Bab 2

1.2K 4 0
                                    

"Ohh ini nasi kuning raf, buat kita sarapan tadi ibu beli.."

"Oh...nasi kuning, kayaknya enak kak.."

"Yaudah ayuk makan.." ajak kakak

Kami berdua pun makan di ruang keluarga, hanya lesehan beralaskan tikar anyaman.

Aku dan kakakku juga sambil ngobrol basa basi membahas hal yang perlu dan tidak perlu, hubungan kakak beradik kami memang kuat sedari dulu. Aku bersyukur sekali punya kakak yang baik dan cantik.

Belum ada sama sekali pikiran negatif pada kakakku sampai sekarang, aku menghormati kakakku sebagai sosok pelindung dan teman bukan sebagai bahan yang tidak tidak, hal yang sama berlaku pada ibuku.

Setelah kenyang, aku izin pergi bermain bersama temanku pada kakak.

Izin diterima! Sipp, akupun bergegas mengendarai sepeda menuju tempat sahabat ku yang tak begitu jauh masih di desa Cibambu.

Sahabatku ini bernama Yudi, kenapa ku sebut sahabat karena yudi ini sudah bersama ku sejak aku kecil sekali berumur 6 tahun. Hingga sekarang tak terpisahkan. Badannya sebelas duabelas dengan ku, bedanya hanya di nilai sekolah.

Yudi ini salah satu murid terpintar di kelas, berbeda dengan ku yang nilainya kadang bagus kadang tidak.

*kring kringg*

Ku bunyikan bel sepedaku di depan rumah yudi sambil memanggil namanya.

"Yudii!!..."

"Yuddd woii..!!!"

Dua kali, tiga kali, empat kali kupanggil-panggil belum juga nampak batang hidung yudi. Akupun kemudian turun dari sepeda untuk mengecek lebih dekat.

"Hmmm sendalnya ada..., motor ibunya juga ada..."

"Harusnya ada orang di rumah dong??.." gumamku sambil celingak celinguk seperti maling

"Ah ini mah dia lagi tidur jam segini.."

Aku pun berpikir untuk membatalkan rencana bermain pagi ini, toh nanti sore masih bisa.

Aku coba panggil untuk yang terakhir kalinya, siapa tahu berhasil

"YUUUDIIIIII..!!.."

Tiba tiba pintu depan pun terbuka.

Untuk beberapa detik aku tertegun melihat apa yang tersaji di depan mataku.

Itu adalah Ibunya Yudi yang biasa di panggil Bu Dea, Bu Dea saat ini di depan ku hanya memakai handuk.

Tentang Bu Dea, Umur beliau 41 tahun dan berkulit sawo. Bu dea sangat baik pada sekitar dan terkenal pintar karena bekerja sebagai guru SMA di Desa Cianduk.

Badan Bu Dea jika dibandingkan sebelas dua belas dengan ibu ku, hanya saja ibu ku lebih putih dan cantik tentunya.

"A-ada apa sih rafi teriak teriak duh..?.."

"E-ehh m-maaf bu dea, a-anu.."

"Buruan ada perlu apa yud?!, I-ibu cuman handukan doang ini, malu sama orang lewat!.."

"Uh...i-itu siii yudi bu, ada?.."

"Nggak dulu, yudi lagi sakit!.." balas bu dea dengan ketus

"Loh, sakit apa bu?.."

"Heeh kamu nanya mulu! Sakit lambung!.."

"Dah sana pergi, ibu mau pakai baju dulu!.."

*BRAAAKK*

Bu Dea membanting pintu rumahnya sangat keras hingga ikut menggetarkan lantai terasnya.

Tanpa pikir panjang aku pun memutuskan untuk pulang karena tidak ada lagi yang bisa ku ajak main.

Skandal Keluarga (Cuck_old Inc_est Warning)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang