02🦁

74 4 0
                                    

Happy reading




"Lo tau?"

"Ngga."

"Gue belum selesai ngomong!"

Lelaki dengan perban yang masih melilit kepalanya itu menghembuskan asap rokoknya ke atas kemudian menjawab, "Buang jauh-jauh kebiasaan bodoh lo itu. Cukup bilang apa yang mau lo bilang, ga perlu basa-basi pakai pertanyaan konyol."

"Ini cewe yang nabrak lo?"

Lion langsung mengalihkan perhatiannya pada ponsel Moreo yang menampilkan foto seorang gadis. Lion yakin itu adalah orang yang sama dengan orang yang menabraknya.

"Jawabannya iya," ucap Moreo melihat keterdiaman Lion.

Semalam Lion tiba-tiba mengirimkan foto seorang gadis, fotonya sedikit buram, tetapi masih dapat terlihat. Sangat jelas bahwa foto itu diambil dari jarak yang lumayan jauh. Itu adalah foto wajah Vio yang Lion ambil sendiri saat ia tidak sengaja melihat gadis itu ketika akan pulang dari rumah sakit.

"Dia anak baru yang pindah ke sekolah ini."

Lion diam menunggu Moreo menyelesaikan ucapannya.

"Anak baru di kelas kita."

Saat itu juga senyumnya merekah. Rencana-rencana yang ia susun di otaknya sejak malam tadi langsung terbayang tak karuan hingga membuat hatinya bergemuruh.

"Nice," gumamnya.

Semakin dikit jarak mereka, maka semakin besar pula peluang Lion untuk bertemu dengan gadis itu. Keberuntungan benar-benar selalu berada di dekatnya.

"Di mana dia sekarang?" tanyanya.

Moreo mengedikkan bahu tak tahu. Bahkan sejak pagi mereka berdua belum menginjakkan kaki di sekolah meskipun memakai seragam. Warung kecil di belakang sekolah selalu jadi tempat favorit daripada kelas luas yang ber-AC.

"Coba tanya dia."

Lion menoleh menatap arah tunjuk Moreo pada pintu masuk warung. Di sana, Sean berjalan dengan wajah datar seperti biasa. Lelaki itu adalah orang yang paling rajin di antara mereka bertiga, jika Lion dan Moreo datang ke kelas sebanyak 3 kali seminggu, maka Sean akan datang 4 kali. Ya, setidaknya ia lebih rajin.

"Dari mana?" tanya Lion.

"Privasi."

"Bajingan!"

"Yes, i'am," balas Sean. Ia tersenyum kemenangan setelah berhasil membuat Lion kesal.

Tak lama Lion memilih pergi tanpa mengatakan apapun. Hal yang tak diduga terjadi, kakinya melangkah hingga sampai di hadapan dinding tak terlalu tinggi yang menjadi pembatas antara sekolah dengan warung kecil itu.

Suara yang cukup ramai terdengar di telinganya. Ia menebak bahwa saat ini jam istirahat tengah berlangsung. Tepat sekali, keberuntungan selalu berada di pihaknya.

Tanpa berlama-lama Lion segera memanjat dinding itu kemudian melompat dengan mudah.

"Hei?"

Babu to LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang