Happy reading♡
Aretha berlari ke arah garasi dengan napas terengah, tangannya sibuk merapikan seragam sekolah yang dipakainya terburu-buru. Sambil memperbaiki rambutnya, ia mendengus kesal.
“Kenapa kau tidak membangunkan aku, Mut?” gerutunya.
“Saya sudah berusaha membangunkan Anda, Tuan Rumah, tetapi Anda tetap tidak bangun,” jawab Sistem dengan nada tenang namun tak kalah sarkastis. “Tuan Rumah, apakah Anda tidak akan mandi terlebih dahulu?”
Aretha mengabaikan pertanyaan itu dan langsung menuju motornya, mengeluarkan matic hitam yang selalu diandalkannya. "Tidak ada waktu untuk mandi, Mut. Aku sudah terlambat. Ditambah lagi ini hari Senin, hari yang paling kubenci." Sambil menyalakan mesin, Aretha berharap masih ada waktu sebelum upacara dimulai.
Dengan kecepatan yang lebih tinggi dari biasanya, ia melesat di jalanan. Sesekali Aretha melirik jam tangannya, memastikan apakah dia bisa sampai tepat waktu.
Saking cepatnya mengendarai motor, Aretha sampai hanya dalam kurun waktu 10 menit, padahal jika di hari biasanya dia memerlukan 20 menit untuk sampai kesekolah.
Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 07:20, Aretha bernafas lega karena masih ada waktu untuk menyimpan tasnya di kelas.
Aretha kemudian memarkirkan motor Matic nya di tempat parkiran khusus untuk motor. Terlihat arena parkiran sudah sepi, mungkin sebagian siswa sudah berada di lapangan, karena Aretha tidak melihat tanda-tanda keberadaan inti Spares.
Ketika berjalan melewati koridor sekolah, seseorang nampak sengaja menabraknya, kenapa Aretha berfikir begitu? Karena dia berjalan di sisi kiri koridor, masiih ada jalan tengah dan di sisi kanan koridor yang kosong, ditambah lagi karena rata-rata semua murid telah berkumpul dilapangan alhasil saat Aretha berjalan di koridor tidak ada siswa yang berlalu-lalang.
"Aw..."
Aretha segera menunduk ketika mendengar ringisan orang yang sengaja menabraknya.
"Ha.. ternyata dugaanku kemarin memang benar adanya," batin Aretha lalu melihat jam tangannya, "Pukul tujuh lewat dua puluh lima... Akan kujadikan hari, dan waktu ini sebagai hari tersial ku,"
Karena tidak mendapatkan respon dari Aretha orang itu yang tak lain adalah Angel menangis untuk meminta simpati dari siswa yang mulai berdatangan.
"Kebetulan macam apa ini... Tiba-tiba mereka semua berdatangan," batinnya.
Atensinya kembali tertuju kepada Angel yang sudah mengeluarkan air mata, "Ma-Maaf kak," rintihannya terdengar sangat pilu ketika orang mendengarnya, tapi berbeda dengan Aretha, dia tetap memberikan respon cuek dan dingin. Malas sekali dirinya meladeni mahluk seperti angel.
Karena sudah muak dengan drama sang protagonis, Aretha memutuskan meninggalkan koridor. Namun baru saja dia menggerakkan kakinya sebanyak Dua langkah. Angel kembali berucap dengan suara yang sedikit dikeraskan. Sehingga semua murid yang menyaksikan drama angel ketika mendengar suara yang kelewatan lembut itu, yang awalnya kagum dengan Aretha mulai skeptis denganya, bahkan ada beberapa murid yang menatapnya dengan sinis.
"Kenapa kakak sengaja dorong aku? Aku ngga pernah cari masalah sama kakak?"
Kan, apa Aretha bilang, ni orang memang sengaja cari masalah dengannya.
Baiklah karena angel sendiri yang mengatakannya, maka dia dengan senang hati mengabulkan permintaannya.
Perlahan Aretha mulai berbalik dan menggerakkan kakinya satu langkah ke hadapan Angle, lalu mengulurkan tangannya dengan senyum yang sangat manis sambil berkata :
KAMU SEDANG MEMBACA
TOPENG
Random(pure imajinasi penulis) . . . . . . hanya menceritakan seorang gadis yang sedari kecil tidak pernah tau siapa orang tuanya, tidak tau bagaimana rasanya kasih sayang orang tua, dan karena hal itu ia tidak memiliki semangat hidup, hingga ia mengalami...