New life

74 8 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading guys

~🎭🎭🎭~

Aretha sedang duduk di ruang kerja. Ruang itu tampak elegan dengan perpustakaan mini yang dipenuhi buku-buku tebal, juga sebuah komputer canggih, alat penting bagi seorang hacker sepertinya. Di layar, ia memantau jalannya bisnis restorannya, Apdite Elegance, yang memiliki konsep vintage namun tetap memancarkan kesan elegan.

Jika kalian para pembaca bertanya, "Kok bisa, Aretha di umur segini sudah punya restoran yang laris?" Hehe, jawabannya simpel—Aretha bukan cuma hacker, tapi juga multitalenta.

Jadi begini ceritanya, saat Aretha masih berumur 15 tahun dan tinggal di panti asuhan, ia menghabiskan waktu luangnya dengan mengotak-atik ponsel yang diberikan oleh pihak panti kepada anak-anak yang sudah duduk di bangku SMP. Suatu hari, karena bosan, ia mencoba menerobos situs keamanan Google. Siapa sangka, Aretha menemukan bug di dalam sistem itu. Dan karena ia tidak punya kegiatan lain, ia memutuskan untuk memperbaiki bug tersebut.

Keesokan harinya, sebuah email dari Google masuk ke inbox-nya. Ternyata, sebagai apresiasi, Google memberinya hadiah sebesar 50.000 dolar atau setara dengan sekitar 700 juta rupiah. Setelah melihat jumlah itu, Aretha segera memberi tahu ibu asuhnya dan memutuskan untuk membuka rekening bank sendiri. Dia juga menyumbangkan sebagian besar uang tersebut, 300 juta rupiah, untuk panti asuhan. Sisanya, ia gunakan untuk membuka sebuah warung cepat saji. Awalnya hanya sekadar coba-coba, tetapi seiring berjalannya waktu, warung itu semakin ramai. Dari situ, ia mengembangkan usahanya menjadi restoran dengan konsep elegan dan vintage, memberikan nuansa seperti bangsawan kepada para pengunjung yang datang.

~🎭🎭🎭~

Masih di ruang kerjanya, Aretha kembali menatap layar, memantau restorannya. Kini, ia bukan hanya memantau restorannya sendiri, tapi juga semua hal yang dimiliki tubuh ini, tubuh yang kini dihuninya setelah "transmigrasi." Semua yang dulunya milik orang lain, sekarang menjadi miliknya—termasuk restoran tersebut.

Tingtingting…

"Tuan rumah, ada misi baru untuk Anda," suara lembut Mutmut, menyela kesunyian.

"Misi apa?" tanya Aretha sambil menutup laptopnya setelah selesai bekerja.

"Membuat kehebohan di sekolah yang Anda tempati," jawab Mutmut tanpa basa-basi.

Aretha menghela napas. "Huh, seharusnya misi ini mudah, tapi kau tahu, Mutmut, aku sama sekali tidak suka jadi pusat perhatian. Sikapku ini 11:12 dengan Aretha yang dulu."

"Anda tidak boleh menolaknya tuan, karena ini merupakan misi pertama anda. Jika tuan menolak, maka anda akan diberi hukuman. Dan jika tuanpun gagal dalam misi ini anda juga tetap akan mendapatkan hukuman."

"Mut, katakan saja kalau aku tidak boleh gagal karena ini misi pertama ku," ucap Aretha sambil memegang kepalanya yang terasa berdenyut.

"Baiklah, aku akan menyelesaikannya."

"Itu harus Tuan rumah. Jika misi pertama berhasil, Anda akan mendapatkan mystery box dan tambahan 500 poin."

Aretha tersenyum tipis. "Aku lebih tertarik dengan mystery box itu."

Sambil menopang dagu, Aretha bertanya-tanya apa yang ada di dalam kotak tersebut. Tetapi untuk mengetahuinya, ia harus menyelesaikan misinya.

"Mutmut, kalau dipikir-pikir, aku ini seperti detektif ya."

Pikiran itu membawanya kembali pada impiannya dulu. Sebelum semua ini terjadi, Aretha ingin sekali menjadi seorang detektif. Itu salah satu alasan kenapa ia mengejar beasiswa ke universitas yang terkenal dengan kualitas pendidikannya. Bahkan Di kehidupan pertamanya, Aretha sering membantu polisi memecahkan kasus-kasus sulit, termasuk pembunuhan. Mungkin di kehidupan barunya ini, ia bisa melanjutkan impian itu.

TOPENG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang