Kehadiran Alya di sampingnya memberi Arga sedikit kelegaan, meski jantungnya berdegup kencang. Mereka berdiri di depan pintu Rumah Gading yang berat, tertutup debu dan lumut. Tanpa disadari, rintik hujan mulai turun, menambah suasana mencekam. Arga memeriksa sekeliling, memastikan tidak ada orang lain yang mengawasi mereka.
"Mungkin kita harus berhati-hati," kata Alya, suaranya bergetar sedikit. "Aku bisa merasakan sesuatu di sini."
"Ini tempat yang ditakuti," jawab Arga, berusaha terdengar tenang. "Tapi kita harus masuk. Kita tidak akan menemukan jawaban hanya berdiri di luar."
Dengan satu dorongan, Arga membuka pintu yang berdecit. Aroma lembap dan busuk langsung menyergap hidung mereka. Di dalam, cahaya samar menembus jendela yang kotor, memantulkan bayangan aneh di dinding. Arga dan Alya melangkah pelan, setiap langkah membuat lantai kayu berderit.
"Lihat!" seru Alya, menunjuk ke arah cermin besar yang tergantung di dinding. Cermin itu tampak kuno, bingkai kayunya dihiasi ukiran rumit, tetapi ada sesuatu yang aneh. Bayangan mereka tampak lebih gelap, seolah tidak mengikuti gerakan mereka dengan sempurna.
Arga merasakan getaran aneh di dalam dirinya. "Cermin ini... bukan hanya cermin biasa," gumamnya. Dia mendekat, mencoba mencari tahu lebih jauh. Saat ia memandang ke dalam cermin, seolah-olah ada sesuatu yang bergerak di balik refleksi mereka. "Alya, lihat ini."
Alya mendekat dan mengamati. "Apa yang kau lihat?"
"Sepertinya... ada bayangan," jawab Arga, bingung. "Seperti seseorang yang berdiri di belakang kita."
Tiba-tiba, sebuah suara lembut berbisik dari dalam cermin, "Tolong... bantu aku." Suara itu membuat bulu kuduk Arga merinding. Ia mundur beberapa langkah, terkejut.
"Ada seseorang di dalam cermin!" Alya terperangah, suara paniknya membuat Arga merinding. "Kita harus pergi!"
"Tidak! Kita tidak bisa pergi tanpa mencari tahu!" Arga berkeras, meskipun ketakutan mulai menjalar di dalam dirinya. "Kita harus tahu siapa yang terjebak di dalam cermin ini."
Mereka berdua mendekat lagi, dan saat mereka melakukannya, bayangan dalam cermin semakin jelas. Seorang wanita dengan wajah pucat dan mata yang penuh harapan, seolah meminta pertolongan. Arga bisa merasakan kesedihan mendalam dari sosok itu. "Siapa kamu?" tanyanya, suara tegas meski hatinya bergetar.
"Nama saya Melati," jawab sosok itu. "Aku terperangkap di sini selama bertahun-tahun. Keluarga Gading menghukumku karena kesalahan yang tidak aku buat."
Arga dan Alya saling berpandangan, terkejut. "Apa yang terjadi?" tanya Alya.
"Kesalahan mengerikan yang membawa kematian dan kutukan," Melati menjelaskan. "Hanya dengan memahami masa lalu, kalian bisa membebaskanku."
Kedua detektif itu tahu mereka harus menggali lebih dalam. Mereka harus menemukan kebenaran tentang apa yang terjadi di Rumah Gading dan menyelamatkan Melati dari kutukan yang telah lama berlangsung.
"Mari kita cari tahu apa yang terjadi," Arga menggerakkan kepalanya, rasa percaya diri mengalir dalam dirinya meski ketakutan tetap ada. "Kita tidak bisa membiarkan dia terjebak di sini selamanya."
Mereka berdua bertekad untuk menyelidiki lebih lanjut, dan langkah pertama mereka adalah menemukan informasi lebih lanjut tentang keluarga Gading dan sejarah Rumah Gading. Dengan tekad yang bulat, mereka memulai pencarian di dalam rumah itu, dengan bayangan Melati yang terus mengawasi mereka dari dalam cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang-Bayang di Balik Cermin
AdventureDi sebuah desa terpencil yang sering tertutup kabut, berdiri sebuah rumah tua bernama Rumah Gading. Rumah itu memiliki sejarah panjang sebagai tempat serangkaian peristiwa mengerikan yang tak terjelaskan. Ketika seorang detektif muda bernama Arga da...