Balas Dendam Seseorang

26 3 0
                                    

Saat Adnan kembali menghadap ke arah rumahnya ia langsung jatuh dengan keadaan lemas.

"Haha! Pingsan juga kau Adnan!" Ujar Selena dengan tongkat baseball di tangannya.

Selenapun menyeret Adnan ke sebuah tempat dimana tempat itu sangat sepi dan jauh dari sekolah.

"Bhim, ini nih orangnya." Ujar Selena dengan Adnan yang berada di belakang terjatuh dalam kondisi pingsan.

"Mau di apain? Kamu yakin len mau diperlakukan seperti apa yang kamu katakan kemarin? Apa itu tidak terlalu sadis?" Tanya Bhima melihat Adnan seperti ada rasa kasihan.

"Gapapa, Sama-sama sadis kan imbang. Bukannya tidak boleh ya berat sebelah?" Tanya Selena balik setelah menjawab pertanyaan Bhima.

"Duh, aku gapernah nyangka sebelumnya kalau kamu sesadis ini. Tetapi benar sih.. gaboleh berat sebelah, tetapi memang benar dengan begini semuanya selesai?" Lanjut Bhima dan mereka berdua terus menatapi Adnan. Selenapun duduk di samping Bhima. Mereka berada di sebuah tempat yang tidak bisa dilacak lokasinya. Tetapi yang pasti, mereka berada di tempat sepi nan gelap.

"Langsung aja kah Bhim? Kalau langsung ambil aja pisaunya, bakal kuhabisin ni orang." Ujar Selena.

"Langsung aja udahlah, daripada diam-diam an mulu." Jawab Bhima dan mereka langsung mengambil pisau. Adnan tak sengaja tersadar dari pingsannya saat mereka mengambil pisau.

"Sialan, tau gitu gw gausah sadar!" Batinnya Adnan.

Selena dan Bhima sudah memegang pisau di tangannya, tiba-tiba datanglah Arshaka dan Odo yang terlambat. Arshaka dan Odo mengambil pisau dan mereka berempat telah menggenggam pisaunya masing-masing.

Selena menancapkan pisau dengan keras di kaki Adnan. Adnan berteriak kesakitan. Selena terkejut dan segera bertanya, "Lah? Lu udah sadar Adnan?"
Adnan menjawab 'Iya'.

"Sayangnya kita gapunya barang sesuatu untuk menutupi mulut lu." Ujar Selena melanjutkan pembicaraan.

"Sudahlah, jangan membuat lama waktu!" Sahut Odo dengan cepat menancapkan pisau ke kaki Adnan juga.

Adnan lagi dan lagi menjerit dan berteriak kesakitan. Di setiap luka pasti ada tangisan yang menyakitkan, itu lah yang dilakukan Adnan. Ia menjatuhkan tangisannya serta berteriak kesakitan.

"Diam kamu Adnan!" Kata Arshaka dan menggores pisaunya ke bagian tangan kanan Adnan. Di ikuti Bhima, namun Bhima hanya menggoreskan sedikit ke kakinya. Kurang lebih 2 goresan sedangkan Arshaka 5 goresan.

"Tugas kita selesai, dendam kita terbalaskan. Saatnya pergi, tinggalkan anak ini." Ujar Selena dan menginjak kaki Adnan dengan sengaja dan sangat keras.

"Ups, maaf sengaja." Selena tertawa.

Mereka semua pun pergi dan Adnan masih tergeletak kesakitan.

"Kenapa? Kenapa hidup Adnan sekejam ini? Setelah tidak di apresiasi, diperhatikan, diperdulikan Adnan tidak ditemani oleh sahabat Adnan sendiri. Sekarang, Adnan dibuat seperti ini. Mereka semua kenapa sih? Atau.. Aku yang selama ini kenapa?" Tanya Adnan pada diri sendiri, ia menatapi laut yang ada di depan matanya.

"Mereka semua yang jahat atau aku yang selama ini jahat namun aku tak menyadarinya?" Tanya Adnan kembali. Dari kejauhan, Selena masih ada melihati Adnan. Selena melemparkan batu ke kepala Adnan. Adnan merasa kepalanya musing dan tergeletak pingsan.

Dari langit yang gelap kini telah menjadi cerah. Agatha mengawali harinya dengan menatapi bunga di depan rumahnya. Saat Agatha melihat berita betapa terkejutnya ia...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Adnan Hanya Ingin Di Apresiasi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang