperti ketika dia mendapat kabar di hari di mana Seira kehilangan janinnya. Jantungnya mulai berdegup cepat. Tetapi dia mencoba berpikir serasional mungkin, mencoba membuat dirinya bertindak setenang mungkin.
"Ada apa? Seira nggak kenapa-kenapa, kan?" Dia pun bangkit dari tempat duduknya lalu mengembalikan wadah makannya, meninggalkan Shirabu dan teman-temannya yang lain yang memasang wajah penuh pertanyaan. Dia berjalan keluar kafetaria dengan langkah cepat.
"Seira, Ya Tuhan...." Suara Yui kali ini terdengar bergetar, "She tried to kill herself!"
Barulah, setelah mendengar itu, Ushijima berlari secepat mungkin keluar dari rumah sakit tempatnya bekerja. Tidak memedulikan tatapan aneh dari orang-orang yang melihatnya. Karena sekarang, kepalanya sudah kalut, dengan menerima kemungkinan terburuk yang tak pernah terbayang di dalam kepalanya yang telah terjadi.
···
Berlanjut ke bab berikutnya....
···
21.59 WIB,
Jumat,
22 November 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang: Berkumpul & Bergumul
Fiksi Penggemar"Di dalam rumah itu ... di ruang di mana kita berkumpul, di ruang di mana kita bergumul. Untuk sekali saja, bolehkah aku memintamu kembali untuk memelukku?" ________ Content Warning: This story contains references to miscarriage, depression, and sui...