Jejak di Ruang Bawah Tanah

1 0 0
                                    

Keesokan malamnya, Arga dan Alya memberanikan diri turun ke ruang bawah tanah Rumah Gading, sebuah tempat yang telah lama terlupakan dan penuh dengan debu serta jaring laba-laba. Pintu kayu yang mereka buka berderit, menyambut mereka ke dalam kegelapan yang pekat dan dingin. Senter yang mereka bawa hanya mampu menerangi sedikit dari lorong yang sempit dan panjang itu.

Setiap langkah yang mereka ambil terasa semakin berat. Dinding batu ruang bawah tanah tersebut dipenuhi dengan coretan simbol-simbol yang aneh dan tak mereka kenali. Alya menggigil, dan Arga menepuk pundaknya untuk menenangkannya. Mereka terus melangkah sampai tiba di sebuah ruangan yang lebih luas, dengan meja kayu di tengahnya dan lilin-lilin yang seakan baru dipadamkan.

Di atas meja itu terdapat kumpulan kertas tua dengan tulisan tangan yang samar. Mereka mendekat dan mulai membaca, menyadari bahwa kertas-kertas tersebut adalah jurnal pribadi Sekar. Jurnal itu mengungkapkan kebencian Sekar terhadap keluarganya yang mengucilkannya serta kemarahannya pada penduduk desa yang memperlakukannya dengan tidak adil. Sekar menulis tentang ritual yang ia lakukan untuk membalas dendam, menyebutkan kutukan yang akan jatuh pada siapa pun yang berani mendekati keluarganya.

Arga dan Alya merasa ngeri dengan apa yang mereka temukan. Jurnal ini menjadi bukti kuat bahwa kematian dan hilangnya penduduk desa mungkin terkait dengan Sekar yang marah dan sakit hati.

"Ada alasan di balik semua tragedi ini," kata Arga lirih, menatap Alya yang wajahnya pucat. "Dan tampaknya, kita sudah melangkah terlalu jauh untuk mundur."

Setelah menemukan jurnal Sekar, Arga dan Alya memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut kisah keluarga Gading. Mereka mencari arsip yang mungkin bisa memberi petunjuk tambahan, dan akhirnya menemukan satu catatan penting yang menyebutkan sebuah kotak kayu berisi perhiasan yang sangat berharga dan dikaitkan dengan kekuatan mistis.

Catatan itu menyebutkan bahwa kotak tersebut adalah bagian dari ritual pengusiran yang dilakukan oleh keluarga Gading untuk "mengunci" jiwa Sekar, sehingga ia tidak dapat mengganggu mereka dari dunia lain. Kotak itu dikabarkan terkubur di suatu tempat di dalam pekarangan Rumah Gading sebagai bentuk perlindungan bagi keturunannya.

Arga menyadari bahwa mereka harus menemukan kotak kayu itu untuk dapat mengakhiri semua teror ini. Namun, semakin dalam mereka menggali, semakin mereka menyadari bahwa Sekar seolah mengawasi setiap gerakan mereka, menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan kebenarannya yang sebenarnya.

"Kalau kotak itu benar-benar terkubur di sini, kita harus menemukannya secepat mungkin," kata Alya dengan suara gemetar. "Mungkin hanya itu satu-satunya cara untuk menenangkan Sekar."

Malam itu, mereka mulai menggali pekarangan dengan rasa takut dan harapan yang bersamaan, berusaha untuk menemukan kotak yang akan menguak kebenaran dan, mungkin, membawa ketenangan bagi jiwa-jiwa yang terperangkap.

Setelah berjam-jam menggali, akhirnya mereka menemukan sebuah kotak kayu tua yang tertimbun di bawah pohon besar di pekarangan Rumah Gading. Kotak itu tampak usang, dengan ukiran-ukiran rumit dan simbol-simbol yang mirip dengan yang mereka lihat di ruang bawah tanah.

Saat Arga membuka kotak itu, mereka melihat perhiasan-perhiasan antik yang berkilauan. Di antara perhiasan itu, terdapat gulungan kertas yang tertulis dengan tinta merah yang tampak seperti darah. Mereka membuka gulungan itu, dan tulisan di dalamnya menjelaskan sebuah ritual pemanggilan yang dilakukan oleh keluarga Gading untuk memutus hubungan dengan jiwa Sekar. Namun, alih-alih berhasil, ritual itu justru memperparah kemarahannya dan mengikat jiwanya selamanya pada cermin besar di rumah ini.

Alya tersentak. "Jadi, cermin itu adalah penjara bagi jiwa Sekar?"

Arga mengangguk. "Iya, dan itulah sebabnya dia terus menghantui rumah ini. Mungkin Sekar tidak hanya marah pada keluarganya, tapi juga karena terjebak di sini selama puluhan tahun."

Dengan kertas itu di tangan mereka, Arga dan Alya menyadari bahwa mereka harus membuat keputusan penting: apakah mereka akan mencoba membebaskan Sekar atau meninggalkannya terperangkap dalam cermin itu selamanya. Namun, apapun yang mereka pilih, keduanya tahu bahwa perjalanan ini akan membawa mereka semakin dalam ke dalam kekuatan kelam yang menyelimuti Rumah Gading.

Bayang-Bayang di Balik CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang