06🦁

45 3 1
                                    

Happy reading




"Babé! Buka pintunya dong!"

Suara nyaring itu membuat Vio berdecak. Ia bergerak membuka pintu rumah kemudian memutar bola mata malas.

"Sorry? Kalo mau ngemis siang aja ya, jangan malem gini. Mau tidur," ucapnya.

"Ga sopan."

Riella—teman Vio, berjalan masuk sambil menggeret koper pink kesayangannya.

Vio menghela napas. Sudah terbiasa dengan sikap gadis itu. Keduanya sudah berteman sejak masih berada dalam kandungan. Jadi, tak heran. Jika disatukan 'pun sikap mereka tidak ada bedanya.

"Ayo, ke kamar. Princess capek banget."

Riella menggerakkan tangan dan lehernya yang terasa pegal. Butuh waktu 4 jam untuknya datang ke rumah Vio. Salah satu hal yang harus diapresiasi karena selama di perjalanan ia tidak mengeluh sama sekali.

"Oh iya." Gadis itu menghentikan kesibukannya. Menatap Vio yang ternyata sudah berjalan menaiki tangga, meninggalkannya.

"Oh my god! Vio! Tungguin gue," pekik Riella.

Sesampainya di kamar, Vio langsung melompat ke atas kasur kemudian berbaring. Gadis itu membiarkan Riella yang sedang sibuk mengamati tiap inci kamarnya.

Kamar yang dicat menggunakan warna soft blue dengan beberapa lukisan kupu-kupu di atapnya. Selera yang benar-benar mirip dengan Riella.

"I think we're twins."

"Yeah, just think. Don't back to reality."

Riella tertawa puas. Vio tidak berubah. Ia selalu puas dengan respon dari gadis itu yang selalu bisa membuatnya kagum.

"Gue tau, pasti banyak yang mau lo ceritain. Tunggu ya, gue mandi dulu."

"Siapa bilang gue mau cerita? Gue mau tidur."

Riella mengedikkan bahunya tak peduli. Gadis itu mengambil handuk pink miliknya dari dalam koper.

"Gue siram lo kalo tidur," ancam Riella.

"Gue serius," lanjutnya saat tak mendapat jawaban dari Vio.

Namun, setelah itu ia langsung berlari memasuki kamar mandi saat sebuah bantal melanting ke arahnya.

"Cewe gila," maki Vio.

1 jam setelahnya, pintu kamar mandi terbuka. Riella berjalan ke luar sambil menggosok rambutnya yang basah. Ia berdiri di depan cermin, menikmati kecantikannya di malam hari tanpa memperdulikan wajah kusut Vio.

"Sorry, ngga lama 'kan nungguin gue?"

"Terserah, gue mau tidur."

Riella tertawa, membiarkan Vio nyenyak dalam tidurnya. Ia masih berdiri di depan cermin kemudian memakai segala macam perawatan kulit miliknya.

Suasana kamar itu sangat senyap. Sebagai orang yang penakut, Riella dengan cepat menyudahi kegiatannya.

Ia berjalan menuju kasur, bersiap menyusul Vio di alam mimpi. Namun, suara denting notifikasi yang cukup keras mengejutkannya.

"Anak monyet!"

Riella merasakan jantungnya berdetak sangat kencang. Ia berdecak saat mengetahui bahwa notifikasi itu berasal dari ponsel Vio.

"Cewe gila, suara notifikasi udah kayak terompet sangkakala."

Mulutnya menggerutu. Ia menggoyangkan pelan tubuh Vio. "Vio ada yang ngechat lo. Kayaknya penting."

Babu to LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang