TCA 9

14 2 1
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَ حْمٰنِ الرَ حِيْمِ



[ SAINGAN? ]

Di malam hari yang dingin, kini ali merenungkan diri di kamar tepat di jendela, angin meniup wajahnya dan membuat rambutnya berantakan.

Ali melihat indahnya bulan, tapi entah kenapa setiap ia memejamkan mata selalu timbul bayangan seseorang di pikirannya.

"Astagfirullah," titahnya sambil membuka matanya kembali "Kenapa akhir akhir ini selalu saja aliza yang ada di pikiran ku?" batinnya.

"Assalamu'alaikum nak.." ujar yumita yang tiba-tiba saja memasuki kamarnya.

"Eh umi, masuk lah."

"Anak umi lagi ngapain nih? apa jangan-jangan mikirin siapa calon istri?" ujar yumita saat melihat anaknya termenung.

"Eh tidak umi tidak."

"Hayo lagi mikirin siapa?? ustadzah aila?"

"Tidak, bukan ustadzah, umi.."

"Alesha? zeya?" tanya yumita lagi,
Tetapi ali menggeleng menandakan tidak.

"Oh umi tau... aliza ya?"

Ali terkejut dan menatap yumita dengan wajah yang tidak bisa di artikan, ali menggeleng kaku sambil tersenyum.

Mereka berdua sama sama menatap bulan yang indah di malam hari itu.

"Kalau enggak kenapa senyum-senyum? sebenarnya sih umi juga suka liat aliza, dia wanita yang tenang, baik, cantik, beradab, pintar, terus sholehah lagi, kalau boleh milih, umi pengen banget punya menantu seperti aliza, tapi kalau ali ga mau ya sama ari aja kalau gitu..." ujar yumita menyindir ali agar cemburu.

Benar saja, senyuman ali memudar dan wajahnya menjadi datar, yumita yang menyadari itu langsung tersenyum.

"Nah anak umi cemburu nih, denger ya le kalau kamu suka sama dia dan bener-bener serius sama dia, jangan bawa dia ke jenjang kemaksiatan seperti pacaran pacaran itu, tapi lamar lah dia, minta restu sama orang tuanya.." saran yumita sambil mengelus pundak ali.

"Iya umi, tapi ali gak niat untuk nikah muda, ali mau fokus kuliah dulu, dan 2 bulan lagi ali mau lanjut kuliah bukan?"

"Iya, umi paham tapi jika sudah takdir mu nikah muda kamu bisa apa?"

"Kalau memang takdir, ali terima dengan senang hati umi."

Yumita tersenyum pulas dan langsung memeluk anak laki-laki itu dengan lembut.

********

Pagi hari ini adalah hari di mana aliza kembali ke pesantren, barang barang yang akan di bawa sudah ia letakkan di bagasi mobilnya.

Hanifa dan rahman mengantarkannya terkecuali fawwaz dan zabira.

"Adek pamit ya abang, kak zabira.." ujar aliza sambil menyalimi tangan mereka.

"Iya kamu hati hati ya di sana, kalau ada apa apa bilang sama abang." ujar fawwaz

"Oke, babay assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam." serentak mereka.

Di perjalanannya ia merasa tidak sabar bertemu sahabat sahabat nya disana.

Aliza akhirnya sampai di pondok pesantren yang sangat dia sukai itu, selain nyaman dia seperti memiliki keluarga kedua.

"ALIZAA...." teriak teman-teman sekamar berlari menuju ke arahnya.

TAKDIR CINTA ALZA || TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang