Ketika pintu di atas menutup dengan keras, ruang bawah tanah menjadi sunyi dan gelap. Arga dan Alya mencoba untuk tidak panik, meskipun hawa dingin yang menusuk mulai terasa makin kuat. Aroma tanah lembab dan kayu tua membuat mereka merasa terkurung dalam kegelapan yang tampak hidup.Alya mengarahkan senternya ke sekeliling ruangan, mencari tanda-tanda lain dari masa lalu Melati yang mungkin tersembunyi di dalam bayang-bayang. Arga, yang masih menggenggam kalung antik milik Melati, mencoba berpikir jernih, tetapi ada sesuatu di dalam ruangan yang terus mengusik pikirannya. Suara samar berbisik pelan, terdengar seperti lirih yang jauh tapi penuh kesedihan dan amarah."Alya," bisik Arga, "kamu dengar suara itu?"Alya mengangguk pelan, matanya membulat dalam ketakutan. "Sepertinya ada sesuatu yang... menunggu."Ketika mereka mencoba mendekati tangga, bayangan samar muncul di sudut ruangan, menghalangi jalan mereka. Bayangan itu bergerak pelan, seperti kabut hitam yang berbentuk manusia, tetapi wajahnya tak terlihat. Meskipun tanpa ekspresi, kehadirannya memancarkan aura yang mengancam."Siapa... atau apa itu?" bisik Alya, suaranya bergetar.Arga menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tetap tenang. "Kita harus bertahan. Ingat, kita punya benda-benda ini—mungkin ini yang membuatnya muncul."Bayangan itu mendekat, dan seiring gerakannya, suara isakan kecil terdengar, seolah berasal dari berbagai jiwa yang pernah hilang di rumah ini. Tiba-tiba, bayangan itu berhenti, seolah memperhatikan kalung di tangan Arga. Arga mengangkat kalung itu ke udara, berharap benda ini bisa menjadi semacam pelindung. "Kami di sini untuk membantu Melati," katanya tegas, meskipun hatinya bergemuruh. "Kami tahu ada kebenaran yang harus diungkap, dan kami berjanji akan menghentikan kutukan ini."Bayangan itu tampak terdiam, lalu perlahan-lahan mulai memudar, seakan mengakui niat Arga. Udara di sekitar mereka kembali hening, dan meskipun rasa takut masih menguasai, mereka merasa telah mengambil langkah maju dalam mengungkap misteri di Rumah Gading.Begitu bayangan itu menghilang, pintu di atas terbuka perlahan, memberikan secercah harapan bahwa mereka belum sepenuhnya terjebak di ruang bawah tanah yang mengerikan itu. Dengan perasaan lega, mereka bergegas menaiki tangga, membawa benda-benda milik Melati dan harapan baru untuk mencari tahu lebih dalam lagi.Di atas, mereka duduk terengah-engah, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Mereka tahu bahwa kejadian ini bukan hanya kebetulan atau permainan pikiran—ada kekuatan nyata yang menjaga rahasia rumah ini dan masa lalu yang kelam. Namun, mereka juga semakin yakin bahwa mereka semakin dekat untuk menemukan jawaban."Alya," kata Arga pelan, "ini hanya permulaan. Kutukan ini lebih kuat dari yang kita duga, dan mungkin kita harus bersiap menghadapi lebih banyak lagi."Alya mengangguk dengan tekad yang mulai tumbuh di matanya. "Apapun yang terjadi, aku tidak akan mundur. Kita sudah melangkah terlalu jauh, dan Melati butuh kita."Dengan benda-benda kenangan Melati di tangan mereka, Arga dan Alya memutuskan bahwa langkah selanjutnya adalah mencari lebih dalam ke dalam sejarah keluarga Gading. Mereka merasa bahwa mereka sudah terlalu dalam terlibat, dan tidak ada jalan kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang-Bayang di Balik Cermin
AdventureDi sebuah desa terpencil yang sering tertutup kabut, berdiri sebuah rumah tua bernama Rumah Gading. Rumah itu memiliki sejarah panjang sebagai tempat serangkaian peristiwa mengerikan yang tak terjelaskan. Ketika seorang detektif muda bernama Arga da...