𝐌𝐄𝐍𝐆𝐀𝐏𝐀 𝐑𝐀𝐒𝐀𝐍𝐘𝐀 𝐁𝐄𝐃𝐀? : 𝐏𝐀𝐑𝐓 𝟏𝟖

47 10 11
                                    

Purnama sangat suka bersolek dimalam hari, menjadikan dirinya indah nan menawan. Semua orang menatap dirinya dengan penuh puja, memuji keindahannya yang sepanjang malam dikelilingi oleh banyaknya Bintang yang juga memuji keindahannya dimalam hari.

Renjani, gadis cantik yang tengah memakai piyama berwarna hijau bermotifkan Katak, tengah berdiri di balkon kamarnya dengan menikmati semilir nya angin malam. Mata gadis itu dengan jeli nya meneliti sekeliling area kompleksnya, berharap akan ada kejadian indah malam ini, misal, tukang sate gratis?. Merasa pegal dengan keadaan nya yang terus berdiri, Renjani memutuskan untuk duduk di sofa empuk kebanggaan nya dengan ditemani secangkir cokelat panas.

"Ali" Lirihnya tanpa sadar.

Angin malam menerpa dengan lumayan kencang, bahkan suhu udara diluar mengalahkan suhu kamar nya yang ber AC. Renjani mulai berdiri, ia rasa, ini sudah tengah malam, bukankah tak baik bagi gadis cantik sepertinya untuk terus berada diluar?. Ia mulai membereskan cangkir yang berisikan cokelat panas itu, dan menaruhnya kedalam kamar.

Perlahan, ia naik keatas kasur king size nya itu, dan ia mulai menelentangkan badannya, menutup separuh bagian tubuhnya menggunakan selimut tebal yang baru saja ia buka dari plastiknya.

Baru guyssss, kalian mana punya.

Renjani, gadis itu mulai terlelap dan masuk kedalam alam mimpi, entah khayalan apa yang ia lakukan sebelum tidur tadi, tapi yang pasti, ritual itu sering ia lakukan setiap malamnya.

Rasa-rasanya, baru saja Renjani tidur, tapi ternyata, sudah enam jam ia lewati untuk bermimpi, dan kini keadaan kasur gadis itu sudah tidak bisa terselamatkan. Cantik doang, tidur udah kayak jarum jam, mana pateennnn. Bukan hanya Jani, namun juga Arsa, yang ditugaskan untuk membangunkan adiknya saja, kini tengah ikutan tidur di sofa samping kasur adiknya.

"Ya ampun, Arsa!!, Jani!! " Teriak Bunda, herman bunda tuh, sama kelakuan kedua anak nya yang diluar nulur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ya ampun, Arsa!!, Jani!! " Teriak Bunda, herman bunda tuh, sama kelakuan kedua anak nya yang diluar nulur.

"A-a-a-ampun, nda, jangan dijewer, nda. S-s-sakiitt" Ujar Arsa mengaduh kesakitan karena telinganya yang berharga itu, kini mulai memerah akibat kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan dang Bunda.

"Ini, lagi, JANI!!"

"Buruan bangun, kamu ngga mau sekolah, hah!!" Bunda, lambe mu itu, loh.

"Cocote, Bun, aelahhh. Ngomong mulu" Agaknya, Renjani memang ingin disambit celurit.

Bangun Renjani, lihat!!, kepala Bunda udah keluar tanduk!!.

'Adek setan, bangun bego!!, ini kuping gue masih dijewer bunda' batin Arsa nelangsa.

"Bagus, udah mulai pinter ngelawan Bunda, ya, kamu!" Marah Bunda, dadanya bergemuruh naik turun menahan kekesalan pada putri satu-satunya.

"Kaburrrrrr" Teriak Jani, ia langsung loncat dari kasurnya dan berlari kedalam kamar mandi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia, dan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang