Catatan: Bab kali ini aku tidak mengikuti alur bfb. Aku hanya memakai karakter dan nama karakter saja. Jika ada kesamaan mohon dimaklumkan ya!
***
Hari demi hari Adnan lalui. Bahkan hari dimana ia menabrak Bhima juga sudah dilalui. Sampai pada akhirnya, hari dimana ujian dilakukan. Nilai ujian tersebut akan diberikan kepada orang tua setiap siswa siswi Pelita Raya. Adnan menjalani ujian denga tertib. Ia percaya dengan jawabannya. Sampai pada akhirnya, ujian selesai. Ya, seperti hari biasanya semua tak ada bedanya.
Selepas sekolah, Adnan langsung pulang dan memikirkan. Apakah nilaiku kali ini akan bagus? Karena ujian yang ku lalui terdapat pelajaran matematika, pelajaran yang menjadi kemampuanku. Aku pintar dalam matematika namun aku jatuh dalan pelajaran bahasa asing seperti bahasa Jepang, Inggris dan lain-lain.
Tiba-tiba ditengah pemikiran dan kepala yang pusing akibat Adnan memikirkan nilainya takut nilainya akan turun, ada suara yang dihasilkan oleh pintu. "ADNAN!" Panggil seseorang yang mirip sekali suaranya dengan mama Adnan. Adnan segera berlari menghampiri pintu masuk rumah dan membukakan pintu untuk sang orang tua. Sang ayah membuka lebar tangannya untuk mengode berpelukan. Adnan mengerti apa yang dimaksud ayahnya, dan mereka berduapun berpelukan. Di keluargaku, ayah tidak jahat tetapi mama yang jahat. Mama Adnan sama sekali tidak peduli dengan Adnan. Ia datang karena panggilan dari pak Mathias saja dan tidak lebih.
Adnan yang kebingungan mengapa mereka kesini bertanya kepada sang ayah yang duduk di sofa sembari menyantap kopinya, "Yah, ini kenapa kalian datang kesini? Bukannya kalian bilang kalau kalian tidak akan pernah kembali ke rumah ini?" Ayah dengan lembut tuturnya menjawab, "Kita kesini karena panggilan dari pak Mathias, Adnan." Mama dengan kasar menyahut, "Oh! Kamu mengusir kami Adnan? Bersyukur di kasih uang, tempat tinggal yang nyaman, fasilitas yang bagus. Apalagi sih, yang kamu butuh?!"
"Aku hanya ingin di apresiasi sama mama... Aku hanya ingin diperhatikan, diperdulikan. " Jawab Adnan.
Namun, sang mama tak menjawab dan langsung pergi ke kamarnya. Hari yang cerah nan indah disertai langit dan awan yang memiliki warna cerah menghiasi langit pagi hari. Hari ini, dimana hari ditunjukkannya nilai siswa maupun siswi Pelita Raya kepada sang orang tua. Adnan juga ikut hadir untuk melihat nilainya sendiri. Adnan, ayah, dan mama terkejut melihat nilai Adnan yang sempurna. Mama hanya terkejut dan bukan berarti memuji. Perkataan yang selalu ada dalam pikiran Adnan disaat melihat mamanya terkejut melihat nilainya yang sempurna.
"Hm, Pak Mathias. Apakah dia melakukan kenakalan di sekolahnya?" Tanya sang mama selepas melihat nilai ujian Adnan.
"Sempat ada kerusuhan di kelas dan saya mendapatkan laporan itu dari para OSIS." Jawab Pak Mathias.
"Kerusuhan itu terjadi karena Ian dan Adnan serta Bhima. Itu saja informasi yang saya dapat, para OSIS tidak memperjelaskan mengapa kerusuhan itu bisa terjadi." Jelas Pak Mathias.
"Oh, begitu ya. Baiklah, saya akan langsung segera pulang." Ujar sang mama dan pergi meninggalkan ruangan diikuti Adnan dan sang Ayah.
Disaat mereka bertiga berada di parkiran mobil, terdapat Selina yang sedang berdiri santai seolah-olah sedang menunggu seseorang. Adnan melihat Selina dan tentunya, Selina tau Adnan melihatnya. Selina pun segera mendekat ke Adnan.
"Hai, Adnan. Bagaimana kondisimu setelah m3n4br4k Bhima saat itu? Panik ya, waktu aku tau kamu pelakunya?" Tanya Selina dengan akhir ucapannya diberi tawaan jahat.
"Maksud lu apa hah?!" Jawab Adnan menanya balik.
"Adnan, apa benar yang diucapkan temanmu itu?" Tanya sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adnan Hanya Ingin Di Apresiasi [END]
AcakAdnan, seorang lelaki yang berada di kelas 2 SMA. Ia adalah lelaki yang bisa dibilang cukup pintar, tetapi dengan kepintarannya itu orang tuanya tak pernah bangga kepadanya dan menganggap itu hanyalah hal biasa. Lelaki itu pada akhirnya tak bisa men...