Happy Reading
•
•
•
•
•
***Sebuah mobil melaju dengan kecepatan rata-rata. Malam ini, Vio dan Raella sedang di perjalanan menuju rumah sakit guna mengecek kondisi Kello.
"Gimana?"
Suara Riella membuat Vio mengalihkan pandangannya dari ponsel. "Apanya?" tanyanya balik.
Riella menaik-turunkan alisnya menggoda. "Udah lo godain belum cowo ganteng tadi?"
"Dih? Ngga!" balas Vio.
Riella tertawa puas mendengarnya. "Becanda," ucapnya. "Gimana ceritanya lo bisa jadi babu dia?" lanjutnya.
Vio menghela napas, menatap tajam Riella yang fokus menyetir mobil. "Gue cuma bilang sekali, kalo ngga denger gue pukul kepala lo," ancamnya.
Riella mengangguk. "Aman, kuping gue masih ada dua," jawabnya.
Vio menatap depan, memperhatikan jalanan yang mereka lewati. "Waktu itu pihak rumah sakit telfon gue, terus bilang kalau Kak Kello harus dioperasi. Lo tau sendiri, gue mudah banget panik sama hal-hal yang kayak begitu."
Riella mengangguk setuju. "Iya, kalo panik lo kayak monyet lepas dari kandang."
"Riella!"
Riella meringis, merasakan cubitan kecil di pinggangnya. "Lanjut-lanjut," ucapnya.
"Pokoknya gue bawa mobil dalam keadaan panik. Gue tau ini salah, tapi lo jangan hujat gue." Vio menatap Riella, memperingati. "Habis nabrak dia, gue tinggalin dia gitu aja," lanjutnya.
"Lah kocak? Tega banget lo anjir. Anak orang tuh, susah buatnya. Emaknya bertaruh nyawa buat ngelahirinnya."
Vio menghela napas, tak membela diri sama sekali. "Iya, tau. Makanya gue mau jadi suruhannya dia," balas Vio.
"Udah disuruh apa aja?"
"Beli rokok, hidupin rokok, pura-pura sakit biar dia bisa bolos, terus tadi—"
"Fuck!"
Vio mengumpat kaget saat Riella tiba-tiba menginjak rem mobil. Ia menatap tajam wajah tanpa dosa gadis itu.
"Sorry, kaget dikit," balas Riella santai. Selanjutnya, ia meringis saat lagi-lagi pinggangnya menjadi sasaran cubitan Vio.
"Gue tau lo ngga mungkin diem aja digituin. Mau apa lo?" tanya Riella.
Gadis itu menatap Vio yang hanya diam kemudian tersenyum karena tebakannya benar.
Vie balas menatap Riella. Bagaimana bisa gadis itu selalu mengetahui keinginanya? "Belum kepikiran, lagi ngga mood," balasnya.
Riella tertawa. Ia kembali melajukan mobil dengan kecepatan normal. Otaknya merancang hal-hal seru yang sudah lama tak ia lakukan dengan Vio. Terakhir, 1 tahun yang lalu mereka melakukan suatu hal yang seru sebelum akhirnya Vio harus mengurus kepindahannya ke kota ini.
"Mau main game lagi ngga?"
Vio menatap Riella yang tersenyum senang padanya. Matanya memicing, memikirkan hal apa yang sedang direncanakan oleh gadis itu.
"Lo masih inget Melan?"
Vio memutar bola matanya malas. "Gausah sebut namanya, muak gue."
Riella kembali tertawa, kali ini lebih puas dari yang sebelumnya. Melan, perempuan yang sejak 2 tahun lalu menjadi ibu tiri Riella. Siswi perempuan yang dulunya teman sekelas Riella dan Vio. Perempuan yang menghancurkan keharmonisan keluarga Riella. Satu hal yang membuat Vio marah, Riella hanya diam tanpa membalas perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Babu to Lover
Teen Fiction"Kiss me." "Buat apa?" "Biar gue sembuh." Bibir gadis itu mendarat di atas perbannya. "Sial! Bisa-bisa sakit gue makin parah." *** Viora Angella, harus menebus kesalahannya yang tanpa sengaja melakukan tabrak lari pada seorang pria. Tentu saja semua...