Jejak yang Menghilang

2 0 0
                                    

Di pagi hari yang mendung, Arga dan Alya memutuskan untuk kembali ke desa setelah penyelidikan mereka di Rumah Gading semakin menambah pertanyaan. Pagi itu, mereka menuju rumah kepala desa, Pak Darto, untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang sejarah rumah tersebut dan keluarga Gading. Pak Darto adalah sosok yang bijaksana, dikenal sebagai saksi hidup dari peristiwa-peristiwa kelam yang pernah terjadi di desa.
Sesampainya di rumah kepala desa, Pak Darto tampak gugup. Dia tampaknya tahu lebih dari yang siap ia ungkapkan. Saat Arga dan Alya mengajukan pertanyaan tentang Melati dan kutukan yang dibicarakan oleh bayangan di cermin, wajah Pak Darto berubah pucat.
"Kalian mendengar nama Melati?" tanya Pak Darto dengan suara gemetar.
Arga mengangguk. "Dia muncul dalam cermin di Rumah Gading. Dia bilang dirinya terperangkap dan butuh bantuan. Apa yang sebenarnya terjadi di sana?"
Pak Darto menelan ludah dan berkata pelan, "Melati adalah seorang gadis dari keluarga Gading yang kabarnya dikhianati oleh keluarganya sendiri. Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya. Sejak kejadian itu, Rumah Gading dianggap terkutuk." Ia berhenti sejenak, matanya tampak menerawang jauh, seolah-olah melihat masa lalu yang kelam. "Beberapa penduduk desa menghilang setelah terlalu dekat dengan rumah itu, atau... setelah menyebut namanya."
Kata-kata Pak Darto meninggalkan keheningan yang berat. Arga dan Alya menyadari bahwa rahasia yang mereka hadapi lebih dalam dari yang mereka kira. Mereka mencoba mengajukan lebih banyak pertanyaan, tetapi Pak Darto menolak untuk menjawab. Dia menutup pintu rumahnya perlahan, meninggalkan Arga dan Alya berdiri di ambang pintu dengan perasaan bingung dan semakin penasaran.
Dalam perjalanan kembali ke penginapan, Alya berbisik, "Kamu merasa aneh tidak, bahwa setiap orang di desa ini seperti ketakutan oleh sesuatu yang tidak terlihat?"
Arga mengangguk. "Ini lebih dari sekadar cerita lama. Ada yang mencoba menutup-nutupi, tetapi kita belum tahu siapa atau apa."
Malamnya, ketika Arga dan Alya duduk di meja dengan secangkir kopi hangat, mereka berusaha mengurai petunjuk yang mereka miliki. Mereka membuka jurnal yang mereka temukan di Rumah Gading. Halaman-halaman jurnal itu berisi kisah keluarga Gading, tetapi sebagian besar tulisannya sudah pudar, tidak terbaca.
Namun, satu halaman menarik perhatian mereka. Tertulis sebuah pesan samar: "Kutukan akan berakhir saat yang hilang dipulangkan, dan rahasia terungkap." Di sudut halaman itu, terdapat gambar cermin yang serupa dengan cermin di rumah tersebut.
"Apa maksudnya?" Alya bertanya, berusaha mengurai teka-teki tersebut.
Arga menggenggam tangannya, merenung. "Mungkin, kita harus mencari tahu siapa atau apa yang 'hilang' dan dikembalikan. Bisa jadi ini adalah kunci untuk membebaskan Melati dan mengakhiri kutukan ini."
Malam itu, dengan perasaan resah, Arga dan Alya menyusun rencana untuk kembali ke Rumah Gading dan mencari jejak yang selama ini menghilang dari sejarah desa.

Bayang-Bayang di Balik CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang