Bayang-Bayang yang Tak Hilang

1 0 0
                                    

Sudah hampir seminggu berlalu sejak Arga dan Alya melakukan ritual pembebasan di Rumah Gading. Mereka yakin bahwa jiwa Sekar telah tenang dan semua kekuatan jahat di rumah itu telah lenyap. Namun, tak lama setelah kembali ke desa, hal-hal aneh mulai terjadi.

Malam pertama mereka pulang, Arga mengalami mimpi buruk. Dalam mimpinya, ia melihat Sekar berdiri di tengah kabut, menatapnya dengan mata yang hampa namun penuh kesedihan. Arga mencoba mendekatinya, tetapi setiap kali ia hampir sampai, bayangan Sekar lenyap, hanya untuk muncul lagi di kejauhan. Mimpi itu terasa begitu nyata, membuat Arga terbangun dengan keringat dingin, jantungnya berdebar kencang.

Di luar mimpi, keanehan mulai terasa di desa. Penduduk mulai melaporkan kejadian-kejadian aneh. Beberapa orang mengatakan melihat bayangan di balik jendela rumah mereka pada malam hari, sementara yang lain mendengar suara bisikan yang memanggil nama mereka dari kegelapan. Bahkan, beberapa dari mereka mendapati pintu atau jendela terbuka di pagi hari, meskipun mereka yakin telah menutup dan menguncinya malam sebelumnya.

Desas-desus tentang Rumah Gading kembali menyebar. Banyak yang percaya bahwa rumah itu telah membawa sesuatu yang gelap ke desa, sesuatu yang bahkan ritual Arga dan Alya tidak mampu menghapus sepenuhnya. Alya sendiri mulai merasakan hal-hal aneh saat sendirian, seperti sepasang mata yang memperhatikannya, atau suara lembut yang memanggil namanya dari sudut gelap.

Ketika seorang penduduk desa tiba-tiba menghilang tanpa jejak, Arga mulai merasakan beban bersalah yang besar. Ia takut bahwa apa yang ia lakukan di Rumah Gading mungkin telah menyebabkan sesuatu yang lebih buruk. Apakah ritual itu benar-benar berhasil, atau justru memicu kemarahan Sekar yang lebih besar?

Arga dan Alya memutuskan untuk menemui sesepuh desa, seorang wanita tua bernama Nyai Kirana yang dikenal memiliki pengetahuan tentang hal-hal mistis dan kutukan kuno. Saat mereka menceritakan pengalaman mereka di Rumah Gading, Nyai Kirana mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk dengan wajah penuh pertimbangan.

"Apa yang kalian lakukan mungkin sudah mengusik roh Sekar," kata Nyai Kirana dengan suara berat. "Jiwa yang telah terperangkap selama puluhan tahun tidak akan pergi begitu saja. Mungkin kalian membebaskannya, tapi tak berarti dia meninggalkan tempat itu. Bayangan dan jejaknya tetap ada."

Nyai Kirana mengungkapkan bahwa ada kemungkinan Sekar masih terikat oleh sesuatu yang lebih kuat dari ritual mereka—sebuah kekuatan kuno yang menghubungkannya dengan Rumah Gading dan segala kemarahan yang ia simpan. Jika ingin benar-benar mengakhiri kutukan ini, mereka harus kembali ke Rumah Gading dan menemukan sumber kemarahan dan penderitaan Sekar yang sebenarnya.

Dengan hati yang penuh tekad, Arga dan Alya bersiap untuk kembali ke Rumah Gading, meskipun mereka tahu risiko yang mungkin harus mereka hadapi. Namun, keduanya sadar bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri kegelapan yang terus membayangi desa dan membawa kedamaian bagi jiwa Sekar yang terperangkap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bayang-Bayang di Balik CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang