Oddity

48 7 4
                                    

Mau nanya, ini para readers yang baca cerita ku dari prolog hingga chapter ini, bagus ngga sih? Jujur aku sebagai penulis juga bingung, cerita ini menarik atau ngga? Menurut kalian gimana?🤔

Udah, gitu aja sih😊
.
.
.

Happy reading ~

Keributan di kantin perlahan mereda, meskipun ketegangan masih terasa di udara. Angel, yang berdiri di samping Alex, memandang sekeliling dengan mata berkaca-kaca. Suaranya yang kecil dan gemetar akhirnya terdengar.

"Kak, aku beneran ngga sengaja..." cicit Angel yang berada di samping Alex.

Kai, yang berdiri tak jauh dari mereka, langsung menanggapi dengan suara penuh nada protes, "Tuh, dengerin, Neng Angel nggak sengaja. Atau jangan-jangan Lo yang sengaja nyenggol dia, huh?" Kai mendekat, jarinya menunjuk tajam ke kerah Tina, menantang.

"Shut up!"

Suara Aretha terdengar jelas, dingin dan memotong suasana seperti pisau tajam. Tatapan tajamnya membuat Tina mengurungkan niatnya untuk membalas ucapan Kai. Tina menunduk, tidak berani menatap langsung.

Aretha menghela napas dengan kasar, lalu mengalihkan pandangannya ke Alex yang masih terdiam, tampak bingung dan tidak tahu apa yang telah dilakukan. Pemilik mata biru itu bingung, Ekspresinya seperti orang yang baru menyadari kesalahan besar yang dia perbuat.

"If you wanna know, who's at fault here, have a look at that CCTV, see?" kata Aretha dengan nada tenang tapi tegas, menunjuk ke arah kamera di sudut ruangan. "You can check it yourself, see what actually happened, and then decide who's right, and who's wrong."

Dia menatap Alex dengan tatapan penuh arti sebelum melanjutkan, "Not everyone you think is good is truly good. In fact, it could be the opposite."

Setelah berkata demikian, Aretha membimbing Clara yang masih terlihat lemah menuju pintu keluar kantin. Tina, dengan raut wajah cemas, segera menyusul mereka. Kantin yang tadinya mencekam kini kembali ke suasana biasa, seakan-akan insiden tadi tidak pernah terjadi.

"Kak... aku..."

Angel belum selesai berbicara saat Alex langsung menyela, suaranya datar dan tegas. "Dimas, antar Angel ke UKS."

Dimas mengangguk tanpa berkata apa-apa. Alex berbalik, melangkah pergi dengan cepat. Mahesa segera mengikuti di belakangnya, sementara Ares, yang sedari tadi hanya duduk menyaksikan, akhirnya bangkit dan menyusul mereka.

Tinggal Dimas dan Kai lah disana yang berusaha menenangkan Angel yang tampak terluka dan sedih melihat Alex pergi begitu saja. Kai mencoba menghibur dengan kata-kata yang biasanya ampuh.

"Udah ya, Gel. Alex emang gitu, bentar lagi juga balik lagi kok," ujarnya sambil tersenyum tipis.

Dimas menimpali, "Hooh loh, percaya deh. Lihat aja nanti, pasti dia bakal balik lagi dengan mode bucin-nya."

Angel tersenyum manis dan lembut, mengangguk pelan. "Iya, Kak."

"Nah, gitu dong, kan enak dilihatnya," ujar Kai sambil tertawa kecil. Namun, saat mereka sibuk mengobrol, mereka tak menyadari tangan Angel yang terkepal erat, tersembunyi di balik jaket milik Alex. Mata Angel yang tadi tampak lembut kini menyiratkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang tidak mudah ditebak.

~🎭🎭🎭~

Di ruangan yang luas dengan suasana menekan, tiga siswa duduk dalam diam.

Alex, Ares, dan Mahesa duduk di sana, sementara keheningan di antara mereka mulai terasa mencekam. Ares, yang sejak tadi hanya mengamati, akhirnya angkat bicara.

TOPENG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang